Jam keberangkatan ku tiba, ibuku sudah mempersiapkan bekal untukku. Untuk mengirit biaya diperjalanan. Ayah dan adikku ikut serta untuk memberangkatkan aku kekota, aku, ayah, ibu dan adikku berjalan dari desaku menuju loket bus yang letaknya tidak jauh dari sekolahku.
Setelah melakukan perjalanan sekitar satu jam, kamipun tiba di loket bus ayahku memberiku beberapa lembar uang pecahan limapuluh ribu untuk bekal aku dikota sebelum mendapatkan pekerjaan. Orang tuaku sudah menyimpan uang buat ongkos dan bekalku jauh jauh hari sebelumnya.
Ibuku memberikan bekal yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Untuk mengirit pengeluaran ku ditengah perjalanan menuju kota. Setelah menunggu sekitar 15 menit bus pun datang, aku berpamitan kepada ayah ibu dan juga adikku." Ayah, ibu Adek ... Aku berangkat dulu, doain aku supaya aku dapat berhasil dikota ." Kataku kepada kedua orangtuaku sembari memeluk mereka. Tak terasa air mataku lolos begitu aja.
Jujur hatiku sangat berat meninggalkan keluarga ku didesa, tetapi apa boleh buat Keadaan yang menuntut aku harus meninggalkan mereka. Mengingat keadaan ekonomi kami yang begitu memprihatinkan."kamu baik baik disana ya nak...." Ingat pesan ibu pintar pintar bergaul jangan Samapi terjerumus." Dan ingat selalu beribadah ya nak agar Tuhan selalu melindungimu, dan jangan lupa kalau sudah sampai berikan kabar kepada ibu." Kata ibuku sembari memelukku.
Aku naik kedalam bus sembari melambaikan tanganku. Dibalas dengan lambaian tangan dari ayah, ibu dan adikku. Diperjalanan aku tidak henti-hentinya berdoa meminta perlindungan kepada Tuhan. Agar aku dilindungi diperjalanan.
Beberapa jam kemudian akupun tiba dikota, aku berjalan di keramaian kota, dengan hiruk pikuk kenderaan. Aku berniat mencari tempat tinggal sementara sebelum mendapatkan pekerjaan. Tetapi apa mau dikata. "Sekejam kejamnya ibu tiri, lebih kejam ibu kota." Pepatah itu memang benar adanya.
Ketika aku berniat mencari tempat tinggal, aku dijambret kawanan preman membuat seluruh uang dan pakaian ku pun raib begitu saja. Aku menjerit. "Tolong...tolong.. jambret." Teriakku tapi tak ada seorang pun yang perduli dan ingin membantuku. Aku menangis sesunggukan, aku ketakutan Tidak tahu harus kemana. Tak ada seorangpun yang aku kenal.
Tiba tiba seseorang datang menghampiriku. Kamu kenapa dek? Tanya seorang ibu paruh baya yang lagi berjalan sembari mencari botol bekas dan barang rongsokan."aku di jambret Bu, aku sudah tidak memiliki uang lagi, aku baru datang dari desa, aku tidak tau mau kemana lagi " Sahutku
"Yang sabar ya nak, memang begitulah dikota. Kita harus lebih hati hati, apalagi kamu baru datang dari desa ." Timpal ibu paruh baya itu kepadaku.
Tiba tiba perutku berbunyi pertanda aku sudah sangat lapar, "kamu lapar nak?" Tanya Bu Lidia. Yach ibu paruh baya itu namanya ibu Lidia yang bekerja sebagai pemulung. Ia seorang janda anak satu ditinggal mati oleh suaminya akibat kecelakaan."maaf Bu ia saya sangat lapar karena satu harian ini saya sama sekali belum makan apa apa." Sahutku.
Ibu Lidia mengajak aku kerumah gubuk miliknya. Aku enggan menolaknya sehingga akupun mengikuti bu Lidia
"Aku melihat sekeliling gubuk Bu Lidia terdapat banyak tumpukan barang rongsokan dan juga botol botol bekas yang akan dijual untuk mendapatkan uang agar dapat memenuhinya kebutuhan Bu Lidia dan anaknya sehari hari.
Sungguh mulia hati bu Lidia, walau hidup nya serba kekurangan tetapi ia masih mau menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Bu Lidia menyuguhkan aku makanan seadanya. Aku bersyukur masih dipertemukan dengan orang yang baik sebaik Bu Lidia.", Ternyata masih ada orang baik di kota ini." Gumamku sembari memakan nasi yang dihidangkan ibu Lidia kepadaku.
