setelah hening sesaat, salah satu dewan fenrir mengajukan pertanyaan. "tuan robert, kenapa tuan tidak membawa kami semua di bawah naungan bright star."
"dengan begitu kamu harus tunduk di bawah aturan ku" balasku dengan cepat, lalu aku memberinya senyum misterius. "aku terlihat santai dan acuh tak acuh karena aku memang tidak terlalu suka mengatur orang lain. tapi istri istri ku berbeda."
"aku tidak memilih wanita secara sembarangan, mereka semua adalah yg terbaik dari yg terbaik di bidang mereka. mereka memiliki keunikan yg tidak di miliki oleh wanita lainnya."
"mereka sangat ketat, keras dan sistematis. jangan berpikir untuk mendapat hak atau otoritas apapun dengan mereka, jika tidak ingin jiwa mu di ambil dan di masukan kedalam sebuah wadah sehingga kamu tidak bisa berenkarnasi lagi."
"tidak ada permainan politik di organisasi ku, semua kekuatan terpusat dan di kendalikan penuh oleh ku dan istriku."
"jadi lebih baik seperti ini, jadi kalian bisa tetap menentukan arah kalian sendiri. berkembang secara bertahap, sabar dan mantap."
"aku juga tidak terlalu suka dengan politik. jika aku bisa membunuh mereka yg menentang pendapatku, kenapa repot repot berbicara."
"dunia yg lebih tinggi bukan tempat di mana kalian bisa berkompromi, apa lagi di dunia para dewa. siapa yg kuat, dialah yg memiliki hak untuk berbicara dan mendapat sumber daya yg lebih baik. kebenaran hanya di pegang oleh yg menang dan yg kalah selalu berada di pihak yg salah. orang orang akan menertawai mu jika berbicara tentang keadilan di tempat seperti itu."
mereka semua menunjukan wajah yg rumit, ada ketakutan, tidak setuju, keraguan dan berbagai ekspresi lainya.
"tuan Robert, apa kamu pernah ke dunia para dewa?" tanya dewan tersebut dengan nada ragu ragu.
tapi aku memberinya anggukan ringan yg membuat semua orang terkejut. "aku dulu di sebut dewa kebebasan. raja para dewa, tidak ada dewa yg berani mengangkat kepalanya di depan ku."
"hidup dan mati setiap mahluk adalah siklus yg harus di lalui, dewa tidak akan memihak manusia atau aragami. dewa bukan sesuatu yg baik atau buruk. dewa juga memiliki keinginan untuk menjadi lebih kuat. hanya saja mereka menggunakan cara yg berbeda beda. bisa dengan mengumpulkan kekuatan iman dari pemujanya, berlatih keras untuk memahami Dao atau dengan menjarah kekuatan dewa lainnya."
"sistem yg aku berikan bisa membuat mu menjadi dewa jika kamu berusaha dengan keras menaikan level mu."
"terima kasih banyak tuan Robert, tapi kenapa tuan Robert berhenti menjadi dewa? apa itu sudah mencapai batas umur?" dewan itu membungkuk dengan hormat sebelum bertanya.
"bosan." balas ku dengan cepat yg membuat mereka semua tercengang.
"kenapa terkejut, kalian akan merasakan hal yg sama jika berada di puncak. awalnya saja yg menyenangkan, tapi setelah beberapa ratus tahun itu akan membosankan."
"aku merindukan masa masa di mana aku mengejar wanita dan di tolak mentah mentah."
"sensasi saat merebut kekasih pahlawan dunia dan menidurinya tepat di depan mata pahlawan itu."
"memiliki wanita cantik yg berjuang di sisi nya tapi pahlawan ini tidak pernah menyentuhnya sama sekali karena alasan moral. hal ini benar benar membuat ku kesal." aku menunjukan expresi kesal sebelum bertanya pada mereka. "apa kalian tahu apa yg di katakan wanita itu saat aku dengan paksa merebut kesuciannya di depan pahlawan yg dia cintai?"
melihat mereka menggelengkan kepala, aku segera berkata. "dia memohon agar aku menekannya lebih cepat dan lebih dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. setelah itu wanita itu selalu menunjukan senyum ceria dan penuh kebahagian bersama ku, berbeda saat dia bersama pahlawan naif yg sama sekali tidak pernah membalas cintanya."
lalu aku menepuk tangan ku untuk menyadarkan semua orang yg masih tertegun. "kita sudah melenceng jauh, inti dari cerita ku adalah jangan pernah mengabaikan perasaan wanita atau kamu akan menangis darah saat dia bahagia dengan pria lain. wanita hanya terlihat kuat di luar tapi dia pada dasarnya rapuh di dalam. tidak masalah berapa banyak wanita yg kamu miliki selama kamu bisa membagi cinta mu dengan adil dan mampu melindunginya."
"itu saja dari ku, acara berakhir disini."
"bagi yg ingin menerima pesawat kolonial silahkan lapor pada Beta dan bagi yg ingin bergabung dengan ku silahkan lapor pada delta. kalian punya waktu 2 jam untuk berdiskusi, Beta dan delta akan ada di ruangan ini setelah 2 jam."
lalu aku menatap tsubaki. "antar kanon dan Rachel ke ruang staf untuk beristirahat sebelum menjemput adiknya dan anak asuh Rachel."
"baik tuan Robert." tsubaki mengangguk dan bergegas berdiri dari tempat duduknya.
kanon dan Rachel juga segera mengikuti tsubaki.
"kemana kamu pergi?" tanya ku saat melihat Nono yg berjalan mengikuti tsubaki dan yg lainnya.
mendengar ini tubuh Nono langsung menegang sebelum berkata dengan canggung. "aku ingin mandi dulu"
"mandi di kamar ku"
"tapi sabun mandi ku..."
