Chereads / ANGELIC DEVIL [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 117 - S2-74 IT'S YOU ....

Chapter 117 - S2-74 IT'S YOU ....

"I'm okay, it's you ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

SRAAAAAAAAKKKKHH!

BRAKHHH!

"Phi pulang!"

Mungkin memang agak berlebihan, tapi Apo benar-benar langsung keluar karena suara gerbang dibuka. Dia meninggalkan triplets yang diemong babysitter. Sementara Thanawat dan Sanee hanya menoleh heran. "Apa dulu kita begitu?" pikir mereka saat saling berpandangan.

Apo pun tersenyum lebar saat Paing muncul dari balik pintu mobil. Dia berlari seperti bocah kepada sang Alpha. Nyaris menabraknya, tapi tidak jadi karena ada perban di balik jas yang dikenakan.

"Ah! Phi! Selamat datang!" kata Apo yang mengerem mendadak. Omega itu pun mengecek tangan memar Paing. Menggenggamnya. Lalu balas disenyumi dengan jenis yang sama manisnya.

"Hei. Kau tampak baik-baik saja," kata Paing. Masih tak berubah dan suka mengacak ubunnya. "Ayo kita masuk dulu, hm? Aku sudah ingin bertemu Mama."

Namun, bibir Apo malah manyun-manyun. Tampaknya dia kecewa tak diberi perhatian, tapi Paing kemudian membentangkan lengan. "C'me here ...." katanya. "Tapi jangan keras-keras karena dadaku luka."

"He he he, oke," kata Apo, yang langsung nyengir sebelum memeluk sang mate. "Senang Phi baik-baik saja." Tidak berlebihan, kok. Apo cuma bertahan di sana beberapa detik. Senyum lagi. Kemudian bantu membawakan tas selempang. Ya, walau Paing sudah melarang. Tapi dia senang melihat Alpha itu menyeret koper di sebelahnya.

Aneh. Sumpah Apo merasa tidak bertemu Paing begitu lama, padahal baru setengah bulan berpisah. Itu pun harusnya time-lap karena dia hanya tidur. Tapi, astaga ... melihat Paing mencukur kumis serta jenggotnya di depan cermin. Rasanya itu sudah menjadi hiburan.

"Kenapa?" tanya Paing yang melirik penasaran.

Apo yang memakai bathrobe malah menyangga dagu di sisi wastafel. "Tidak kok. Teruskan saja apa yang Phi lakukan. He he he," katanya. Malah hanya sikat gigi dan belum mencuci muka. Omega itu meremas gagang sikat saat meniti ketampanan Paing. Mata tajamnya (yang malah kelihatan manis), hidung mancung, bibir seksi (oke, Apo jadi ingin menciumnya), walau kurang suka menatap memar lain yanga ada di dekat rahang.

"Kau ini, dasar ...." kata Paing. Yang tetap santai memakai shaving foam ke kumis. Lalu melanjutkan cukuran yang sempat tertunda.

"Ngomong-ngomong, Phi selama 15 hari apa bertemu yang cantik-cantik?" tanya Apo. Sangat selidik, karena tak mau ditikung untuk yang kedua kali. "Maksudku, saat dinas? Bagaimana pun kan perginya tidak satu negara. Aku mana tahu kalau cuma menunggu di rumah."

Paing pun melirik lagi. "Bertemu kok," jawabnya kalem. "Banyak malah. Apalagi kolega-kolega luar itu unik. Mereka suka merawat badan dan stand out di luar. Plus suka menggoda juga."

Oke? Apo jadi menyesal bertanya. Tapi, bukan dia kalau tidak balas brutal. "Oh, jadi sempat sentuh-sentuh tidak? Soalnya kata Oma aku menangis selama tidur," katanya. "Siapa tahu sebenarnya mate-ku sedang memangku mereka."

Paing pun menyeringai kecil, lalu mencuci muka hingga benar-benar bersih. "Ya, beberapa suka mengintari di sekitar," katanya.

DEG

"Oh?"

"Terus kubilang, mau mengendarai kuda trojan? Tapi kuda-nya bisa mati karena punya paru-paru bocor. Jadi mereka mundur satu per satu."

Cih ....

Harusnya Apo tertawa, tapi sial--Paing ini tidak punya selera humor yang bagus! Brengsek! Dia cuma lelaki dengan mulut jujur. Menyebalkan. Tapi Apo tidak bisa benci.

"Ckckck, terus kalau tidak luka, jadi mau dong?" kata Apo. Masih tetap mencoba mengorek-orek.

