Chereads / Coffe Love / Chapter 3 - 2. Pertarungan Sengit

Chapter 3 - 2. Pertarungan Sengit

Tik...tik...tik...riuh gerimis menemani suasana dingin di pagi hari sebelum matahari menampakkan wajahnya,Desember memang bulan yang istimewah karena merupakan bulan terakhir dalam kalender.Terkadang banyak orang yang menyebutnya juga akhir tahun,bulan yang penuh dengan tetesan air langit hampir disetiap harinya.Entah mengapa bukan hanya awan saja yang tengah mendung pagi ini,namun Erlin merasa hatinya juga sedang mendung ada sesuatu yang mengganjal hingga jantungnya terus berdegup kencang,pikirannya juga terasa terganggu.Namun Erlin juga tidak tahu entah apa yang menyebabkan dirinya begitu gelisah.Ia tetap terus mengayuh sepedanya dengan laju sedang,matanya terus fokus memandang jalanan,berhubung gerimis pagi ini sangat kecil-kecil Erlin berfikir tidak perlu untuk menggunakan payungnya ia menggenggam erat payungnya di tangan kirinya karena kerangjangnya penuh dengan belanjaan sayuran dan buah-buahan yang di belinya dari pasar sesusai dengan perintah koki handal PonPes.Tiba - tiba jantung Erlin berdetak sangat kencang bagaikan bertemu gebetan,ternyata semua itu menjadi kode untuknya.

" wek..wek..nguakss..nguakss...Bruakss..grekss..krakkss !!! " Mata Erlin terasa gelap semua jadi semu samar-samar,ia terjatuh dari sepedanya akibat menabrak dua angsa yang lewat tanpa permisi di depan jalannya.Erlin segera sadar dari masa kritis beberapa detiknya,ia lalu bangkit sambil mendirikan sepedanya namun takdir hari ini nampaknya memang tengah tidak bersahabat dengannya.Ia terpaksa mendorong sepedanya dengan alas kaki sebelah saja ia terpaksa menenteng satunya lagi.

" Hustt..Husttt..sana pulang buruan,yang salah kamu kenapa jadi aku yang harus bertanggung jawab dasar Angsa ini benar benar..hah..hah !!,kalau aku bawah pisau aku sembelih kamu buat sarapan anak santri !".Gerutu Erlin kesal dengan nafas ngos-ngosan ia berlari sekencang mungkin lebih jauh dari kedua angsa itu.Namun tenaganya kini sepertinya sudah hampir habis,jurus larian kilatnya berubah menjadi jurus pasrah karena kelelahan.Ia berhenti sejenak sambil mengawasi kebelakang untuk memastikan bahwa jarak mereka berdua sudah benar-benar jauh.

" Allhamdulillah..akhirnya,terimaksih ya Allah...,harus gimana sekarang ?!.Olahraga pagi yang melelahkan..hufftt..".Erlin mengecek rantai sepedanya yang putus,ia menghela nafas panjang berulang kali sambil berdoa kejaiban datang untuknya.Nasibnya kali ini memang sangat sial.

" Kenapa kalian tidak mau berkompromi dengan ku...huffttt..sabar..sabar Erlin,Aahhh gimana mau sabar... di sosor angsa sekarang rantai sepeda putus,kamu juga sendal kenapa ikutan putus kalian janjian menguji kesabaran ku?!!..hujannn..oh...hujan apakah kamu juga ingin menambah derita ku hari ini ?!..hembtt..hah ".Celetuknya menghibur kemalangan dirinya,tak berselang lama hujan turun begitu lebat hingga membuat jalanan bertambah gelap.

" Heiii...kamu !!!..Jangan diam saja kalau berani hadapi aku sekarang..aku sembelih kamu !!,parang ini aku asah 7x...Heii kenapa diam saja !!!.Jangan jadi pecundang sialan...!! ".Berdiri tegap seorang bapak paruh baya di depan Erlin dengan tangan kanannya mengacung acungkan golok dengan tangan kiri berada di pinggangnya menandakan dia tengah menantang seseorang.

