Chereads / ON DIMENSION (BxB) / Chapter 6 - ON PAGE 005

Chapter 6 - ON PAGE 005

FILM OUT

RUN

[20.09] Osaka terus melangkahkan kakinya, menjauh pergi dengan hati yang terasa hampa. Dia kembali berada di penyeberangan jalan yang tadi hampir menjadi tempat kejadian perkara, tiba-tiba Osaka teringat akan Golden. Anak anjing yang harusnya sekarang sedang terluka, dan ditangisi oleh Arnon. Bahkan sebelum pergi mengantar Arnon Osaka sudah lebih dulu memeriksa sekitarnya, namun dia tak dapat menemukan anak anjing yang dulunya adalah milik kesayangannya. Mungkin orang lain sudah lebih dulu menyelamatkannya, begitu lah pikir Osaka yang memilih pergi kekantor polisi untuk melaporkan tentang kejadian hari ini dan mencari pemilik mobil yang hampir melukai kesayangannya.

Saat tiba dikantor polisi terdekat, Osaka tidak mendapatkan apa pun. Polisi bahkan sempat meragukan pernyataannya, alasannya karena tidak adanya CCTV, saksi dan juga korban.

─ 13 April 2012 ─

Sudah beberapa hari ini Osaka memutuskan mencari sendiri si pengemudi ugal-ugalan yang hampir menyakiti pujaan hatinya, dia melakukannya disela jadwal patrolinya. Ternyata orang yang ada dibalik kemudi malam itu adalah orang yang sangat dikenalnya, Jamie yakni kakak tirinya sendiri yang mengemudi dalam keadaan mabuk. Osaka yang dipenuhi amarah segera mendatangi kakaknya dan hampir terjadi baku hantam, jika saja sang ayah tidak ada disana untuk melerai pertikaian mereka.

Ayahnya yang telah mendengar permasalahan antar keduanya, meminta Osaka untuk menutupi hal ini dan melarangnya membawa kasus ini keranah hukum. Karena karier kakaknya baru saja mencapai puncak dan sulit untuk meraih kesuksesan dinegeri orang lain karenanya ayah mereka tidak ingin kerja keras kakaknya terbuang sia-sia. Sebagai gantinya ayahnya akan berhenti meminta Osaka mengikuti jejaknya, untuk meneruskan mengelola perusahaan yang telah dibangunnya sendiri dan akan membiarkan Osaka bekerja sebagai polisi. Dengan itu perdebatan antar keduanya berakhir, walaupun Osaka sebenarnya masih kesal tetapi ini tetaplah permintaan dari sang ayah.

─ 11 April 2014 ─

Seharusnya satu minggu lagi dirinya akan diangkat menjadi salah satu anggota divisi tindak kriminal, namun kali ini Osaka memilih untuk pergi meninggalkan kota ini. Beberapa tahun belakangan dia terus bekerja seperti biasanya, sang ayah juga menepati janjinya untuk berhenti mengusik dirinya.

Saat matahari digantikan oleh sang bulan, ketika kesibukan tak lagi dapat dijadikan sebagai alasan pengalih kerinduan. Osaka selalu berusaha memutar kembali semua kenangan yang tersimpan dalam ingatan, agar saat mata terpejam dia kan dapat bertemu dengan kesayangannya walau hanya sekadar angan.

Saat Osaka membuka mata dan kembali terjaga, bayangan akan sosok kesayangannya selalu mengiringi disetiap langkahnya. Disetiap jalan yang pernah mereka lalui bersama, kesayangannya akan berdiri disana dengan raut wajah yang dipenuhi kesedihan dan kekecewaan sedang menatap Osaka. Walau hanya khayalan belaka, namun melihat sang pujaan hati menatapnya dengan sorot mata itu membuatnya merasa semakin terluka.

Terutama dimalam ini. Kenangan tentang perayaan hari kelahiran kesayangannya yang selalu dirayakan bersama, memenuhi isi pikiran dan membuatnya terjaga. Senyum indah si pemilik lesung pipi terpampang dengan sangat jelas dan tampak nyata, senyuman yang akan sirna jika dia memilih untuk berada disisinya.

Namun Osaka memutuskan untuk tetap merayakan hari lahir kesayangannya seorang diri, dia ingin berharap agar sang pujaan hati akan berumur panjang dan sepanjang hidupnya akan selalu diberkati. Dia memutuskan untuk pergi kesebuah klub malam, tempat yang biasa dikunjungi bersama-sama untuk merayakan. Dia baru saja memesan ruangan yang selalu dikunjungi keduanya dan meminta pihak sana untuk mendekorasinya sedemikian rupa. Dirinya juga meminta pihak klub malam untuk menyiapkan kue dan meracik minuman kesukaan sang pujaan hatinya.

* * *

Di kehidupan sebelumnya, begitu lah pengucapannya di buku yang selalu menemani Arnon mengisi waktu luangnya ketika Osaka tak dapat Hadir disisinya.

Di kehidupan sebelumnya, selama bertahun-tahun dua insan ini saling mengenal satu sama lainnya. Tidak pernah sekalipun mereka melewatkan peringatan hari spesial untuk masing-masing individu, mereka selalu menyempatkan diri walaupun kesibukan bisa saja dijadikan sebagai alasan untuk tak bertemu. Sibuk memang selalu menjadi rutinitas keduanya, bertatap muka juga tidak dapat dilakukan berlama-lama. Karena itulah mereka beranggapan merayakan hari istimewa dan menghabiskan waktu bersama adalah sesuatu yang sangat berharga.