"Memang mereka muat kalau cuma diajak seks cepat?" tanya Paing benar-benar tanpa beban.

DEG

APA KATANYA BARUSAN?!

BUAJINGAN YANG SATU INI!

"A-A-Apa?!" kata Apo yang refleks memerah. Dia ingat betapa lama proses Paing melonggarkannya sampai capek. Menuntut cairan Omega-nya keluar terus menerus. Bahkan masih berdarah ketika masuk---

"Kenapa?"

BRAKH!

Apo pun refleks mundur-mundur hingga punggungnya menabrak dinding. Padahal Paing hanya diam dan menatapnya di sana.

"T-Tidak kok. Cuma agak--shit! Phi mesum!" kata Apo sambil menunjuk-nunjuk. "Awas kau bahas itu lagi aku akan lari dari sini!" ancamnya.

"Heeeehh ...." kata Paing yang hanya geleng-geleng kepala. Dia menyiapkan odol tanpa balas menatap. Biarkan saja sang Omega bertingkah, padahal tahu jantung Apo sudah kelojotan. "Padahal kau sendiri yang mengajakku bicara."

Rona merah Apo pun merambat hingga ke telinga. "T-Tapi kan--!"

Paing hanya sikat gigi tanpa melirik lagi ke Apo. Dia kembali menjadi Paing yang dikenal sang Omega dulu. Beda-nya sekarang jadi sering menyeringai kecil.

BRENGSEK! DASAR GILA!

MEREPOTKAN SEKALI BUAT JANTUNG! AARRRGGGHHHHH!

BRAKH!

"Ya sudahlah, aku juga mau cuci muka," kata Apo yang mencoba tak salah tingkah. Dia memoles pipi dengan facial foam, agak jengkel. Padahal niatnya marah dulu sebelum prank diakhiri dengan kabar kehamilan--

"Oh, iya. Pa dan Ma tadi bilang soal kabar baik," kata Paing mengawali. Dia menepuk muka dengan handuk kecil, tapi matanya sudah fokus pada Apo saat berbicara. ".... mereka bilang baby-nya jadi? Apa sungguhan?"

DEG

"Hah?"

Apo yang baru meratakan busa pun terlolong dengan imutnya.

"Baby ...." kata Paing yang mendadak memepetnya dengan satu lengan. "Dariku. Jadi dia sekarang benar-benar ada?" tanganya, yang membuat Apo buru-buru kabur untuk menyalakan keran.

Brugh!

SRRRRRRRSS!

BYURR!

"Sial! Apa-apaan sih?! Aku kan mau memberikan suprise sendiri! Tapi kenapa Phi sudah tahu?!" batin Apo. Mendadak kemusuhan dengan Thanawat dan Sanee.

"Apo?"

Apo pun memutar tuas keramnya kesal. "Iya! Jadi! Ya ampun! Aku benar-benar--arrgh!" katanya karena sudah kepalang malu. Demi Tuhan, situasi ini tidak jelas sekali! Random parah. Padahal pura-pura tidak tahu kan bisa? Tapi kenapa malah langsung bertanya? Apo pun ingin meninju Paing kalau saja Alpha itu tidak luka! "Aku sudah mengira sih, tapi ... Phi sendiri apa benar-benar senang?" tanyanya dengan lirikan kecil.

Apo tampak tak percaya diri, karena lelaki itu seorang "Paing Takhon", maka dia sungguh merasa terhormat bisa sejauh ini hingga mengandung bayinya.

"Of course, kenapa tidak?" kata Paing dengan senyuman tipis. "Kan Phi sendiri yang minta. Jadi, keep safe, oke? Jaga kesehatan karena aku titip sesuatu di sana."

Apo pun terpejam saat akan dikecup. Seolah-olah itu pertama kali mereka melakukannya. Dan perutnya terasa tegang sekali. Namun, entah ya ... mungkin karena posisi mereka sungguhan salah. Apo pun memilih lebih realistis saja.

"Oh, iya, Phi ...." kata Apo sambil memeluk pinggang Paing Takhon. Dia tak berani erat karena tempat itu penuh oleh perban besar, sampai-sampai Apo tidak berani melihat seperti apa luka di baliknya.

"Hm?"

"Kalau ... umn, semisal saja ... aku tetap tidak bisa cerai dengan suamiku, tak apa kah kalau dia kunamai dengan marga Romsaithong?" tanya Apo dengan tatapan mata indahnya. Omega itu sedih, tapi tetap ingin waras. Lalu mengembangkan senyum merekahnya. "Maksudku, ya ... lebih baik dia tetap lahir ke dunia. Karena aku ingin melihatnya juga."

