Jam 4.00 pagi aku terbangun dari tidurku untuk menyelesaikan pekerjaanku. Aku ditempatkan di kamar kecil khusus pembantu. Ku kerjakan pekerjaanku dengan segenap hati, berharap aku bisa membantu ekonomi keluarga ku yang berada di kampung.
Ketika aku sedang mengepel rumah, aku dikejutkan dengan kehadiran seseorang di belakangku.
"Hai lu punya mata tidak." Kata pria cacat yang berada di kursi roda.
"Saya minta maaf tuan...." Kataku kepada anak majikanku. Tetapi bukan maaf yang aku dapatkan sebuah tamparan keras pipiku yang aku terima. Perbuatan kasar seperti itu belum pernah aku terima sewaktu aku berada di kampung.
Ingin rasanya aku menjawab cacian dan makiannya terhadapku.
Tetapi mulutku seakan terkunci dan tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Tetapi air mataku lolos begitu saja . Membuat sang majikan semakin marah kepadaku
"Cepat selesaikan pekerjaanmu." Bentaknya kepadaku.
Aku langsung berlalu pergi mengerjakan yang lain, setelah jam sarapan pagi pun tiba. Aku menghidangkan sarapan yang sudah diperintahkan majikanku terlebih dahulu kepadaku. Sebut saja namanya nyonya Pitaloka dan tuan sultan Arif. Mereka adalah majikanku.
Tuan Arif mempunyai perusahaan dibidang tehnologi dan industri. Sedangkan nyonya Pitaloka memiliki usaha butik ternama dinegaranya. Sejujurnya aku tidak menyangka orang berpendidikan dan juga orang terpandang mempunyai sikap tidak mencerminkan orang berpendidikan.
Apalagi terhadap asisten rumah tangganya. Mereka sangat kasar membuat PRT yang bekerja disana, tidak pernah betah. Bahkan sudah banyak PRT yang bekerja di kediaman tuan Arif harus melarikan diri, karna tidak tahan menerima perlakuan sang majikan. Sehingga mereka harus menghubungi pihak agensi penyalur tenaga kerja untuk mendapatkan asisten rumah tangga.
Mereka menahan semua dokumen dokumenku agar aku tidak dapat melarikan diri karna perbuatan mereka. Setiap hari aku mendapat perlakuan yang tidak pantas disebut manusia. Aku tidak hanya menerima cacian dan makian dari majikanku tetapi aku jaga mendapatkan kekerasan pisik. Membuat tubuhku menjadi kurus kering, gaji yang mereka iming iming kan juga tak kunjung aku dapatkan.
Niat hati untuk menolong ekonomi keluarga tetapi yang kudapatkan adalah sebuah siksaan dan hinaan yang bertubi tubi. Terkadang kalau aku salah aku dikurung disebuah kamar mandi sampai satu malam. Tidak dikasih makan dan juga minum. Membuat aku harus meminum air Kran untuk bertahan hidup.
Menangis juga tidak ada gunanya semua manusia yang ada dirumah itu seperti psikopat dan tidak memiliki perikemanusiaan.
Tiga bulan sudah berlalu. Aku jalani hari hariku dengan Isak tangis terkadang aku teringat akan sikap manis dan kasih sayang orang tuaku kepadaku. Membuat aku semakin menjerit . Ingin rasanya aku lari dari rumah majikanku. Tetapi aku tidak punya keberanian karna kalau aku ketahuan aku akan samakin disiksa dan tidak dikasih makan sedikit pun .
Seluruh tubuhku banyak bekas luka akibat perlakuan majikanku. Pernah terpikir olehku untuk mengakhiri hidupku. Tetapi aku langsung teringat akan wajah ayah ,ibu dan juga adikku membuat aku mengurungkan niatku untuk mengakhiri hidupku.
Malam hari pun tiba Alex Miller yang merupakan anak dari majikanku tiba tiba berteriak teriak membuat aku kaget dan langsung melihat keadaan tuan Alex. Niat hati untuk menolongnya karna terjatuh dari kursi rodanya. Tetapi tuan Alex justru membentak ku " jangan pernah menyentuh aku dengan tangan kotormu itu binatang...." Bentak tuan Alex kepadaku.
Hatiku menjerit mendengar bentakan itu tapi aku hanya mengelus dada agar bersabar menghadapi manusia tidak punya perikemanusiaan seperti keluarga Miller. "Tuhan berikanlah hati yang lembut kepada majikanku." Doaku agar majikanku bertobat akan perbuatan mereka.