Erlin terdiam,tubuhnya kaku mati rasa.Ia bagai patung membeku,matanya tidak mampuh berkedip.Dinginya air langit kalah dengan suhu tubuhnya.Erlin tidak mengerti harus bagaimana,ia berusaha menyadarkan dirinya lalu mengalihkan pandangannya disekitrannya,Ternyata amarah bapak paruh baya di hadapannya di tujukan untuk penghuni rumah di samping kirinya.Erlin menghembuskan nafas lega,tidak mau menambah kepedihannya dia memutuskan untuk tidak ikut andil dalam pertarungan sengit itu.Ia berusaha melarikan diri dari situasi yang membuatnya terjebak.Ia berjalan pelan menuntun sepedanya melewati medan pertempuran.Jantungnya berdecak kencang terasa ingin copot perutnya sakit menahan kencing hingga lupa mengenakan payungnya.

Akhirnya ia lolos dari pertarungan sengit hubungan tetangga.Ia berhenti sebentar untuk membuka payungnya,meskipun badannya sudah basah kuyup namun ia ingat tetap menjalankan amanah menjaga sayur dan buah yang dibeli dari pasar agar tetap baik.Ia membuka payungnya dengan segera.Kejutan datang lagi,payung yang akan ia kenakan juga ikut error,payung itu cekung keatas dengan robekan lebar di salah satu sisinya,membuat salah seorang pemilik rumah yang keluar mengambil sesuatu di halaman rumahnya tertawa puas karena kemalangan Erlin.Ia tidak berkecil hati,ia justru balik membalas senyuman ibu paruh baya itu.

Ia menutup kembali payungnya,tanganya meremas kuat gagangnya.Ia memejamkan mata beberapa detik baru kemudian melanjutkan perjalanan pulang,sebelumnya ia melihat arloji yang ada ditangan kirinya masih ada sisa waktu.Ia memutuskan untuk mampir ke bengkel terdekat yang ada di sekitar jalan pulang.Karena hari masih terlalu pagi,ia berharap nasib baik berada di pihaknya kali ini.

" Mudah-mudahan sudah ada bengkel yang buka " gumam Erlin di sepanjang menyusuri jalan pedesaan arah pulang ke PonPes.

Ternyata Tuhan mengabulkan doanya,ia melihat satu-satunya bengkel yang sudah buka di sebrang jalan yang ia lalui.Iya..karena memang hanya ada satu bengkel saja di jalan arah pulang PonPes.

" Kenopo toh nduk esok-esok kok wes nuntun sepeda kui loh " Sentil bapak paruh baya yang bertugas sebagai teknisi bengkel sekaligus pemilik bengkel yang sedikit mengenal Erlin.

"Inggeh pak..itu rantai sepedanya putus " Jawab Erlin dengan muka pucat dan lemas.

" Loh memang rantai sepeda kui yo iso tukaran nduk ??..tak kiro seng iso pedot kui mong hubungan wong seng lagi kasmaran ndok "

" Hembt...inggeh Pak "

" Yo wes sepeda mu tak operasi ne sek,monggo lungguh disek kono " seru pak bengkel sambil menyiapkan alat kerjanya.

Erlin hanya menganggukkan kepalanya.Ia duduk mencari ide menyatukan sendal sebelah kanannya yang putus akibat insiden dengan dua angsa tadi.ia begitu fokus menyambung ulang sendalnya menggunakan jarum pentul yang disematkan di salah satu sisi kerudungnya,ia di kejutkan oleh suara laki-laki yang tiba-tiba keluar dari mobil sedan putih dan mengucapkan terimakasih sambil mengulurkan sejumlah uang kepada dua bapak-bapak yang sudah mendorong mobilnya sampai bengkel,nampaknya kedua bapak itu justru menolak uangnya.Laki-laki sekitar 35 tahunan itu segera meminta pak Bengkel untuk mengecek mesin mobilnya yang tengah bermasalah,namun pak bengkel tetap profesional mendahulukan sepeda butut milik Erlin.Laki-laki itu duduk di sampingnya namun ia sedikit terkejut ketika sekilas tidak sengaja melihat wajah Erlin,Laki-laki itu kemudian membuka ponselnya tak berselang lama ia kembali memasukkan ponselnya ke saku.

