"aku kira kamu sudah di tangkap oleh gereja, ternyata kamu lari dengan seorang pria." Veronica dan Wendi berbaring di ranjang saling berhadap hadapan.
Wendi menatap Veronica dengan wajah penuh penyesalan sambil memegang kedua tangan Veronika dengan kedua tangannya.
"maaf..aku tiba tiba di bawa pergi oleh Robert saat sedang melakukan penyamaran dan tidak tahu bagaimana cara kembali."
"lalu apa yg dia lakukan pada mu"
"dia hanya memintaku membantu mengurus tempatnya dan di bayar 10 koin emas."
"lalu kenapa kamu tidak kembali dan memberi kabar, apa dia melarang mu"
"bukan seperti itu.. saat aku di bawa olehnya aku tidak berani menceritakan bahwa aku dari asosiasi penyihir, jadi aku hanya menceritakan tentang masa lalu ku saat kabur dari gereja. jadi aku tidak punya alasan untuk kembali."
"apa dia belum tahu sampai sekarang"
"setelah beberapa bulan, aku memberitahu semuanya."
"apa dia marah"
"tidak."
"lalu kenapa kamu belum kembali."
Wendi terdiam sejenak dan matanya tiba tiba berkaca. "aku mencintainya dan tidak ingin berpisah darinya."
"..." Veronica hanya bisa menatap Wendi dan perlahan membelai rambut nya.
"Veronica..apa kamu tahu, tempat rahasia yg dia katakan adalah gunung suci yg sebenarnya."
"kenapa kamu berkata seperti itu"
"kenapa tidak, gandum yg di tanam hanya butuh satu hari untuk di panen, segala jenis buah buahan, sapi yg tumbuh dewasa hanya kurang dari 10 hari, tempat yg indah, tambang besi yg menghasilkan biji secara otomatis."
"apa kamu yakin" Veronica menatap dengan mata lebar dengan penuh ketidak percayaan dan Wendi memberinya anggukan serius.
"apapun yg kamu inginkan ada di sana, tempat itu seperti surga. bahkan jika semua orang di kerjaan ini pergi kesana, semua itu tidak akan pernah habis."
"tapi kenapa dia tidak menyelamatkan semua penyihir dan membawanya kesana."
"karena tujuannya bukan hanya menyelamatkan penyihir, tapi semua umat manusia."
"apa maksud mu"
"Veronica dengar baik baik..." saat itu nada bicara Wendi menjadi semakin serius. "akan ada pertempuran besar yg akan datang tidak kurang dari 5 tahun dari sekarang, pertempuran antara manusia dan tiga ras lainnya yaitu ras iblis, ras binatang iblis dan ras monster laut dalam."
"...." Veronica mulai mendengarkan dengan serius.
"untuk itu Robert memutuskan untuk mendukung pangeran Roland untuk mengembangkan wilayahnya agar menjadi benteng kuat menghadapai ancaman ini."
"..."
"penyihir dan manusia biasa harus bersatu, hal ini bukan main main."
"..."
"alasan lain Robert mendukung Roland karena Robert bukan tipe seorang pemimpin dan Roland adalah pilihan yg tepat untuk menjadi pemimpin. aku yakin kamu pasti tahu alasannya kenapa Roland adalah pilihan yg tepat."
Veronica mengangguk setuju. "aku juga berpikir begitu."
"tapi kamu tidak boleh menceritakan ini pada pangeran Roland agar tidak mengganggu pengembangannya, saat waktunya tepat semua akan terbuka dengan sendirinya."
"baiklah aku akan percaya pada mu"
Veronika menatap mata Wendi dengan lembut dan keheningan mulai terjadi selama beberapa menit sebelum Veronika bertanya lagi. "apa kamu bahagia bersama nya, apa saja yg sudah kalian lakukan."
"tentu saja aku sangat bahagia, sebenarnya tadi adalah ciuman pertama kami dan jika kamu tidak datang malam ini mungkin akan jadi malam pertama kami."
