Chereads / Sebuah Perjalanan di Dunia Kai / Chapter 64 - Zhao Li Wei, manusia klon yang telah dimutasi

Chapter 64 - Zhao Li Wei, manusia klon yang telah dimutasi

Tu Ying dan Bai Ying menatap pria tersebut dengan tatapan penuh kebencian. "Maaf, tapi sayang sekali kami masih hidup dengan baik, bahkan tanpa adanya seorang dewa palsu disamping kami." Pada saat itulah, Maria dan Sean menyadari identitas pria yang berdiri di hadapan mereka.

Ilmuwan Wang tertawa mendengar jawaban Tu Ying. "Hahaha… Tak mengapa. Hari ini akan menjadi hari terakhir kalian 'hidup dengan baik' tanpa aku." Dia menyeringai dengan penuh percaya diri. "Hari ini aku akan menjadikan rumah kalian menjadi rumah baru kami untuk berbulan madu."

"Aku, Wang Guang Ming, hari ini akan memerintah kalian semua, seperti yang sudah kulakukan pada para budak kalian yang kalian bebaskan." Ilmuwan Wang menarik pedangnya dari sarungnya. Ia mengarahkan pedang itu kepada Tu Ying dan Bai Ying. "Ah Wei, hari ini kita akan mendapatkan rumah yang kau inginkan seperti yang dahulu kau katakan. Kita akan tinggal di koloni itu."

Wanita itu tersenyum kepada Wang. "Tentu saja sayangku. Segala yang kau inginkan adalah hal yang kuinginkan." Wanita yang menggunakan penutup dada dari kulit hewan itu menghunuskan pedangnya kembali ke arah Sean dan Maria.

Ketika wanita itu melihat Maria dan Sean untuk bersiap menyerangnya, Maria mendadak sadar siapa wanita tersebut. "Ilmuwan Zhao Li Wei…" Mata Maria membelalak. Wanita tersebut melihat Maria dengan jijik "Jangan berani-beraninya menyebut namaku dengan mulut kotormu, mahluk rendahan!" Serunya kepada Maria.

Zhao segera maju dan menyerang Maria dari udara. CLANG! Pedang mereka beradu dengan kecepatan sangat tinggi. Sean segera maju dan membantu Maria, namun serangannya meleset dan Zhao berbelok ke samping sambil membuka sayap besarnya.

PLAK! Sayap besar tersebut memukul sayap di punggung Sean dengan cukup keras. Zhao terjun bebas menuju rerumputan yang ada di bawahnya. Segera setelah ia mendarat, Zhao bersalto dan mundur sembari membentangkan sayapnya.

Di sisi lain, Sean yang terpelanting karena pukulan sayap tersebut mundur terhuyung-huyung dan mencoba menyeimbangkan tubuhnya di udara. Saat itu, Maria sudah siap untuk menyerang Zhao dengan pedangnya yang dia arahkan ke bawah.

Maria segera mengayunkan pedangnya ke atas dan membuat sebuah gelombang udara di dekat Zhao. Raut wajah Zhao berubah seketika. Zhao yang semula tersenyum melihat Maria kaget karena gelombang udara dari pedang Maria berhasil melukai wajahnya yang putih seperti porselen. Zhao segera melompat mundur dan menjauh dari jangkauan pedang Maria.

Darah mengalir dari wajah cantik Zhao, namun Zhao hanya tertawa kecil sambil mengusap lukanya, "Haha.. jadi inilah yang mereka sebut dengan darah." Luka yang ditorehkan oleh Maria kembali menutup dalam waktu beberapa detik. "Haaa…. Tak masalah… Kalian akan mati ditanganku hari ini." Mata Zhao yang indah tiba-tiba membelalak dengan penuh kemarahan.

Seketika itu juga, Zhao berlari dengan kecepatan yang mengerikan. Ia segera mengayunkan pedangnya dengan kecepatan tinggi. Maria membelalakkan matanya dan segera memasang kuda-kuda untuk bertahan.

