malam hari, aku di seret oleh Agatha untuk menyaksikan proses kebangkitan Lucia.
penyihir dengan kemampuan untuk mengubah benda kembali ke bahan dasar mereka.
contohnya mengubah roti kembali menjadi tumpukan tepung dan air.
awalnya aku terlalu malas untuk ikut serta tapi Agatha menatap ku dengan mata memelas yg membuatku tidak bisa menolak permintaannya.
melihat beberapa penyihir inti sedang berkumpul di ruangan yg sama, aku tersenyum menyapa mereka.
"hallo semua nama ku Robert, dokter kota perbatasan yg akan menangani proses pembuahan nona Lucia." lalu aku menatap Lucia yg sedang berbaring di ranjang dengan senyum yg lebih lebar. "jadi silahkan buka pakaian nya"
aku perlahan mendekati Lucia sambil menggosokkan kedua tangan ku yg membuat Lucia semakin ketakutan. "tidak... tidak... aku bukan tanaman."
"tenang... hanya sakit sebentar tapi sisanya sangat enak..." senyum jahat ku mulai mekar dan Lucia segera melebarkan matanya sambil menutup selangkangannya.
"jangan mendekat...."
"Robert.... hentikan lelucon mu" Agatha segera menarik telinga ku. "kamu membuat Lucia ketakutan."
"sakit..." aku meringis kesakitan dan semua orang langsung tertawa terbahak bahak.
"tenang Lucia, Robert hanya bercanda." Anna berusaha menenangkan Lucia yg membuatnya kembali santai.
aku juga memberi anggukan setuju pada peda pernyataan Anna. "anna benar, aku bukan pria mesum."
"bohong" Silvy segera berkata dengan tegas yg membuat ruangan tiba tiba menjadi hening.
lalu aku segera menatap tilly dan berkata dengan expresi tak berdaya. "kapan kamu akan membawa Silvy pergi?"
"Silvy akan terus ada di sini untuk mengawasi mu." tilly menatap ku dengan tegas di ikuti oleh Silvy, ash dan Andrea.
melihat tatapan mereka, aku segera menggelengkan kepala ku sambil mengangkat bahu ku dengan expresi tak berdaya.
"menggunakan kemampuan Silvy untuk melihat tembus pandang, benar benar mesum terselubung."
Silvy langsung memerah dan dengan panik melambaikan tangannya. "tidak.... aku tidak seperti itu..."
"lihat wajahnya memerah." aku menatap Silvy dengan senyum jahat. "apa tubuhku terlihat bagus."
"bagus, sangat berotot." tapi Silvy segera menutup mulutnya dengan expresi ketakutan.
semua orang langsung menatap Silvy dengan tatapan curiga yg membuat Silvy semakin panik. "dengarkan dulu... aku bisa menjelaskan semuanya."
"kamu pasti tergoda untuk menyentuh tubuh ku"
"tentu..." Silvy kembali menutup mulutnya sambil perlahan mundur dengan expresi ketakutan.
melihat ini aku mengangguk puas, lalu berkata pada semua orang. "selain Silvy pasti ada bakat bakat mesum tersembunyi di antara kalian, jadi mari kita lupakan masalah mesum ini."
"kamu licik." jawab tilly dengan kesal dan aku segera mengangkat alis ku.
"benarkah..." aku menatap tilly dalam dalam. "aku yakin adik ipar ku yg tercinta pernah berbuat mesum, mari kita lihat dengan siapa dia berbuat mesum."
tilly tertegun sejenak, tapi saat mataku akan melirik ash expresi panik tiba tiba muncul di wajahnya. "kakak...." teriakan tilly tiba tiba terdengar.
"ada apa adik kyuuuu" jawab ku dengan nada main main.
"mari kita hentikan di sini." tilly menatap ku dengan serius.
"apa kakak ipar mu pria mesum?"
"tidak... kakak ipar adalah pria yg baik." tilly segera menjawab dengan tegas dan aku mengangguk puas dengan jawaban tilly.