"apa aku menjadi pengganggu."
Wendi menggelengkan kepalanya "kami punya banyak waktu, jadi kapan pun bisa."
"kenapa terdengar seperti kamu sangat menginginkannya."
tapi Wendi hanya tersenyum, lalu mulai menutup matanya.
melihat ini Veronica juga mulai menutup matanya.
dan ruangan langsung menjadi sunyi.
***
pagi berikutnya setelah sarapan, aku menyerahkan sebuah kotak besar pada Veronica.
"apa isinya?"
"jaket baru dengan bahan yg bagus dan senjata khusus"
Veronica membuka kotak itu dan mengeluarkan dua hand gun dengan Laras yg agak panjang.
satu berwarna silver mengkilap dengan tulisan Veronica di badan senjata.
dan satu lagi berwarna hitam dengan tulisan Robert di badan senjatanya.
"bagaimana menggunakan senjata ini?"
"ikuti aku" aku, Veronica dan Wendi segera menuju luar rumah.
lalu aku memasang papan target sejauh 50 meter dan mulai menembak sasaran tersebut.
"dor dor dor dor" dengan cepat aku menghabiskan semua peluru pada kedua hand gun dan segera mengganti Clip peluru lalu menyerahkannya pada Veronika yg masih termenung.
"coba gunakan satu senjata dulu"
"baiklah" tapi aku tetap membimbing tangannya untuk mengatur posisi memegang senjata.
"buka pengaman nya" aku mengarahkan jari nya untuk membuka pengaman pistol.
"bidik sasaran dan tembak."
"dor" tembakan pertama langsung mengenai papan target tidak jauh dari bull aye.
"biasakan diri mu dulu, jika sudah biasa coba gunakan kedua senjatanya. ingat untuk selalu menutup pengaman saat selesai menggunakan senjata."
"mm" Veronica mengangguk dengan penuh semangat dan segera mulai pelatihannya.
melihat senyum lembut Wendi aku segera menarik tangannya dan membawanya ke dalam rumah.
"apa rencana mu hari ini" Wendi yg duduk di sebelah ku mulai bertanya. "sekarang saatnya bersantai, besok aku akan pergi ke mencari batu ajaib."
Wendi segera menyandarkan kepalnya di bahu ku. "apa kamu menginginkan Veronica?"
tapi aku menjawab dengan pertanyaan lain. "apa Veronica menginginkan ku?"
"apa kamu menginginkan ku?"
"tentu saja." aku melihat ke arah Wendi dan segera mencium bibirnya.
"tunggu Veronica pergi." masih dengan senyum lembut, tapi tangannya menampar tanganku yg sudah merayap ke belahan pahanya.
"pelit" kataku dengan kesal.
"aku tidak akan kemana mana" balas Wendi yg masih tersenyum pada ku.
satu jam kemudian.
"apa kamu sudah terbiasa dengan dua senjata?"
Veronica segera memasukan kedua hand gun di balik jaket baru yg aku berikan.
"lumayan..tapi senjata apa ini?"
"senjata api, namanya Victoria dan Robert, apa kamu menyukainya?"
"aku menyukainya" Victoria mendekati ku dan hendak mencium pipi ku, tapi aku segera menoleh dan mencium bibirnya yg membuat matanya melebar.
tapi aku tidak melepaskan kesempatan dan segera memeluk pinggangnya dengan tangan kiri ku.
Victoria juga tidak melakukan perlawanan dan kedua tangannya perlahan di kaitkan ke leherku.
melampiaskan rasa rindu yg bertahun tahun terpendam, kami berciuman hingga beberapa menit sebelum melepaskan bibir kami secara perlahan.
"segara kembali ke asosiasi mu, selamatkan sadari mu yg lain. tidak ada gunanya kamu berlama lama di sini, mereka lebih membutuhkan mu"
Veronica menatap ku sambil mengedipkan matanya dengan expresi polos.