Paing pun tersenyum, meski dadanya terasa tercubit juga. "Hm, tentu. Just do it," bisiknya dengan nada berat. "Yang terpenting aku bisa melihatnya tumbuh. Bersamamu. Ikut disayangi kakak-kakaknya. Dan kau tidak perlu memberitahu bahwa aku Daddy-nya."

Apo pun berkaca-kaca karena membayangkan hal itu terjadi. "No, tapi ... ya. I do," katanya dengan cengiran kecil. "Terus waktu dia besar, akan kuperkenal  padamu seperti ini. Hei, lihat. Itu yang namanya Uncle Paing ...." katanya seolah-olah sudah terjadi.

"Ha ha ha, bagus. "Uncle" juga tidak buruk ...." kata Paing. "Toh aku juga punya banyak keponakan bocil di rumah."

"Ha ha ha ha ha, iya. Jadi sudah terbiasa dipanggil begitu?" kata Apo. Mendadak merasa konyol, tapi juga sangat senang.

"Yeah."

"Benar juga sih, ha ha ha," tawa Apo lagi. "Tinggal jodohkan saja kalau kau ingin dia begitu dekat."

Paing pun ikut tertawa-tawa. Sebab janin itu masih berupa darah. Tapi mereka sudah kepikiran sampai kemana-mana. Hal yang membuat Apo gemetar saat diberi kotak berwarna hitam. Apalagi isinya perhiasan lengkap atas hingga bawah. Namun, Apo tidak memakai semuanya. Dia hanya menyentuh kalung berbandulkan safir. Dipakaikan. Juga gelang kaki cantik dengan hiasan diamond yang detail.

"Thanks, Phi. Tapi, sepertinya aku berubah pikiran," kata Apo, saat melihat Paing berjongkok di depan kakinya.

"Hm?"

Sang Omega tidak nyaman dengan duduknya di tepi ranjang, apalagi Paing menatapnya dengan jenis mata itu. "Wait, bisa gelangnya dilepas lagi? Takutnya malah kuhilangkan ketika dipakai lari," katanya.

"Ha ha, tidak apa."

Apo pun refleks merengut. "No, no. Aku yang tidak baik-baik saja," katanya. Lalu melepas gelang itu sendiri. "Soalnya barang-barang darimu harus kujaga. Percuma saja kalau hilang, malah tidak lengkap lagi nantinya."

Paing pun diam saat gelangnya dimasukkan lagi ke dalam kotak. Dia menghela napas karena Apo sangat hati-hati. Padahal kalau pun hilang bisa dia belikan lagi. "Ya, oke. Bagaimana bagusnya menurutmu saja," katanya.

"Um." Apo mendongak saat Paing mengelus pipinya. Dia terpejam untuk menikmati belaian itu. Bersandar pada otot perutnya sejenak. Lalu mereka saling terdiam.

...

....

Cukup seperti itu hingga semenit ke depan. Tapi rasanya sungguh-sungguh damai. Seolah mereka lengkap hanya dengan begitu dekat. Bersama. Dan saling menggenggam untuk menghadapi hari esok.

"Phi?" panggil Apo tiba-tiba.

"Ya?" sahut Paing yang menelusuri helaian rambut Apo dengan jemari.

"Maaf aku datang di saat yang tidak tepat," kata Apo sambil meremas jubah tidur Paing. "Memintamu untuk menerima mendadak. Memaksamu di posisi sekarang. Bahkan orang-orang menyebutmu selingkuhan--"

DEG

"Ssshh ... shhh, enough. Don't say that," sela Paing dengan kekehan pelan. Dia menghela napas karena tak pernah berpikir ke sini (persis Apo) Namun, tolonglah ... Paing sunggug benci dengan sebutan itu. Karena faktanya mereka adalah mate untuk satu sama lain. "Sekarang kita lebih baik tidur. Tetap di sini. Setidaknya hingga capekku dari luar hilang."

"Umn."

Apo pun mengangguk pelan. Omega itu minta maaf untuk kesekian kali. Lalu mereka ambruk di ranjang bersama-sama.

BRUGH!

"Assshhh! Apo--bahuku ...."

"Eh? Perih? Bagian mana, Phi? Sial!"

.... dan ya, begitulah. Segalanya masih berjalan begitu wajar. Tak masalah. Mau mereka disebut orang ketiga atau sejenis. Toh apapun pendapat orang, keduanya tetap berpikir selama itu dirimu.