Chereads / Love Story in Luofeng Pavilion / Chapter 16 - Ruang Pribadi Permaisuri

Chapter 16 - Ruang Pribadi Permaisuri

Qian Xun yang sudah akrab dengan tempat itu, mulai menyelinap masuk ke dalam ruang pribadi Permaisuri Langit. Ia mulai mengotak-atik tempat itu hingga menemukan sebuah kotak kecil di bawah meja. Ia pun membuka kotak itu dan sebagaimana yang telah diduga sebelumnya, kotak itu berisi selembar kertas yang memuat catatan tentang bahan-bahan dan cara meracik Racun Hawa Dingin beserta mantra-mantranya.

Sebelum Qian Xun keluar dari ruangan itu, Xiao Lan dan A Heng telah melihat dari jauh Permaisuri bersama Pangeran ke-2 berjalan diiringi beberapa pelayan wanita menuju ke ruangan pribadi Permaisuri.

"Gawat!!! Mengapa Qian Xun belum keluar juga?"

"Aku juga tidak tau, Dewa. Sepertinya sesuatu terjadi padanya di dalam."

"Ya sudah. Kau tetap di sini, coba cari cara untuk menahan Permaisuri. Aku akan mencoba memberi tanda pada Qian Xun."

"Baiklah. Aku mengerti."

A Heng pun bergegas ke samping gedung dan melemparkan batu kecil ke jendela memberi tanda pada Qian Xun. Sedangkan Xiao Lan pura-pura berjalan dengan terburu-buru ke arah permaisuri dengan membawa arak. Ia pura-pura tidak melihat permaisuri lalu dengan sengaja menyenggolnya dan menumpahkan arak ke arah permaisuri.

"Ah....Dewi, maafkan aku. Aku tidak sengaja. Tadi aku berjalan terburu-buru." kata Xiao Lan dengan sengaja dan langsung berlutut di hadapan Permaisuri.

"Lancang! Beraninya kau menumpahkan arak ke baju Permaisurinya Langit!" bentak seorang pelayan yang bersama mereka.

"Ah? Permaisuri? Mohon ampun Permaisuri. Hamba tidak sengaja." katanya sambil membungkuk ke tanah.

"Xiao Lan? Sedang apa kau di sini?" tanya pangeran ke-2 kaget.

"Oh, Dewa perpustakaan?"

Xiao Lan pun kaget melihat Pangeran. Tadi, dari kejauhan ia tidak melihatnya dengan jelas.

"Apa Yang Mulia Pangeran mengenal Dewi kurang ajar ini?" tanya Si Pelayan.

"Oh. Aku bertemu dia di perpustakaan hari ini."

"Ah? Pangeran? Jadi, Dewa adalah Pangeran Langit?"

"Oh, Betul. Aku belum sempat memperkenalkan diri di perpustakaan. Aku Pangeran Langit ke-2 Chang Feng."

"Maafkan aku, Pangeran. Aku tidak mengenalimu. Aku jadi bersikap tidak sopan."

"Tidak masalah. Ibunda Permaisuri, mohon ampuni dia kali ini saja. Dia hanya Dewi kecil. Mungkin tuannya menyuruhnya mengantarkan arak."

"Baiklah. Karena kau yang minta, aku akan mengampuni dia."

"Ah, terima kasih, Permaisuri. Permaisuri sangat murah hati." kata Xiao Lan sambil membungkuk memberi hormat.

"Oh iya, Xiao Lan. Kau belum memberitahuku asalmu. Kau bukan Dewi dari Alam Langit." kata Pangeran.

"Jawab, Pangeran. Hamba seorang pelayan dari Paviliun Luofeng. Hari ini, menemani Pangeran Qian Xun menghadiri acara ulang tahun Kaisar Langit."

"Ow.... Rupanya pelayan Qian Xun. Pelayan dan tuannya sama saja, sangat tidak tau diri." kata Permaisuri sinis.

"Ibunda.... sudahlah."

Xiao Lan melirik ke samping kirinya dan dilihatnya dari kejauhan A Heng Dan Qian Xun telah meninggalkan tempat itu lewat jalan lain. Ia pun merasa lega.