"kalian semua dengar" aku menatap semua orang dengan bangga. "aku ini pria yg baik."
semua orang dengan pasrah mengangguk kan kepalanya dan Roland hanya bisa menggelengkan kepala dengan expresi gelap.
"aacckk" tiba tiba suara kesakitan Lucia terdengar yg membuat semua mengalihkan perhatiannya pada Lucia.
melihat expresi menderita Lucia, Agatha segera menatap ku dengan expresi cemas. "Robert.." tapi aku segera melambaikan tangan ku untuk menghentikan Agatha, lalu menatap spear passi. "nona pussy tolong transfer sihir Lucia pada ku, lakukan dengan cepat."
walaupun spear menunjukan expresi kesal sesaat, tapi dia segera melakukan apa yg aku perintahkan.
saat sihir kami terhubung, pesan sistem langsung terdengar menyatakan bahwa sihir yg tidak sempurna terdeteksi dan proses penyesuaian segera terjadi.
dengan ini dua sihir lagi telah di masukan ke dalam daftar kemampuan ku.
dengan sihir spear, aku bisa mentransfer sihir pada penyihir lain dan membuat mereka memiliki sihir yg tak terbatas selama dalam jangkauan sihir ku.
setelah beberapa saat rasa sakit Lucia mulai mereda dan proses kebangkitan berjalan lancar.
"Robert.. apa sebenarnya yg terjadi pada Lucia?" agatha segera bertanya setelah proses selesai dan aku dengan santai menjawab.
"evolusi kekuatan Lucia terlalu tinggi, aku yakin dia pasti anak yg rajin belajar."
saat itu Roland juga mengangguk setuju. "nilai nilai pelajaran Lucia memang sangat memuaskan dan terus meningkat setiap hari."
"apa kamu merasa tidak nyaman menerima sihir dari Lucia?" aku menggelengkan kepala ku sambil membelai rambut Agatha dengan lembut yg membuatnya sedikit malu. "jangan khawatir."
"tuan Robert.." saat itu spear berkata dengan sedikit kebingungan di wajahnya. "sihir mu berbentuk sepeti galaxy yg ada di buku pelajaran yg di berikan oleh yang mulia Roland, itu sangat indah, tenang dan damai tapi juga mengerikan."
"galaxy memang seperti itu, banyak misteri yg ada di dalam nya. jika kamu tidak ingin tersesat lebih baik jangan menggali lebih dalam."
"...." melihat semua orang terdiam aku segera menatap Roland. "apa kamu sudah mencobanya?"
Roland mengangguk ringan. "aku bertemu seorang wanita yg memberikan koin emas dan berkata bahwa itu adalah pemberian mu"
"dia adalah penyihir gereja yg hampir membunuh Gracia yg aku ceritakan di atas kapal waktu itu."
"jangan bilang tempat itu senarnya adalah miliknya dan karena dia kalah dari mu maka kamu mengambil semua miliknya."
aku mengangguk sebagai jawaban. "banyak rahasia tersimpan di sana, aku hanya malas untuk mencari tahu."
"jadi kamu ingin aku yg mencari tahu?"
aku mengangkat bahu ku melihat expresi kesal Roland. "karena itu berguna untuk mu dan bukan untuk ku"
lalu aku memeluk pinggang Agatha. "ayo kita berkencan sebelum kembali pulang."
"mm" Agatha mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di bahuku sambil memeluk pinggang ku.
sebelum sebelum semua orang sempat bereaksi, kami berdua segera menghilang.
"aku belum sempat berterima kasih pada tuan Robert." kata Lucia dengan penuh penyesalan dan Anna segera memegang tangan Lucia sambil berkata. "kamu bisa mengatakannya jika bertemu lagi dengannya, dia tidak akan marah hanya karena kamu tidak sempat berterima kasih pada nya."
"terima kasih Anna" Lucia segera melepaskan kekhawatirannya berkat kata kata Anna dan akhirnya upacara kebangkitan Lucia di anggap sukses.