setelah sebulan menikmati waktu di dunia mandiri, aku kembali ke dunia nyata dan bergegas menuju ke kerajaan wolf karena menurut kabar, gereja kembali melakukan penyerangan pada mereka.
di dermaga kota raja wolf, perlahan valkyre ship bersiap untuk berlabuh.
melihat kapal besar dengan lambang hijau yg ada di atasnya, aku hanya bisa menggelengkan kepala ku.
"wanita ambisius ini bahkan tidak mengindahkan peringatan ku."
aku menatap beberapa prajurit yg turun dari kapal di ikuti wanita cantik dengan penutup mata ala bajak laut.
lalu aku melihat ke samping dan melihat dua wanita cantik berpakaian putih ala pendeta mesum berjalan santai ke arah Gracia yg baru saja turun dari kapal.
"Veronica kamu tunggu di sini dan bersiap untuk terbang."
"baik sayang ku"
lalu aku menatap no. 1,2 dan 3. "bersiap untuk bertempur, setelah ini kita akan segera ke kota suci harmes untuk melakukan perampokan."
aku segera mengeluarkan banyak senjata dan pakaian tempur untuk mereka.
"siap komandan." aku mengangguk ringan lalu segera menggunakan teleportasi untuk muncul di depan Gracia.
*
saat Gracia turun dari kapalnya, dia dikejutkan oleh dua penyihir gereja yg menghadang di depannya.
Isabella dengan kemampuan menetralisir efek batu penghukum dewa dan zero dengan kemampuan untuk menyerap jiwa lawan dengan mengalahankan mereka di arena pertarungan jiwa.
akhirnya pertempuran sengit pun terjadi dan zero dengan mudah mengalahkan semua prajurit Gracia.
"kenapa batu penghukum dewa tidak memiliki efek pada mu" mata Gracia di penuhi oleh kejutan melihat prajuritnya mati satu persatu di depan matanya.
"tidak ada gunanya memberitahu orang yg akan mati." bayangan jiwa zero melesat ke arah Gracia dengan cepat, tapi baik zero dan Gracia tiba tiba di kejutkan oleh kemunculan pria tampan di depan mereka.
tapi zero segera tenang kembali dan segera menyerang ku sambil menunjukan senyum mencibir.
"Robert..." teriakan Garcia terdengar sebelum dunia mulai berubah.
di tengah kehampaan yg luas, dapat di lihat pulau pulau mengambang yg indah, planet planet yg mengitari orbitnya, matahari buatan yg berwarna warni, serta pohon dunia yg menjulang tinggi dengan megah.
"kamu... di mana ini... siapa kamu sebenarnya....." zero melihat sekeliling dengan expresi ketakutan.
saat itu aku memberinya senyum lembut dan ratusan rantai hitam langsung melilit tubuh zero.
"dengan tubuh fana aku tidak bisa mengeluarkan kekuatan ku, tapi jika ini tubuh jiwa. he he he he kamu akan mengerti apa itu kekuatan dewa" saat itu aku mulai berubah ke mode dewa kebebasan yg membuat zero melebarkan matanya sambil membuka mulutnya lebar lebar.
"de de dewa... aku... aku...." zero kehilangan kata kata nya dan air mata perlahan menetes dari matanya.
"istirahatlah....." saat itu aku menghapus air mata zero. "aku tahu kamu lelah"
"dewa..." mata ketakutan zero berubah menjadi lembut dan segera rantai hitam yg membelenggu dirinya terlepas.
aku memeluk pinggang zero dan perlahan mengangkat dagunya. "tidurlah sebentar, aku akan membangunkan mu saat waktunya tiba."
"baik dewa.." lalu aku mencium bibirnya dan zero segera menutup mata dengan pasrah.
[selamat tuan rumah, latar belakang dunia jiwa telah di buka]
[level up]
[level up]
[level up]
segera tubuh zero berubah menjadi serpihan cahaya dan aku kembali ke dunia nyata.
"Robert" Gracia mendekatiku dengan expresi cemas dan aku segera memberinya sentilan ringan di dahinya.
