***
Anin POV
Mungkinkah sekarang aku masih bermimpi??
Bermimpi bahwa aku telah menjadi istri dari seorang YUSUF AIRLANGGA PUTRA DHYAKSA??
Seseorang yang aku cintai hingga membuat rasa sabar yang tidak terbatas pada diriku ini untuk selalu menunggunya??
Lucu rasanya, menunggu sebuah rasa dari suami sendiri. Tapi memang itulah yang aku rasakan. Mas Yusuf boleh saja mengungkapkan kalau dia membutuhkanku layaknya oksigen untuknya bernafas. Tapi butuh hanya sekedar butuh tanpa perlu adanya rasa. Ya, rasanya memang seperti oksigen tidak memiliki rasa manis, asam, asin maupun pahit sekalipun. Namun nyatanya, menjadi kebutuhan yang tidak pernah terganti dan itu cukuplah untukku berada di posisi itu sekarang. Cukuplah untukku bisa menjadi miliknya dan aku mempunyai hak untuk memilikinya juga.
Aku selalu bersyukur. Selalu bersyukur, karena setidaknya sisa waktuku aku habiskan untuk Mas Yusuf entah sampai kapan. Bersama seseorang yang memang pada nyatanya aku ingin selalu bersamanya bukan bersama yang lain, sekalipun harus siap dengan rasa sakit yang siap mematikan semua rasa yang ada sekarang. Rasa bahagia yang tidak mungkin ada saat aku bersama yang lain.
Terlalu munafik??
Mungkin. Tapi aku bukanlah orang yang dengan egois akan memilih kebahagiaan sejati tanpa adanya goresan darah sedikitpun. Harus diingat, bahwa kebanyakan dari perjalanan hidup lebih banyak rasa sakitnya daripada rasa bahagianya. Tapi dari situlah kita belajar untuk menghargai setiap waktu yang ada. Menikmati dan mensyukuri semua yang telah Allah berikan. Menjadikan apapun yang Allah berikan membuatku tidak serakah akan hidup.
Aku tak menghiraukan semua hal yang dapat merenggut kebahagiaan kami, karena yang terpenting hubungan kami masih baik-baik saja. Kami memang sudah banyak melalui waktu bersama dengan banyak hal yang sudah kami lewati. Tapi, kami serasa tidak pernah melangkah ke depan satu langkah pun. Kami masih berada di tempat yang sama. Di tempat dimana kami sepakat untuk bersama memulai semuanya. Menjadikan diri kami berada di titik nol. Semuanya tak bergerak sesuai dengan keinginan kami. Kami masih setia dengan saling menunggu atau hanya ada aku saja yang menunggu untukmu, karena memang sejak awal hanya akulah yang berjuang di cerita ini.
Untuk kesekian kali aku tidak mempedulikan siapa yang menunggu, siapa yang mencintai, sampai kapan cerita ini akan berlanjut, sampai kapan aku akan terus bersabar dan semua pertanyaan yang selalu ada di pikiranku tanpa bisa ku jawab.
Kita begitu dekat. Namun terbentang jarak yang terlampau jauh untuk menggapai hatimu.
Dari jarak ini, aku bisa melihat senyummu untukku. Tapi terlihat jelas di matamu, jika aku masih terlalu jauh untuk sekedar mengetuk hatimu yang entah ada dimanakah itu.
Segala pikiran idealis/realistisku seperti menguap begitu saja saat aku bersamamu. Aku tetap setia dengan cinta yang begitu membahagiakan sekaligus menyakitkan dalam waktu yang terus berputar bersama cerita yang kita bangun. Aku percaya bahwa kesabaranku akan berbuah manis. Tapi semakin lama, waktu justru mampu mengikis rasa sabar yang coba aku bangun kembali disaat rasa itu telah sampai dasarnya tanpa mampu untuk ku bangun kembali.
Aku takut jika nantinya aku kehilanganmu, jika aku kesabaranku tak mau ku bangun kembali. Karena hanya kesabaran itulah yang membuatku bertahan sampai sejauh ini. Kepercayaan tidak ada gunanya lagi untuk hubungan extraordinary ini, karena memang nyatanya sampai sekarang kamu tak kunjung mempercayakan dirimu untukku, terlebih hatimu. Kamu masih menutup semuanya hanya untuk dirimu dan kenanganmu. Aku tidak pernah mempertanyakannya, tapi aku hanya bisa berharap jika saatnya nanti kamu siap melepas masalalu itu, jangan lupa bawa aku menuju jalan baru yang akan kamu tempuh. Karena disanalah aku baru bisa memulai semua inginku bersama inginmu dengan semua rasa yang kita sepakati untuk kita bangun bersama.
Seorang anak yang seharusnya membuat kita semakin mendekat, namun tidak pada hubungan kita. Masalah terlalu banyak menerpa. Masalaluku datang membawa hal yang tak ingin engkau ketahui meski sudah kau ketahui. Dan masalalumu.. saat masalalumu datang, semuanya terasa seperti waktu yang dulu. Saat memang di hatimu memang hanya dia. Di setiap waktumu selalu ada dia di ingatanmu. Dan di matamu, hanya dia yang mampu mengalihkan perhatianmu.
Aku tidak tahu lagi, bagaimana Allah benar-benar menguji kesabaranku. Kesabaranku yang tak pernah ada batasnya, namun di waktu itulah ku pertanyakan hatiku sendiri. Siapkah aku untuk menanggalkan rasa ini?? Siapkah aku jika kamu memang memilih untuk meninggalkanku??
Hilang sudah warasku karena terlalu takut akan semua hal buruk yang berakhir dengan kata pisah antara kita berdua. Mengakhiri semua hal yang telah kita perjuangkan. Tapi, kamu memilih jalan berbeda denganku. Kamu memilih untuk stay pada jalan yang sama membuatku ingin menggapaimu kembali.
Saat itulah semuanya seperti terbuka. Semuanya memang terlalu sulit untuk kita. Terutama kamu. Tapi aku juga baru menyadari bahwa tanpa kamu katakan sekalipun, seharusnya aku tahu. Tahu tentang hatimu. Hatimu yang ternyata sudah terpatri untukku. Hatimu yang ternyata sudah terlalu lama hanya untukku. Dan pada akhirnya, aku bahagia karena perjuanganku untuk menggapai hatimu, memperjuangkan cintamu hanya untukku terbayar lunas. Hatimu memang untukku tanpa celah sedikitpun untuk seseorang lainnya.
Maaf jika aku pada akhirnya hanya meninggalkan bekas luka di hatimu. Tapi, terimakasih juga karena kamu telah mempercayakan hatimu, dirimu dan semua yang ada di kamu hanya untukku. Terimakasih karena telah bersedia untuk menyempurnakan cintaku untukmu. Terimakasih karena kamu telah memberikan waktu terbaik untukku. Terimakasih atas semuanya.
My Beloved, Yusuf Airlangga Putra Dhyaksa..
***