"Untuk sementara lebih baik kamu tinggal bersama ibu dulu disini , tidak baik anak gadis sepertimu tinggal diluaran sana." Kata Bu Lidia
"Apa tidak merepotkan ibu." Sahutku
"Tidak nak anggap aja rumah kamu sendiri."
Keesokan harinya aku terbangun dari tidurku, aku melihat Bu Lidia sudah siap memasak dan menyuci piring. " Maaf Yach Bu aku telat bangun." kataku menghampiri ibu Lidia
"Tidak apa apa nak lebih baik kamu langsung mandi gih " Sahut bu lidia
Akupun berlari dan masuk kedalam.kamar mandi yang hanya ditutup dengan terpal. Setelah selesai melakukan ritual mandi, aku memakai baju yang sudah diberikan Bu Lidia sebelumnya. Maklum semua pakaian aku raib di rampok kawanan perampok. Tetapi aku bersyukur surat berharga seperti ijazah dan beberapa dokumen lainnya masih berada samaku.
"Oh ia Bu rencananya aku mau mencari pekerjaan, mudah mudahan aku mendapatkannya hari ini ya Bu." Kata ku kepada Bu Lidia.
"Ia nak semoga kamu cepat mendapat pekerjaanmu." Sahut Bu Lidia
Setelah selesai sarapan aku berpamitan kepada ibu Lidia untuk pergi mencari pekerjaan. Aku membawa ijasah SMA ku untuk mencari pekerjaan. Tetapi apalah mau di kata hidup dikota tidak semanis yang aku bayangkan sebelumnya. Beberapa perusahaan ku datangi untuk melamar pekerjaan. Tetapi tak satupun yang aku menerimaku bekerja .dengan alasan aku hanya tamatan SMA dan belum memiliki pengalaman kerja.
Hari demi hari kujalani tinggal bersama Bu Lidia, tetapi belum juga mendapat pekerjaan. Karna jenuh sesekali aku membatu Bu lidia mencari botol bekas dan barang rongsokan lainnya untuk kami jual. Sampai suatu ketika aku bertemu dengan seseorang saat aku mencari barang rongsokan. Ia menawariku bekerja di luar negeri yang gajinya begitu besar menurutku.
Mengingat diriku sudah berbulan bulan hidup dikota tapi belum mendapat pekerjaan, membuat akupun tergiur untuk bekerja di negara orang. "Oh ia Bu ada seseorang menawariku kerja diluar negeri katanya gajinya lumayan besar, aku akan diongkosi dan diberikan penginapan disana." Kataku kepada ibu Lidia
"Kalau itu menurut yang lebih baik bagimu ya tidak apa-apa. Ibu hanya bisa memberikan dukungan." Sahut ibu lidia
Mengingat keadaan keluargaku yang begitu memprihatinkan membuat dekatku bulat untuk bekerja di negara orang apalagi gajinya yang lumayan besar dari pada di indonesia.
Beberapa hari kemudian akupun diberangkatkan dengan menggunakan dokumen seadanya. Oleh Agen penyaluran tenaga kerja keluar negri. Dalam hatiku sedikit riang mengingat aku akan mendapat pekerjaan yang layak dinegara orang dan mendapat upah yang besar agar dapat membantu ekonomi keluarga ku. "Semoga jalan yang aku tempuh ini tidak salah." Gumamku dalam hati.
Setelah melakukan perjalan yang begitu jauh membuat tubuhku sedikit lega dan lelah. Oleh pihak Agen penyaluran tenaga kerja, kamu sudah dijemput di bandara. Ia membawa kami kesebuah mes yang sudah disediakan kepada para TKW yang akan bekerja dinegara debut saja negara M. Sebelum kami ditempatkan, kami terlebih dahulu dikumpul disebuah mes dan diberikan beberapa bimbingan. Aku mengira kami akan dipekerjakan di Sebuah restoran atau perusahaan lainnya. Tetapi aku salah, aku dipekerjakan sebagai PRT disebuah rumah mewah milik pengusaha kaya yang terkenal sadis kejam. Tetapi apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur. Sudah terlanjur mau tidak mau aku harus menjalaninya.
Aku melihat rumah tempat aku bekerja begitu besar persis seperti istana. Tetapi penghuninya hanya tiga orang ditambah beberapa PRT. Aku mulai belajar tentang keadaan rumah tempat aku bekerja.
Tugasku merawat anak majikan ku yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
Perlahan aku memperkenalkan diri kepada majikanku. Tetapi bukan senyuman yang kudapat melainkan tatapan sadis dari majikanku. Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk mengatai ku. Mereka mengira aku tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Tetapi mereka salah. Aku mengetahui pembicaraan mereka yang mengatakan. kalau aku hanya seorang yang bodoh dan bisa ditindas.
Bersambung....