"Mereka sudah datang Bu." ucap pelayan Isabella.
Alesha segera memanggil Isabella yang berada di taman belakang untuk memberi tahu, menyambut Kimmy dan keluarga.
"Isabella mereka sudah sampai." teriak Alesha sedikit berlari.
"kamu tidak perlu berjalan cepat seperti itu" ucap Isabella ketus.
"Iya maaf." ucap Alesha meminta maaf pada sahabatnya.
"Selamat datang kembali Arka." ucap Isabella sambil memeluk Arka sepupunya, Arka juga menyapa Isabella.
"bagaimana dengan bisnis kamu?" tanya Arka ketika mereka berdua melepaskan pelukan.
"alhamdulilah sangat lancar." jawab Isabella tersenyum senang.
Kimmy dan Alesha juga saling berpelukan, mereka berdua cukup lama tidak bertemu, karena Alesha beberapa bulan berada di Inggris bertemu dengan kedua orang tuanya, dan tidak lupa mengunjungi Newyork, negara favoritnya.
"kami sangat merindukan kalian." ucap Kimmy melepaskan pelukannya.
"kami juga merindukan kalian." jawab Alesha jujur.
"Tante Isabella." teriak ketiga anak kecil memanggil Isabella.
Isabella yang melihat ketiga anak Arka dan Kimmy memanggilnya, langsung saja dia memeluk erat ketiga anak itu, dan menghujaninya dengan ciuman.
"Tante Isabella rindu Alex, Suri, dan Axel." ucap Isabella mencium ketiga anak itu bergantian.
"kami juga lindu tante Bella." ucap anak Arka.
Alesha juga memeluk ketiga anak Kimmy yang berada di pelukan Isabella, "halo sayang Ami rindu sama Suri, Alex dan Axel, gimana kabar kalian?" ucap Alesha bertanya sambil memeluk dan menghujani anak itu dengan ciumannya.
Kabar kami baik, kami juga rindu Ami." ucap ketiga anak kecil itu.
Mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam rumah Isabella, Isabella menggendong Suri dan Arka menggendong Alex, sedangkan Kimmy menggendong Axel.
Keluarga mereka terlihat sangat bahagia, setelah mereka semua melewati masa-masa sulit dulu. Akhirnya mereka semua merasakan kebahagiaan, ditambah lagi Isabella yang sangat bahagia, dia juga bersyukur dengan kehadiran ketiga keponakannya yang lucu dan pintar.
Kimmy dan Arka setiap harinya juga selalu merasa sangat bahagia, keluarga mereka sangat harmonis, apalagi ketiga balita melengkapi keluarga kecil mereka.
Sedangkan di apartemen mewah di salah satu ibukota, seorang wanita terlihat sangat kurus dan tidak secantik dan seksi seperti dulu. Aldisha, dia dari tadi membiarkan anaknya terus menangis di dalam pelukan perawat yang di sewa oleh Sean.
"Bawa dia keluar." ucap Aldisha memerintah perawat itu untuk membawa anaknya keluar dari kamarnya, dia merasa terganggu dengan tangisan anaknya.
"tapi Austin ingin bersama ibu." ucap perawat itu hati-hati, karena perawat itu sudah cukup kewalahan mengurus anak Aldisha yang bernama Austin. Anak itu terus menangis dari tadi, perawatnya juga merasa kasihan melihat anak yang di gendongannya, ingin sekali anak itu di peluk meminta di gendong oleh ibunya.
Aldisha menatap tajam ke arah perawat, dia tidak suka mendengar ucapan perawat tadi. Perawat yang melihat tatapan membunuh itu, langsung buru-buru ingin meninggalkan Aldisha sendirian.
Aldisha kembali menangis, sebenarnya dia sungguh tidak tega melihat keadaan anaknya, tapi hati dan pikirannya begitu sangat hancur, dalam keadaan itu tidak mungkin membujuk anaknya. Aldisha kembali mengingat lima tahun yang lalu, dia hampir mencelakai anaknya karena kecerobohannya.
"Aldisha apa yang sedang kamu lakukan." ucap Sean sambil melempar obat keras yang hampir saja di minum oleh Aldisha.
"aku ingin mati." jawab Aldisha menangis.
"kamu sudah gila, Austin membutuhkan kamu." ucap Sean.
