***
Yusuf POV
Mencintainya..
Tidak pernah terbayangkan sedikitpun, jika aku akan menemui titik dimana aku akan mencintai seorang perempuan, seperti Anindiya Anastasya Kamil..
Mencintainya yang pada awalnya aku anggap sebagai kesalahan terbesar yang pernah aku perbuat. Ya, aku mengakui bahwa aku pernah mencintai Anin saat aku masih bersama Fahira. Tapi rasa itu segera aku tampik, karena rasa itu memang salah. Karena rasa itu, telah menyakiti masadepanku bersama Fahira.
Namun ternyata, takdir mempertemukan kamu denganku kembali. Tapi mengapa rasa itu juga tak kunjung kembali. Rasa cinta yang dulu sempat aku buang jauh, tapi kini aku cari kembali disaat aku memutuskan untuk menjalani setiap hariku bersamamu. Rasa di dalam hati yang justru hanya berputar akan masalalu disaat aku memilihmu sebagai masadepanku. Sebenarnya takdir apa yang aku inginkan saat ini. Semuanya terlalu abu-abu. Cinta yang nyatanya seharusnya memberikan rasa manis, namun untukku menjadi begitu semu rasanya. Tidak dapat ditentukan, apakah manis, asin, asam atau justru hanya kepahitan yang ada.
Aku memutuskan ingin melalui semua rasa itu bersamamu, Anin..
Tidak ada perempuan yang ingin aku bahagiakan lagi selain kamu. Semua ingin aku jalani bersamamu, meski rasa cinta itu tak kunjung pulang di dalam hatiku. Saat aku mulai putus asa akan diriku yang masih mengelak kata 'aku mencintaimu', nyatanya kamu malah memberikan ruang untukmu menungguku entah sejak kapan dan sampai kapan waktu itu akan memberikan kesempatan.
Rasa sabar yang terus kamu perjuangkan untukku, memang mungkin adalah waktu yang membahagiakan untukku dan mungkin sebagai waktu yang paling engkau benci, karena aku terus menarik ulur hatimu. Tapi di saat itulah, aku menyadari jika rasa yang selama ini aku cari-cari semakin aku temui jejaknya kembali. Rasa cinta untukmu semakin jelas rasanya. Rasa yang tak ingin aku tinggalkan dan terus aku cari sampai rasa itu benar-benar kembali.
Aku hanya ingin kamu untuk hidupku. Tak ingin yang lain, sekalipun aku belum mengamini rasa yang telah benar-benar kembali. Aku ingin semuanya berjalan sebagaimana mestinya, karena aku ingin semuanya aku lalui bersamamu sampai salah satu di antara kita harus meninggalkan.
Maaf...
kata yang terlampau biasa kamu dengarkan saat aku membuatmu terluka karena aku. Maaf karena sebuah alasan klasik yang mungkin akan selalu pertanyakan. Satu alasan yang memang harus diakui bahwa alasan itulah yang tanpa kita sadari telah membuat dinding tipis yang pada nyatanya mampu memisahkan kita.
Aku tidak mampu lagi memintamu untuk kembali padaku, karena aku memang benar adanya telah menyakitimu sebegitu dalamnya. Tapi aku juga tak mampu jika memang harus meninggalkanmu. Meninggalkan semua kenangan yang terlalu sulit untuk di tampik, jika kenangan itu pernah kita lalui bersama. Kenangan indah yang membawa luka, karena itu hanya akan mengingatkan semuanya tentang kita yang tak mungkin kita lalui bersama lagi. Dan kenangan buruk yang hanya membuat kita semakin terpuruk, karena kita telah berhasil menyakiti satu sama lain.
Ternyata keputusanku untuk berpura-pura tidak mengenali hatimu bahkan hatiku sendiri membuat kita terpuruk sejauh ini, meninggalkan bekas luka yang akan membekas untuk waktu cukup lama, bahkan selamanya. Aku tidak berani untuk mengungkap rasa yang sudah kembali lagi. Bahkan aku tidak berani untuk menatapmu. Karena aku takut aku membuatmu terluka kembali. Aku memang mencintaimu, tapi aku juga tidak ingin beresiko untuk menyakitimu lagi. Aku tidak ingin perdebatan apapun lagi. Perdebatan yang hanya membuat menambah jarak antara kita. Yang terpenting untukku, kamu masih bersetia di sampingku entah sampai kapan.