Arnon biasa mengajak Osaka ke sebuah klub yang sama, untuk menggelar perayaan apa saja. Mereka selalu memesan ruangan yang sama, di dekorasi dengan berbeda ditiap tahunnya. Kenapa Arnon memilih klub saat masih banyak tempat lainnya, karena dia ingin melepas penat dengan menari dan bernyanyi bersama dengan dunianya, miliknya, cintanya. Hanya ada mereka di perayaan yang harusnya meriah sudah cukup baginya, menghabiskan waktu bersama Osaka berarti segalanya dan dia tidak akan menukarnya untuk apa pun karena ini adalah arti bahagia untuk dirinya.

* * *

[00.46] Sudah setengah jam Osaka menunggu kue dan minuman yang harusnya diantarkan ke ruangannya, reservasi yang memang tiba-tiba tentu membuat pihak klub malam tidak dapat segera menyediakan permintaan darinya. Osaka mulai memejamkan mata, berharap mimpi kan dapat membawa dirinya melihat kembali kesayangannya.

Suara pintu yang terbuka kembali membuatnya terjaga, dan sepertinya malam ini adalah keberuntungannya. Sosok kesayangannya ada di hadapannya tanpa ada raut kesedihan terukir diwajahnya, sosoknya kali ini juga hadir dalam wujud yang sama sekali tak akan pernah terbayang oleh Osaka. Kesayangannya muncul sebagai pelayan yang mengantarkan pesanannya, ingin rasa meraih tangan milik kesayangannya. Namun rasa takut akan sosoknya yang mungkin sirna, sebelum Osaka dapat merasakan kehadirannya membuat Osaka mengurungkan niatnya.

"Apakah ada lagi yang bisa saya bantu?" Kesayangannya bertanya, tanya yang biasa terdengar dari para pelayan pada umumnya. Namun yang berbeda ialah suara kesayangannya yang terdengar sangat nyata dan aroma candu yang terasa memenuhi indranya. Semua terasa seperti realita, terutama kehangatan yang terpancar dari sosok yang berdiri dengan raut wajah bingung sedang menunggu jawab atas pertanyaan yang tak mendapat balasan dari Osaka.

"Apakah anda baik-baik saja?" Suara pujaan hatinya kembali terdengar dan menyadarkan Osaka, bahwa ini bukan hanya khayalan belaka.

Arnon seharusnya sedang melakukan perayaan peringatan hari lahirnya, bukannya mengenakan seragam dan memberikan senyuman sambil bertanya apakah para pelanggan memerlukan bantuannya. Berbagai macam pertanyaan mulai mengisi kepalanya, namun yang paling penting di antara semuanya apakah keputusan yang diambilnya adalah pilihan yang tepat. Apakah semua rasa sakit yang ditanggungnya sepadan, apakah sosok kesayangannya bahagia seperti yang selalu diharapkannya karena penampakan Arnon saat ini sangat berbeda dengan yang selama ini dibayangkan oleh Osaka.

Dari sekian banyak pertanyaan yang ada, hanya satu yang mampu terucap olehnya. "Apa kau bahagia?"

Wajah kesayangannya yang awalnya terlihat bingung dan sedikit khawatir kini telah terganti dengan tawa seperti yang diingat Osaka di pertemuan terakhir kali antar keduanya. Pujaan hatinya mulai menenangkan diri dari tawanya dan memberikan senyuman yang sekali lagi membuat Osaka yakin bahwa ini adalah realita, Arnon lantas berkata "tidak pernah sebahagia ini sebelumnya."

Osaka pun berdiri dari duduknya, berjalan menuju pintu keluar dan membuat bingung lawan bicara yang saat ini menatap punggung Osaka. Sebelum benar-benar keluar, Osaka memalingkan tubuhnya dan memandang lekat sosok yang sangat dirindunya seraya berkata "kue sama minumannya buat kamu aja." Osaka pun menutup ruangan dan meninggalkan Arnon dengan wajah kebingungannya.

Lega, itu yang dirasakan Osaka setelah mendengar sendiri kata bahagia terucap dari bibir ranum kesayangannya. Perkataan itu membantu menguatkan kembali tekadnya, sekarang dia hanya perlu berlari lebih jauh lagi agar kesayangannya tak akan tersandung dan ikut jatuh kedalam lingkaran takdir yang telah mengutuk jalan hidupnya.

Malam itu Osaka hanya berpikir untuk pergi sejauh mungkin dari kesayangannya saat mengendarai mobilnya, tanpa disadari dia tiba ditempat yang akan dihuni bersama dengan rekan kerjanya. Osaka akan bekerja ditempat ini untuk seterusnya dan tentu Draco akan setia menemaninya, tetapi jadwal kepindahan mereka seharusnya masih beberapa hari lamanya.

Pagi itu Draco dengan terpaksa membantu mengemas barang Osaka dan mengantarkan kunci rumah yang akan dihuni bersama, karena Osaka tidak membawa apa pun selain rasa rindunya.