"apa kamu tidak tahu bahwa kamu hampir mati, sudah kubilang untuk tidak serakah."
Gracia menggosok dahinya sambil memalingkan wajahnya dan menggerutu dengan kesal. "siapa suruh kamu mengabaikan ku dan memilih mendukung Roland." aku hanya menggelengkan kepala ku.
"zero.. bagaimana dengan zero?" Isabella menatapku dengan penuh kejutan dan aku membalasnya dengan senyum ringan.
"kamu sudah tahu apa yg terjadi, kenapa masih bertanya."
"jika begitu kamu mestinya tahu apa yg sedang kami lakukan?"
aku mengangguk ringan. "aku dan Roland sudah mengetahui lebih dari yg kalian tahu dan kami sudah bersiap untuk hari itu, tapi apa yg kalian lakukan benar benar membuatku tidak bisa berkata kata."
"...."
"bukanya mendukung umat manusia kalian malah menghancurkannya dari dalam, aku bahkan berpikir bahwa pemimpin kalian sudah di kendalikan oleh iblis."
"aku...." Isabella menunjukan expresi penyesalan sambil menundukkan kepalanya.
"lakukan sesuka mu, aku terlalu malas berbicara dengan wanita bodoh seperti mu" saat itu aku memeluk Gracia dan membawanya terbang ke langit.
"tunggu..." tapi Isabella langsung terdiam saat melihat valkyre ship yg sudah menunggu di atas ku.
saat mendarat di kapal, aku menatap Isabella dengan tatapan menghina. "aku bisa menghancurkan gereja dengan mudah, tapi ini belum saatnya. setidaknya kalian masih berguna sebagai perisai daging untuk kami."
Isabella hanya bisa termenung menatap valkyre ship yg sudah melesat dengan cepat ke arah kota suci harmes.
"tempat itu..." saat itu Isabella tersadar bahwa tujuan kami adalah kota suci harmes.
***
di valkyre ship.
"Robert tentang apa semua ini" aku melirik Gracia sejenak sebelum berkata. "Veronica ku, bisakah kamu jelaskan pada nya"
"tentu saja sayang ku" saat itu Veronica muncul di sebelahku dan memberiku ciuman ringan di pipi sebelum menatap Gracia dengan senyum lembut.
"begini ratu Gracia...." dan Veronica mulai menjelaskan tentang situasi dunia saat ini yg membuat Gracia terus melebarkan matanya.
pertempuran kehendak ilahi, asal usul gereja, kenapa gereja menangkap para penyihir dan kenapa kami mendukung Roland membuat Gracia hanya bisa diam dengan wajah merenung.
"no 1,2,3 persiapkan peluncur roket, target kita adalah merebut kristal warisan yg ada di puncak menara kota suci."
"siap komandan"
mereka bertiga segera mengangkat peluncur roket, mengambil posisi di depan kapal dan mulai membidik ke arah menara kota suci yg semakin terlihat.
"Veronica, kamu akan menjaga kapal saat kami masuk."
"baik sayang ku"
saat itu jarak menara mencapai 100 meter aku segera memerintahkan mereka untuk menembak. "tembak."
dengan cepat 3 roket meluncur kearah menara kota suci.
"boom boom boom" segera ledakan besar terjadi dan api mulai membumbung ke atas langit.
tembok menara juga hancur yg memperlihatkan ruangan dalam nya.
"serangan musuh." segera teriakan prajurit di bawah menara mulai terdengar.
tapi kami tidak mempedulikan teriakan mereka dan segera mendekat ke pusat ledakan.
"amankan area"
"siap komandan." no 1,2 dan 3 segera melompat ke dalam ruangan yg terbuka.
segera suara tembakan shotgun mulai terdengar tanda pertempuran sedang berlangsung.
"menjauh dari sini, ini tidak akan lama." lalu aku mengeluarkan hand gun ku dan bergegas menyusul no 1,2 dan 3.
melihat kepergian ku, Veronica menjauhkan kapal dari menara kota suci sesuai perintah ku.