"aku punya semua jenis, kamu bisa memilih."
"tapi pakaian ku..."
"untuk apa pakaian jika akhirnya harus dilepaskan."
"kapten.... aku.... itu..." Nono menjadi semakin panik dan aku segera menggendongnya seperti seorang putri yg membuatnya hanya bisa pasrah menerima nasib.
***
di sebuah ruangan yg gelap, Nono menggeliat di tempat tidur.
ke dua tangannya terus menerus mencengkram kain tempat tidur hingga robek berantakan.
kedua kakinya di tarik ke atas hingga tersangkut di bahu Robert.
senjata Robert menggali lubang Nono dengan liar.
keringat membasahi tubuh Nono dan rambut merahnya terlihat berantakan.
"hmmmff... tidak tahan..... ini sudah di puncak lagi...."
"aaahhhhhhhhh"
Robert dan Nono akhirnya mencapai puncak bersama.
tubuh Nono perlahan menjadi lemah.
wajahnya berpaling dengan mata yg terlihat kosong.
"Robert... ayo berhenti... ini terlalu berbahaya... itu membuat ku gila.... kamu membuat ku gila.... senjata mu membuat ku gila..... cabut Robert.... aku mohon..." Nono menggunakan sisa sisa kekuatannya untuk berbicara dengan susah payah.
tapi aku perlahan memutar pinggulku yg membuat tubuh Nono kembali bergetar.
"apa kamu yakin"
"Robert...hmmmmmffff..... hentikan..... hmmmmfff.... hah hah."
aku mulai menggali dengan gerakan lambat sedikit demi sedikit yg membuat pinggul Nono bergerak dengan gelisah.
"Robert....jangan seperti ini... lebih cepat... sedikit....." dan akhirnya permainan kembali berlanjut.
***
di ruang kendali, delta dan beta sedang berkumpul bersama orang orang yg akan bergabung dengan kru pesawat.
yg mengejutkan semua anggota inti dari fenrir barat jauh ada di sini bersama dengan God Eater mereka.
hanya dokter Leah yg merupakan orang asing di sini.
sambil menunggu kedatangan ku, Beta mengajari semua orang cara kerja pesawat luar angkasa.
terutama tsubaki dan hibari yg akan memiliki peran paling banyak dalam mengoperasikan pesawat luar angkasa.
setelah beberapa waktu, pintu perlahan terbuka. aku dan Nono perlahan masuk ke ruang kendali.
semua orang terlihat sedikit terkejut melihat Nono yg lebih feminim dan memancarkan aura kecantikan yg misterius.
"selamat sudah menjadi seorang wanita nyonya Nono" sapa Beta dengan senyum hangat.
tapi Nono memberi senyum lembut sambil menganggukkan kepalanya. "aku menghabiskan keberuntungan ku untuk ini."
sikap sopan dan anggun Nono membuat Mai dan zero saling menatap sambil berbisik. "efeknya sangat luar biasa."
"kita juga harus mencobanya."
"biar aku melakukannya lebih dulu"
"kita lakukan bersama saja."
"apa kamu tidak keberatan."
"tidak masalah."
tapi bisikan mereka terdengar oleh semua orang yg membuat mereka menunjukan wajah canggung.
aku terbatuk ringan sebelum berkata. "tsubaki akan menjadi wakil kapten. selain aku, Beta, delta, Nono, Mai, zero, Rachel, kanon, dr Sasaki, dr leah dan Johanes, semua tunduk pada pengaturannya."
"setelah menjemput keluarga masing masing dan mengembalikan istri Johanes, aku akan membawa kalian ke tempat ku dan memberi sebuah planet yg penuh dengan sumber daya untuk kalian tempati."
"Rachel, tsubaki, Mai, zero, Nono dan kanon akan tinggal di planet utama."
"akan ada alat khusu yg di gunakan untuk mewujudkan Avatar kalian di dunia ini, jadi kalian tidak perlu takut akan kematian. itu mirip seperti bermain game virtual, tapi dengan sinkronisasi dua arah. kalian adalah orang pintar dan aku tidak akan menjelaskan sisanya, cari tahu sendiri setelah sampai di sana." mengabaikan tatapan terkejut semua orang, aku menatap johanes. "aku akan menyerahkan tanggung jawab memimpin planet itu nanti pada mu. jadi sekarang jangan buang waktu, ayo kita pergi ke Aegis terlebih dahulu."
"baik tuan Robert." balas Johanes dengan sopan.
"panggil Robert, jangan tambahkan tuan. itu terdengar menggelikan."
"baiklah." balas Johanes dengan cepat.
"tsubaki tolong jaga rumah, suami mu akan pergi bekerja. mungkin akan pulang agak telat karena acara kantor, jadi aku akan makan diluar." tsubaki memutar matanya sebelum berkata. "jangan sampai aku melihat ada lipstik di kerah baju mu"
"tentu saja aku tidak akan sebodoh itu untuk membuatnya terlihat" aku tersenyum ringan dan tsubaki menatap ku dalam dalam sebelum memalingkan wajah nya. "lakukan sesuka mu"
"senang rasanya memiliki istri yg penuh pengertian." aku segera menuju pintu keluar di ikuti dengan Nono dan yg lainnya.
"sabar nyonya tsubaki, takdir ini bahkan dewa tidak akan bisa mengubahnya." beta berusaha menghibur tsubaki yg sedang menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"bagaimana dengan mu?" tanya tsubaki.
"sebaiknya nyonya tidak mengetahuinya, intinya adalah aku tidak bisa di pisahkan lagi dengan master."
tsubaki mendesah lembut. "kenapa jadi seperti ini"