SRIEENGGG!! Ketika pedang Zhao mengiris perisai Maria, Sean mencoba menyerangnya dari arah samping. Zhao tertawa dan menangkis sabetan pedang Sean dengan belati di tangan kirinya. Kaki Zhao menendang Sean dan Zhao terbang ke angkasa.

Maria mengincar sayap besar Zhao dan mencoba menyayatnya. Sayangnya kecepatan Zhao membuatnya lolos dari ayunan pedang Maria. Zhao menghentikan gerakannya di udara, sayapnya yang terbentang lebar seakan menyatakan perbedaan derajat mereka.

Sean melompat ke udara dan berduel dengan Zhao di udara. Kedua pedang di lengannya beradu dengan pedang-pedang Zhao. CLANG! CLANG! CLANG! Bunyi logam-logam beradu dengan kecepatan tinggi terdengar dari kejauhan. Sean berusaha untuk mengimbangi kecepatan Zhao dan memojokkannya ke tanah.

Sean gagal menghindari serangan Zhao dan Zhao berhasil mengiris kulit lengan Sean yang tidak tertutup oleh baju zirahnya. Sean memandang Zhao dengan serius, Sean mengetahui bahwa perbedaan kekuatan mereka sangat jelas dari kecepatan dan stamina Zhao.

'Haa… pertarungan ini terlalu sulit untuk dimenangkan secara frontal. Dengan cara seperti ini, kami akan kehabisan tenaga sebelum kami dapat mengalahkannya.' Maria terengah-engah sambil menatap Zhao yang sedang bertarung dengan Sean. 'Aku harus mencari cara lain untuk mengalahkannya. Apapun caranya…' Pikir Maria dengan perasaan putus asa.

Walaupun Sean terlihat dapat mengimbangi Zhao secara sekilas, namun efisiensi serangan Zhao dalam menggunakan sayap dan kakinya membuat Zhao berada di atas angin. Zhao kembali menyerang Sean dengan kedua pedangnya.

Ketika Sean menahan serangan pedang Zhao, Zhao menendang perut Sean dengan lututnya. Hal itu menyebabkan Sean terjatuh ke tanah. Pada saat itu, Maria mendorong Zhao dengan perisainya dari samping dan menjauhkan serangan Zhao dari Sean.

Sean mengambil kesempatan itu untuk menusuk Zhao yang terbang dengan limbung. Pedang Sean menusuk tepat di perut Zhao yang tidak terlindungi oleh penutup dadanya. Zhao terlihat kesakitan ketika pedang Sean menusuk perutnya.

"Ha…. Ini berakhir disini." Ujar Sean sambil menusukkan pedangnya sedalam mungkin. Di luar dugaan Sean, Zhao tertawa di hadapan wajahnya. "Kau pikir ini dapat menghentikan aku dan kekasihku?" Ujar Zhao dengan tawa mengejek.

Sean tersentak melihat reaksi Zhao dan segera menarik pedangnya dari perut Zhao. Zhao terpelanting ke udara sambil tertawa. Ia kembali terbang di udara dan tersenyum melihat Sean. Luka yang merobek perutnya kembali menutup dalam waktu singkat.

Pada saat itu juga, Sean dan Maria membelalakkan matanya. 'Ini adalah sebuah bencana.' Pikir Sean sambil menelan ludahnya. Sean menoleh ke arah Tu Ying, Bai Ying dan Lao Ying. Ketiganya terlihat terengah-engah seperti dirinya. Sean tersenyum putus asa dan menundukkan kepalanya sambil menutup matanya erat-erat.

Lengannya yang gemetar karena takut kemudian memegang kembali pedangnya yang penuh dengan darah Zhao. Sean menggeretakkan giginya dengan penuh tekad, 'Aku tak dapat mundur disini. Yang terjadi… terjadilah.'