Dia mencoba menyadarkan kesadaran Aldisha yang sudah mulai hilang akal, dia tahu kekasihnya merasa sakit hati dan sangat marah ketika mendengar kabar Arka akan menikahi Alesha sahabat Arka sendiri.
Aldisha yang tidak terima ketika Arka menikahi wanita lain selain dirinya, nekat mengakhiri hidupnya, apalagi Arka pergi meninggalkan Indonesia, hal itu membuat Aldisha tidak tahu harus berbuat apa.
Aldisha sangat mencintai Arka, katakan saja bahwa Aldisha mencintai harta dan ketampanan milik Arka, dia tidak peduli dengan perasaan Sean kekasihnya, ayah dari anak yang di lahirkannya.
Aldisha yang tadinya menangis kini menghapus air matanya dengan kasar, dia segera keluar dari apartemen meninggalkan Sean dan anaknya. Aldisha buru-buru berlari keluar, Sean yang melihat itu mencoba menahan Aldisha, dia tahu bahwa Aldisha akan meninggalkan mereka.
Sean berusaha menahan kekasihnya, tapi Aldisha sudah lebih dulu keluar apartemen, melihat itu Sean jadi bingung, anaknya yang masih berusia satu bulan itu terbaring di atas kasur bayi dalam kamar mereka, tidak mungkin dia meninggalkannya.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Sean mencoba mengejar Aldisha yang sudah berada di anak tangga apartemen. Belum sempat mereka berdua sampai di lobi apartemen, suara ledakan sangat keras terdengar di apartemen mereka.
Mendengar suara ledakan itu, membuat Sean dan Aldisha diam terpaku, seketika mereka berdua mengingat anak mereka yang berada di dalam sana. Sean berlari kencang masuk menerobos pintu apartemennya, dia langsung saja mengambil anaknya yang terbaring dan membawa lari keluar, suara ledakan tadi menimbulkan percikan api yang besar.
"Sean anak aku." ucap Aldisha menangis mencoba meraih anaknya yang berada di gendongan Sean.
"cepat turun Aldisha, apinya membesar." ucap Sean cepat.
Saat kejadian kebakaran itu, mereka berdua sudah menghubungi pihak pemadam kebakaran, dan mereka langsung menuju rumah sakit. Padahal Aldisha berniat bunuh diri karena merasa hidupnya sudah tidak berarti. Dia begitu sakit hati mendengar kabar Arka menikahi Kimmy.
Sudah cukup lama Aldisha bersabar untuk berusaha mendapatkan hati Arka, tapi semuanya hanya sia-sia. Arka telah menikah dengan seorang wanita yang dia benci. Sedangkan Sean sendiri, dia juga berusaha untuk mempertahankan hubungannya dengan Aldisha, demi anak mereka, dia rela mengorbankan semuanya, dan bertahan dengan sikap keegoisan Aldisha.
Sean tidak habis pikir kekasihnya, itu sudah sangat jelas Arka tidak menyukainya, dan Aldisha masih tetap saja mengejarnya.
"tolooong,, tolooong, dokter, tolong anak saya." teriak Aldisha menangis.
Seorang Dokter langsung meraih anak tersebut, dan langsung di bawa keruangan untuk di periksa.
Kini Aldisha dan Sean sedang menunggu di luar ruangan, Aldisha berjalan kesana kemari di depan ruangan pintu tersebut. Pikirannya memikirkan tentang keadaan anaknya, dan dia berharap anaknya selamat dan tidak terjadi apa-apa.
Sean sendiri sedang duduk di kursi tunggu, dia menundukkan kepalanya serta sibuk memikirkan keadaan anaknya.
Tidak lama kemudian, pintu ruangan sudah terbuka.
"bagaimana keadaan anak kami dok?" tanya Aldisha dan Sean bersamaan.
anak kalian dalam keadaan baik, hanya saja tidak sadarkan diri karena kami membiusnya." jawab Dokter.
Aldisha pun bersyukur dalam hati, dia menumpahkan air matanya menangis terisak-isak. "Sean." ucap Aldisha sangat pelan, terdengar dia sangat lemah. Dia menatap kekasihnya dengan penuh bersalah. Melihat itu Sean pun langsung menarik Aldisha ke dalam pelukannya.