Tiba tiba nyonya Pitaloka datang menghampiri tuan Alex ia menuduhku mendorong tuan Alex. Yang sadisnya lagi tuan Alex tidak membelaku sedikitpun atas tuduhan nyonya Pitaloka terhadapku. Nyonya Pitaloka mendorongku Sampai tersungkur kelantai membuat dahi ku mengeluarkan darah segar.
Aku berdiri sembari menutup lukaku pakai tanganku agar darahnya tidak terlalu banyak keluar." Sana lu dasar ngak guna" bentak nyonya Pitaloka kepadaku. Aku berlalu meninggalkan nyonya Pitaloka dan tuan Alex . Berniat untuk membersihkan luka yang ada didahi ku.
Ketika aku membersihkan luka yang ada didahi ku, aku mendapat perlakuan tak senonoh dari tuan miller. Ia tiba tiba memelukku dari belakang dan meremas bagian gunung kembar ku. Membuat aku sontak menjerit. Tetapi tuan miller langsung menutup mulutku pakai telapak tangannya. Membuat aku tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Tenaga tuan Miller lebih kuat dariku sehingga aku tidak bisa melepaskan pelukannya.
Ketika tuan Miller menyeret ku ke kamar yang aku tempati, aku memijak kaki tuan Miller dan menendang bagian sensitif tubuhnya. Membuat tuan Miller tiba tiba langsung melepaskan pelukannya. Aku langsung berlari kehalaman rumah berniat meminta pertolongan kepada tetangga. Ketika aku berniat membuka gerbang, naas gerbang yang menjulang tinggi terkunci rapat. Membuat aku tidak berkutik.
Aku menjerit jerit minta tolong berharap mendapat bantuan dari tetangga, pembantu sebelah rumah majikan ku mendengarkan jeritan ku ia mengintip dari sela sela pagar yang kebetulan ia juga berasal dari Indonesia. Mengulurkan tangannya untuk memberikan ponsel kepadaku. Agar aku dapat menghubungi seseorang yang bisa menolong aku. Tetapi sebelum aku menerima ponsel dari pembantu tetanggaku, majikanku sudah terlebih dulu datang.
Ia menarik ku, aku menjerit "tolong tolong jangan sakiti aku." Tetapi majikanku tidak memperdulikan jeritan ku ia tetap terus menarik ku sampai masuk kedalam rumah. Setelah tiba di rumah majikanku memukuliku pakai rotan. Dan masukkan aku ke dalam kamar mandi yang berukuran kecil.
Satu malaman aku didalam kamar mandi, nyonya Pitaloka mencari cari ku untuk mengerjakan pekerjaanku. Tetapi ia tidak menemukanku membuat dirinya panik kalau aku sudah melarikan diri. "Kamu tidak perlu mencarinya, dia sudah aku kurung di kamar mandi." Kata tuan Jose kepada istrinya nyonya Pitaloka.
Membuat nyonya Pitaloka Mengembangkan senyumnya. Mereka membiarkanku kedinginan di kamar mandi tampa makan dan minum, seperti biasa jikalau aku dikurung dikamar mandi, aku selalu meminum air keran untuk menahan rasa lapar ku.
Keesokan harinya nyonya Pitaloka membuka pintu kamar mandi dan menyuruhku keluar "makanya kamu harus patuh dirumah ini, jangan coba coba membangkang dirumah ini." Kata nyonya Pitaloka yang tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Aku lansung pergi ke kamarku untuk Menganti pakaianku. Kepalaku terasa pusing, badanku panas tetapi aku meriang membuatku semakin lemah.
Tetapi nyonya Pitaloka tetap menyuruhku mengerjakan pekerjaanku. Tanpa melihat kondisiku. Aku terpaksa mengerjakan pekerjaanku walau dalam keadaan sakit. Badanku semakin lemah dan tak berdaya.
Membuatku tiba tiba terjatuh dan pingsan. Aku tidak mengetahui apa yang dilakukan nyonya Pitaloka terhadapku. Yang ku tahu ketika aku terbangun, aku sudah berada didalam kamarku dan ditangani sudah terdapat selang infus.
Nyonya Pitaloka datang menghampiriku "kamu ini bukannya membantu malah membuat kami repot." Bentak nyonya Pitaloka. Aku hanya diam tidak menjawab apa apa. Kemudian tuan Alex datang dengan menggunakan kursi roda.
Sesungguhnya aku juga kasihan melihat tuan Alex karna dirinya masih muda tetapi sudah harus duduk dikursi roda.
"Dia kenapa mam....." Tanya tuan Alex
"Dia sakit, bukannya membantu malah merepotkan." Umpat nyonya Pitaloka .
Bersambung.....