Aku bersyukur, sekalipun kamu meninggalkanku, kamu memberi kebahagiaan dengan cara lain. Dengan cara yang benar-benar harus aku syukuri. Kamu menitipkan anugerah dengan perjuanganmu untukku. Terimakasih, karena sampai detik terakhir pun kamu masih bersetia memberikan cintamu untukku. Berjuang untukku dan membahagiaku tanpa bisa aku balas.
Dan mengenai Fahira, mengenai masalaluku..
Di saat aku terpuruk bersama cintaku untukmu yang belum sempat tersampaikan, aku juga tidak tahu lagi akan kabarnya. Bukan karena aku tak peduli lagi dengannya. Tapi saat aku kehilanganmu, seketika itu juga aku terlalu sibuk dengan masadepan lainnya. Yaitu, masadepanku bersama anak kita.
ANINDRA KAREEM DHYAKSA..
Nama yang juga terselip namamu dengan namanya. Dia yang akan selalu mengingatkanku tentangmu. Bukan karena aku belum mengikhlaskanmu, tapi aku ingin mengenangmu dalam semua ingatan yang aku miliki bersamamu. Kalau bukan aku yang mengingatmu bersama waktu yang telah kita lewati, maka siapa lagi yang akan mengingatnya. Bahkan saat ku tahu kabar mengenai Fahira yang akhirnya meninggalkanku juga, aku tidak sempat hadir di saat terakhirnya. Aku harus mengurus Kareem yang saat itu sedang sakit dan jauh membutuhkanku. Fahira yang akhirnya tak mampu lagi menerima semua kemoterapi yang memang menyiksanya dengan segala hal yang membuatnya sakit.
Dan tahukah kamu, jika Kareem memang tidak pernah menampakkan rasa rindu untukmu, tapi dalam hatinya sungguh jika dia hanya menomor satukan dirimu, bukan aku yang sudah menjadi Ayah sekaligus Bunda untuknya. Tapi aku tak mempermasalahkan hal itu. Karena memang wajar jika dia berpikir seperti itu tentangmu. Karena kalau bukan karena perjuanganmu, mungkin kamu tidak akan memberikan dunia untuk Kareem. Andai kamu masih menemani kami, pasti kamu akan selalu merasa sebal sekaligus bahagia karena menemukan 2 Yusuf yang begitu manja terhadapmu. Aku selalu tersenyum setiap membayangkan hal itu. Akan sangat membahagiakan jika memang itu terjadi. Tapi kami tahu, jika kamu lebih ingin kita berdua, aku dan Kareem selalu berjalan kedepan bersamamu dengan caranya sendiri yang membuat kita selalu bahagia karena ada kamu dalam ingatan kami berdua.
Kamu yang akan selalu hidup dalam ingatanku, hidupku dan semuanya yang ada dalam diriku..
Maaf karena aku belum memperjuangkanmu seperti kamu memperjuangkanku sebegitu baiknya..
Maaf karena kata cinta baru sempat kamu ketahui saat kamu tak bisa mendengar atau merasakannya..
Maaf karena aku, hidupmu menjadi begitu rumit.
Tapi..
Terimakasih atas waktu yang telah kamu perjuangkan untukku..
Terimakasih karena kamu, aku bisa merasakan cinta luar biasa yang tidak mampu aku bandingkan dengan cinta milik lainnya..
Terimakasih karena kamu telah bersetia untukku sampai akhir nafasmu..
Terimasih karena banyak hal yang tak mampu aku ucapkan lagi..
Dan terimakasih karena banyak hal yang tak mampu ku ingat akan tentangmu..
My Last Loved, Anindiya Anastasya Kamil..
***