" Hii..itu sepeda mu ?" Tanya ramah laki-laki 35 tahun itu kepada Erlin

Erlin hanya menganggukkan kepalanya lalu ia kembali menunduk lagi

" Habis belanja ya ?,memangnya kamu hari ini tidak sekolah ?" Tanya penasaran laki-laki 35 tahunan itu.

Erlin kembali menganggukkan kepalanya " Saya sudah tidak sekolah ".

" Kenapa tidak sekolah ?,kamu terlihat masih muda ?"

Erlin hanya menggelengkan kepalanya " Iya saya hanya tamat Mts pak ".Erlin selalu memberi jawaban sama setiap ada pertanyaan semacam kepadanya.Ia berusaha menyembunyikan identitas asli dirinya setelah insiden besar yang pernah dialaminya,karena selama ini dia hidup dengan sebuah ketakutan dari memori masa lalunya.Banyak hal yang dia cemaskan.

" Saya Rio Putra..adek siapa namanya ?" Bapak 35 tahun itu memperkenalkan namanya sambil mengulurkan tangan untuk saling berjabat tangan dengan senyum keramahan.

Namun Erlin tidak membalas jabat tangan itu melainkan ia menunduk sambil memperkenalkan namanya " Maaf..Saya Erlinda Audria pak Rio,sekali lagi maaf saya tidak terbiasa jabat tangan dengan laki-laki yang bukan muhrim saya "jelas Erlin tetap menjaga kesopanannya.

" Ohh..iya tidak masalah,kamu orang asli ini ?".Tatapan penuh penasaran pak Rio yang tengah menyembunyikan rahasia besar.

" Emm.. saya bukan orang asli sini,saya orang pelosok kota semarang " jawab Erlin sedikit ragu.

" Lalu kenapa kamu bisa berada disini,em..kamu merantau kerja disini ?".

Erlin hanya menganggukkan kepalanya. " Nduk iki sepada mu wes dadi..cepet ndang muleh selak dadi es batu kue mengko! ".Erlin sontak memalingkan kepalanya lalu menganggukan kepalanya.Ia berdiri meraih sepedanya.

" berapa pak ?" Tanya Erlin dengan wajah manisnya

" Apane ??..wes lek ndang mulih..kae langit e wes arep ambruk.geratisss..tis.." Seru bapak bengkel ke Erlin.

Erlin mengambil uang dari saku roknya lalu menyodorkan kepada bapak bengkel,namun bapak bengkel itu justru menghela nafas.

" ogak usah nduk..kue mau wes sugeh ?! Yen durung besok wae yen kue wes dadi wong sugeh akeh duit e ojo lali mampir neng bengkel iki ".Ucap pak bengkel membuat Erlin nyata membeku bingung memberi jawaban.

" Terimakasih pak..." Balas Erlin sambil memutar balik sepedanya dan menganggukkan senyum ramah kepada pak Rio.." Mari..pak saya duluan ".

Pak Rio berdiri dari duduknya sebelum Erlin sempat mengayuh sepedanya

"Eh..tunggu dulu dek,ini ada kartu nama saya kalau kamu butuh bantuan atau pekerjaan hubungi saja nomer itu..okk ".Pak Rio menyodorkan kartu namanya ke Erlin.

Erlin membaca kartu nama itu sekilas lalu berpamitan pergi.Ia mengayuh sepedanya pakai jurus kilatnya,ia tidak mau membuat Mak Sum kecewa.Hanya kurang dari setengah jam ia sudah sampai di dapur besar PonPes. " Maaf mak telat sedikit "

Mak Sum melongo terdiam " Er..kamu habis mandi Hujan ?,ah...sudah sana cepetan mandi,ganti baju keburubmasuk angin "

Erlin melakukan kebiasaannya menganggukan kepala " Tapi...Mak..hari ini..aku minta maaf enggak bisa bantuin masak soalnya mau mgembaliin flashdisk " nada terbata-bata Erlin.

Mak Sum mengacungkan pisaunya ke Erlin hingga membuat ia mundur beberapa langkah "hemm..iya Erlin..udah...buruan sana jangan lupa nanti bawah payung ".Seru Mak Sum dengan amarah perhatian.

*****