SEHARI setelahnya, Mile pun pulang dari Las Vegas. Dia menyasar rumah sakit sesuai janji, dan langsung mencium peluk Apo. Alpha itu tak peduli bagaimana rupa Omega-nya, lalu mendekap erat.
"Apo!"
DEG
"Eh, Mile? Kau pulang?" kaget Apo yang mengira suaminya sampai malam. Ternyata pukul 3 sore sudah ada di hadapannya. Waktu itu Apo dalam persiapan ganti baju, tapi para suster mundur tidak jadi menyeka tubuhnya.
BRUGH!
"Hooah, iya. Kenapa kaget sekali? Bukankah kau yang menggugupiku kemari?" tanya Mile sembari membelai rambut lepek Apo sayang. Dia juga mengesun ubun lelaki itu, walau setelahnya bersin karena belum keramas. "Hatchi!"
"Ha ha ha ha," tawa Apo yang langsung mendorong Alpha-nya. "Cih, aku malu, sial. Kenapa kau sering datang saat kondisiku sedang jelek? Minggir dulu ...." katanya.
Mile malah duduk di sisinya dan mengambil alih tugas menyeka. Dia menyuruh para suster keluar, sementara si kembar dibawa babysitter masing-masing. "Hmm, Sayangku. Sejelek apa di mataku masih ada manis-manisnya tersisa," katanya sambil mengusapi leher Apo. "Lagipula siapa yang tak jelek saat sakit? Pffft--sakit kangen, katanya. Ha ha ha ha ha."
Plakh!
"Mile Sat!" Sambil menampar kepala Mile, Apo pun langsung memerah penuh. Shia! Baru kali ini dia dipojokkan separah itu. Namun, tak seperti biasanya. Apo menerima treat sang suami hingga selesai, walau rasanya sedikit aneh. Dia ditelanjangi lalu dipakaikan baju bersih. Padahal Apo yakin sang Alpha belum makan sebelum datang untuknya. Dia pun memeluk Mile setelah selesai, juga balas melumat bibirnya beberapa kali. Persetan dengan suhu badannya yang masih panas. Apo tetap maju karena desakan rindu di dada, toh Mile Phakphum diam membiarkannya bergerak. "Mnnh ... nnn," desahnya, lalu terkikik kecil. "Aku ini mencintaimu."
"Hm?"
Mile sampai kalah cepat mengatakannya duluan, apalagi Apo mengulanginya beberapa kali lagi.
"Aku sangat mencintaimu, Mile. Pokoknya cinta, cinta, cinta, cinta, cinta ...." kata Apo tanpa melepaskan pandangannya dari lelaki itu. Dia ingin Mile melihat kedalaman perasaannya yang terbongkar semakin jauh, lalu menautkan kelingking mereka tanpa permisi. "Maaf soal dulu-dulu. Aku janji kalau ada telepon darimu pasti kuangkat. Atau chat, terus vicall? Asal situasinya mendukung saja."
"Hm, pintar," puji Mile sambil mengesun pipi Omeganya sayang. "Senang permintaan lawasku terkabul. Padahal kukira sudah kadaluarsa. Ha ha ha."
"No, kalau ini bukan untuk mengujimu," kata Apo berusaha jujur. "Aku dulu memang kurang suka berhubungan ponsel saja. Mungkin, apa ya. Menurutku itu hanya akan percuma? Bisa jadi sosial media tidak mewakili perasaanmu."
Mile pun berusaha memahami pemikiran old fashioned Apo Nattawin. Dia akhirnya mengangguk, lalu terkekeh karena sadar sudah merasuki lelaki ini semakin dalam. "Ok, I feel u," katanya. "Sebelum pindah aku juga berpikir begitu."
"Tapi ini cuma untukmu saja. Aku tetap tidak nyaman melakukannya dengan yang lain. Menyebalkan, ha ha ha," tawa Apo. "Pokoknya kalau tidak kubutuhkan, mereka harus menemuiku langsung untuk bicara. Paham?"
Dari kilau mata Apo, Mile bisa dengar kata-kata yang ingin dia ucapkan: karena kau itu sangat istimewa, Mile. Spesial. Aku yakin kau paham maksudku.