"Xiao Lan, sekarang pergilah sebelum Ibunda berubah pikiran lagi."

"Baik. Terima kasih Pangeran, terima kasih Permaisuri."

Xiao Lan membungkuk sekali lagi memberi hormat dan meninggalkan mereka.

"Qian Xun lagi, Qian Xun lagi. Dia benar-benar beruntung memiliki pelayan secantik Xiao Lan. Aku sudah berusaha merebut apapun darinya, tapi selalu saja dia mendapatkan lebih lagi dan lagi. Tapi, kurasa, merebut pelayan darinya terlalu rendahan. Mungkin aku sudah berpikir terlalu berlebihan." kata Chang Feng dalam hati merasa iri.

Xiao Lan terus berjalan hingga bertemu Qian Xun dan A Heng kembali di taman belakang Istana.

"Akhirnya kau datang juga. Maafkan aku. Aku jadi merepotkanmu menahan Permaisuri tadi."

"Tidak apa-apa Yang Mulia. Aku sangat senang bisa membantumu."

"Jadi, apa yang kau temukan di ruangan itu?" tanya A Heng.

"Seperti yang kita duga sebelumnya. Di sana aku menemukan sebuah kotak yang isinya selembar catatan tentang racun terlarang itu. Tapi, aku tidak bisa membawanya. Pertama-tama, aku akan melaporkan ini ke Ayahanda Kaisar dan kotak itu akan jadi bukti."

"Betul sekali. Kita memang harus memberi tahu Kaisar." kata A Heng.

"Ya, sudah. Kalau begitu kau da Xiao Lan pergilah beristirahat. Aku akan mencoba menemui Ayahanda Kaisar."

Lalu mereka pun berpisah. Qian Xun masuk ke Istana dan menemui Ayahnya.

"Ayah Kaisar!"

"Oh, Qian Xun. Kita sudah lama tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu. Bagaimana pekerjaan barumu di Paviliun Luofeng?"

"Bekerja di Paviliun Luofeng sangat menyenangkan. Aku sangat menyukai tempat itu."

"Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya."

"Ayah Kaisar, sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Oh? Apa itu nak?"

"Beberapa hari yang lalu, aku mengunjungi kampung halaman ibu."

"Kau ke Alam Iblis? Apa yang kau lakukan di sana."

"Sebenarnya, aku ke sana untuk menanyakan tentang penyakit keturunan ibu dan di sana aku bertemu Paman."

"Benarkah? Lalu, apa yang kau dapatkan?"

"Paman mengatakan kalau ibu tidak memiliki penyakit keturunan. Yang ada di dalam tubuhku bukan penyakit tapi racun?"

"Racun? Qian Xun, kau jangan mendengarkan Paman Iblismu. Apa kau tidak percaya dengan Tabib Istana? Dia adalah tabib terhebat di Alam Langit."

"Bukannya aku tidak percaya. Hanya saja, hari ini, aku menemukan selembar kertas yang mencatat tentang racun itu di ruang pribadi Ibunda Permaisuri."

"Qian Xun! Sekarang kau sudah berani memasuki ruangan ibundamu tanpa izin. Kau jangan mendengarkan Paman Iblismu itu, dia hanya berusaha menghasutmu."

"Tapi Ayah Kaisar. Aku benar-benar menemukan catatan itu. Paman bilang itu adalah buku terlarang yang ingin dilenyapkan Kaisar Langit sebelumnya."

"Cukup Qian Xun. Kau benar-benar sudah terhasut Paman Iblismu. Jangan lupa. Kau lahir di Alam Langit. Sekalipun dalam tubuhmu mengalir darah iblis tapi sekarang kau adalah Dewa Alam Langit. Mulai sekarang, kau dilarang untuk mengunjungi Alam Iblis. Apa kau mengerti?"

"Rupanya Ayah Kaisar belum memahami Qian Xun." jawab Qian Xun singkat, lalu ia meninggalkan Kaisar begitu saja.

"Qian Xun! Kembali ke sini dan dengarkan Ayahmu. Qian Xun! Qian Xun!"

Kaisar terus memanggilnya, namun Qian Xun malah terus berjalan tanpa berbalik sedikit pun.