Sean mendongak dan bersiap kembali untuk bertarung melawan Zhao. Sean kembali terbang ke angkasa dan meluncur ke arah Zhao untuk menyerang. Kali ini, Zhao yang masih memulihkan dirinya terpaksa bertahan melawan serangan Sean. Walaupun luka di perutnya sembuh dengan segera, kecepatan Zhao berkurang setelah luka yang dia alami tersebut.

Kali ini, Sean menyerang dengan menghunuskan pedang di tangan kirinya kepada Zhao. Zhao mengayunkan pedangnya ke atas untuk menangkis serangan Sean. Sean segera mengayunkan pedangnya yang ia pegang seperti belati untuk menyabet Zhao. Zhao segera mundur ke tempat yang lebih rendah.

Maria melihat celah dimana ketinggian Zhao cukup baginya untuk menyerang. Maria membuka kuda-kudanya dan mencoba memotong sayap Zhao. Zhao yang nampaknya mengetahui hal itu kemudian mengibaskan sayap besarnya sebelum pedang Maria memotong sayap itu. Sayap Zhao teriris oleh pedang Maria, tetapi irisan itu tidak membuat luka fatal baginya.

Sementara itu, Maria terpelanting ke tanah karena perisainya tidak melindungi dirinya dari pukulan sayap Zhao. BRAKK!! Maria terjatuh dan terseret di antara rerumputan yang tinggi. Sean melihat Maria yang terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Saat itu, Sean menatap Zhao dengan penuh kemarahan dan ia segera menyerang Zhao kembali.

Maria berusaha untuk bangun kembali dari rerumputan dengan bantuan perisai dan pedangnya. 'Haa… setidaknya harus dapat melemahkannya.' Maria membuka sebuah tabung dipinggangnya yang berisi dua buah jarum besar yang tersisa ketika ia melawan burung raksasa setahun yang lalu.

Maria mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi sebuah botol dengan racun ular yang masih hangat. Racun tersebut merupakan racun ular yang disintesis kembali di laboratorium secara berkala. Alice menyimpan setiap sampel dari racun tersebut untuk dijadikan obat penangkal racun di koloni enam belas.

Terakhir kali Maria meminta racun tersebut adalah setengah tahun yang lalu. Satu-satunya alasan mengapa Maria tidak pernah menggunakan racun tersebut adalah karena mahluk yang diburu tak akan bisa dimakan bila terkena racun. 'Tak kusangka kotak ini dapat mengawetkan racun ular tersebut dalam waktu yang sangat lama.' Maria segera mengoleskan jarum-jarum tersebut dengan racun ular yang dia simpan selama ini.

Maria mendongak ke atas dan melihat Sean mundur dari jarak serang Zhao. Maria segera mengisi pipa pada pedangnya dengan jarum besar tersebut dan menutup pipa tersebut. Ia segera melompat dan mencari kesempatan untuk menyerang Zhao.

Maria melompat ke sebuah dahan tanaman besar di kanan atas hutan tersebut. Dia segera melompat dan menggunakan berat perisainya untuk terjun ke arah punggung Zhao. Setelah Maria dekat dengan posisi Zhao, ia membuang perisai besarnya dan mengalungkan lengannya ke leher Zhao.

Zhao kaget dan berusaha membanting Maria dengan bersalto ke depan. Maria tersenyum kepada Zhao dan menendang Zhao sambil mengarahkan pipa pada pedangnya. Ia membuka pipa tersebut dan meniupkan jarum besar tersebut ke arah sayap Zhao.

Zhao menyeringai kepada Maria dan menerima jarum tersebut seakan meremehkan serangan Maria. Jarum itu menusuk daging di sayap Zhao. Maria bersalto dan turun ke tanah. Zhao yang berniat mengincar Maria ditabrak oleh Sean dari samping.

Zhao segera mundur dari posisinya dan menyeimbangkan dirinya. Maria terjatuh dari ketinggian dan berusaha mencari pijakan di antara tumbuh-tumbuhan. Ketiganya nampak terengah-engah karena pertarungan yang berlarut-larut.