"apa kamu masih menganggap ku wanita seperti itu?"
"Veronica adalah gadis yg baik dan ceria"
"maksud ku adalah tentang aku pergi ke kamar Roland."
"kamu punya alasan sendiri untuk itu dan aku tidak memiliki hak untuk menilai tindakan mu"
"bagaimana jika aku memberi mu hak untuk itu."
kami berdua saling menatap untuk beberapa saat.
melihat wajah cantik Veronica, aku dengan lembut membelai pipinya yg mulus.
"maka aku akan sangat cemburu dan akan menghukummu dengan tamparan pantat." tangan ku perlahan meremas pantat Veronica yg membuat pipinya memerah.
seketika dia mengembungkan pipinya sambil berkata dengan expresi kesal. "sejak kapan kamu menjadi pria mesum."
"he he he.. jika aku tidak pergi dari silver city aku yakin kita sudah memiliki 2 anak sekarang."
Veronica memalingkan wajahnya yg masih merajuk kesal. "seakan aku akan menerima mu saja."
"apa kamu tidak akan menerima ku?"
"...."
melihat Veronica tidak menjawab, aku membelai kepalanya dan menyandarkannya di dada ku. "maaf... aku tidak ada di saat kamu menderita, sejujurnya aku melupakan mu saat itu karena terlalu fokus pada pengembangan wilayah ku"
"kejam..." suara serak Veronica tiba tiba terdengar dan kedua tangannya memeluk pinggang ku dengan erat. "aku selalu mengingat kata kata mu."
"saat itu aku bertanya, bagaimana jika aku sudah dewasa ternyata aku tidak secantik yg kamu pikirkan?"
"dan kamu menjawab 'bahkan jika suatu hari kamu menjadi iblis jahat aku tetap akan menikahi mu'."
Isak tangis Veronica mulai terdengar dan air matanya mulai membasahi pakaian ku.
"saat aku di kurung, saat aku di siksa, saat saudara ku mengutuk ku, hanya kata kata mu lah yg menguatkan ku."
"...."
"walau itu hanya kata kata seorang anak kecil, aku tetap berharap. aku berharap bocah kecil yg sering menggoda ku menepati kata katanya."
"..."
"aku bertemu Wendi dan bergabung dengan asosiasi sihir berharap suatu hari aku bisa bertemu dengan mu di dalam perjalanan menuju gunung suci."
"..."
"ya aku akhirnya bertemu dengan mu, tapi apa yg aku lihat membuatku sakit hati."
"..."
"kamu bajingan penipu, jahat, kejam" tangis sedih Veronica tiba tiba berubah menjadi kutukan amarah.
tapi aku hanya bisa dengan sabar menerima semua itu, aku bisa merasakan dia sedang melampiaskan semua ganjalan yg mengikat hatinya.
"maaf" hanya kata ini saja yg bisa aku katakan saat ini, karena memang aku lah yg salah.
"whuaaaaaa" dan Veronica langsung menangis dengan kencang.
"aku ingin yg pertama... aku tidak mau yg kedua.... hick hick... aku tidak terima... aku hanya ingin yg pertama..." melihat rengekan Veronica, aku perlahan mengangkat dagunya.
"maka kamu akan menjadi yg pertama, jangan sampai menyesal."
"aku mmmm" aku langsung menciumnya pindah ke kamarku yg ada di dunia mandiri.
menekannya ke tempat tidur.
perlahan membuka celana dalamnya.
kedua kakinya perlahan mengait pinggang ku dan aku segera mengeluarkan senjata ku lalu menusuk lubangnya dengan kejam.
tubuh Veronica sedikit mengerang, dia meletakkan telapak tangan nya di belakang kepalaku dan di punggung ku, lalu menekannya kuat kuat sakan tidak ingin aku berpisah dari nya.
segera kamar yg awalnya sepi mulai di penuhi suara cipratan air dan desahan menggoda.