"Iya, iya. Tahu," kata Mile sambil mengacak-acak rambut Apo. "Sekarang ayo makan malam. Tapi, kupesankan dulu di luar. Mau menu apa hari ini?"
Apo pun melepaskan pelukannya perlahan-lahan. Dia senang karena aroma Mile begitu dekat, lalu menggeleng saja. "Terserah. Aku tidak punya keinginan khusus," katanya. "Beli menu apa saja, Mile. Tapi temani makan sampai selesai."
Mile pun tak tahan menarik pipi Apo dengan cubitan. "Hmmm. Manjanya," katanya gemas tak kira-kira. "Ya sudah, tunggu. Aku akan keluar sebentar."
"Oke."
"Dah."
Saat melihat punggung suaminya berlalu, Apo pun merasakan kelegaan luar biasa. Dia berebah kembali sambil tersenyum, walau tak menyangka akan melewati hari sebegitu bahagianya. "Hahh ... padahal resepsinya masih 9 hari lagi," desahnya geli sendiri. "Aku ini sebenarnya kenapa?"
"WOOAAAAAHHH! KEREN!" jerit Nayu ketika paket dari Mile sampai ke rumah. Dia mengeluarkan gaun indah dari dalam kotak mewah itu, lalu mengepaskannya di depan cermin kamar. "Sial! Ini bagus sekali! Aku jadi sayang memakainya di acara sekolah. Hueeeee!"
Ckrek! Ckrek! Ckrek!
Setelah memotret gaun hadiahnya beberapa kali, Nayu pun lepas-lepas baju untuk mencoba segera. Dia tidak lupa mengirim pesan "Terima kasih, Phi!" kepada Mile. Lalu berputar-putar dengan cengiran senang.
BRUGH!!!!
Kini Nayu membanting tubuhnya ke ranjang. Dia berpose seolah model di atas selimut berantakannya, senyum manis, lalu selfie seperti umumnya anak remaja.
Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek!
"WOAAAH! CANTIKNYA AKUUU! HA HA HA HA! Tinggal pakai headpiece saja kalau nanti serius ber-make-up, uwu!" pekik gadis muda itu lalu menilik hasil foto-fotonya sendiri. Jarinya pun menggeser-geser isi galeri, lalu berhenti pada sebuah foto yang amat dia kagumi. "Uuu, Phi Jeff! Tampan sekali sih ya Tuhan! Aku mau jadi pacarnya kalau sudah masuk kampus! Hiks!" katanya sambil membelai layar ponsel.
Nayu memang sering stalking crush-nya yang satu itu. Dia kadang mengajak seorang teman. Mengekori kemana saja. Lalu memotret gerak-gerik Jeff dari belakang.
DEG
Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek!
"Sssst! Tolong jangan berisik, Lulu! Aku ini sedang berusaha!"
"Iya, iya. Ayo cepat ambil fotonya lagi! Keburu pergi!"
"Sebentar. Sepertinya angle ini bagus!"
Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek!
"Sial! Sembunyikan kepalamu sebentar! Dia menoleh! Dia menoleh!"
"Apa?"
"Sudah ayo sembunyi saja!"
Nayu pun senyum-senyum sendiri tiap kali mengingat momen seperti itu. Dia scroll-scroll tumpukan foto Jeff di dalam sana, walau lama-lama mulai menyadari sesuatu yang cukup janggal.
DEG
"Eh?" Nayu pun menyipitkan mata saat melihat foto Jeff sedang beli Boba. Dia terlihat biasa saja, senyum tampan. Namun di pojokan mall ada seseorang berpenampilan hitam-hitam yang seperti sedang mengincar. "Tunggu, tunggu ... tunggu dulu. Ini serius? Atau aku cuma lagi salah lihat?"
Refleks, Nayu pun duduk meski susah payah karena bergaun besar. Dia mengernyitkan kening. Meneliti. Lalu menemukan lebih banyak penampakan hitam-hitam itu di foto-foto yang lain.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ...
Prakh!
"Oh, Ya Tuhan ...." desah Nayu setelah ponselnya jatuh ke lantai. "A-Aku ... aku harus bilang siapa kalau begini?"
Bersambung ....