Chereads / Love Story in Luofeng Pavilion / Chapter 17 - Xiao Lan Diracuni

Chapter 17 - Xiao Lan Diracuni

Qian Xun, A Heng dan Xiao Lan telah kembali ke Paviliun Luofeng dan kini mereka sedang duduk berhadapan sambil minum teh.

"Aku benar-benar tidak menyangka, Kaisar Langit akan mengabaikanmu. Mungkinkah dia sudah gila?" tanya A Heng kesal.

"Eh, jangan berkata begitu. Bagaimanapun juga Kaisar Langit adalah ayah kandung Yang Mulia. Mungkin saja, Kaisar hanya terbawa perasaan sesaat." kata Xiao Lan menghibur.

Qian Xun hanya menghela nafas.

"Sudahlah. Jangan diungkit lagi. Kalau Kaisar tidak peduli dengan racun ini, tidak masalah. Kita bisa menyelidikinya sendiri."

Di lain tempat, Chu Hua sedang berjalan perlahan mondar-mandir di taman belakang Paviliun sambil menunggu rekannya, Qing Qing. Tak lama kemudian Qing Qing pun datang menemuinya.

"Jadi Dewi Chu Hua, bagaimana rencana kita? Kapan kita akan mulai?"

"Ha ha ha... Kau memang tidak sabaran. Yah sudah. Aku mengerti perasaanmu. Kau tenang saja. Aku sudah membawa pil itu dari Rawa Yinxing."

Chu Hua memberikan pil racun itu pada Qing Qing.

"Tapi ingat, Qing Qing. Pil ini hanya satu. Jangan sampai kau menjatuhkannya."

"Baik, Dewi. Qing Qing akan berhati-hati." Dan Qing Qing pun mengambil sebutir pil yang dibungkus dengan kain itu."

"Tapi, kau masih ingat perjanjian kita, bukan?"

"Tentu saja aku ingat. Dalam hal ini, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Aku tidak akan melibatkan Dewi."

"Baguslah kalau kau masih ingat. Yah, sudah. Kita berpisah di sini. Selanjutnya, bukan urusanku lagi."

"Baik, Dewi."

Keduanya pun berpisah. Qing Qing bergegas ke dapur dan memasak sup. Tanpa ia sadari, seorang pelayan lain lewat di belakangnya dan melihatnya memasukkan sesuatu ke dalam sebuah mangkuk yang berisi sup.

"Qing Qing, apa yang kau masukkan ke dalam mangkuk itu?"

Qing Qing terkejut.

"Oh, Xiao Yu. Kau mengagetkanku. Ini....Aku memasukkan sedikit garam. Tadi, supnya kurang asin."

"Oh, begitu."

"Oh yah, Xiao Yu. Aku baru saja memasak sup rasa baru. Cobalah! Kau pasti suka. Kalau kau juga merasa kurang asin, kau bisa menambahkan garam. Aku, ingin mebawakan sup ini untuk Xia Lan. Dia sangat baik padaku akhir-akhir ini."

"Oh, benarkah? Xiao Lan pasti menyukainya."

Lalu tiba-tiba Qing Qing pura-pura kaget.

"Ah!!!, astaga. Aku ini benar-benar pelupa. Tadi Dewi Chu Hua menyuruhku mengantarkan alat tulis barunya. Xiao Yu, bisakah kau mengantarkan sup ini untuk Xiao Lan?"

"Ow.... tenanglah. Biar aku saja yang mengantarkannya."

"Terima kasih, Xiao Yu."

"Ia, sama-sama."

Xiao Yu pun mengantarkan sup itu pada Xiao Lan. Qing Qing tersenyum dalam hati melihat rencananya berjalan lancar.

Xiao Lan sedang duduk sendirian di kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.

Tok... tok... tok..

"Xiao Lan, ini aku Xiao Yu."

"Ah, Xiao Yu. Masuklah. Ada apa?"

Xiao Yu pun memasuki kamarnya.

"Xiao Lan, ini.... Aku membawakan sup untukmu."

"Sup?"

"Ia. Tadi, Qing Qing baru saja memasak sup dengan rasa baru. Dia memintaku untuk membawakan mu semangkuk."

"Ah, benarkah. Waahhh... Rasanya pasti enak. Aku tau Qing Qing sangat pintar memasak. Yang Mulia Qian Xun pernah memuji masakannya."

"Benar. Cobalah."

Xiao Lan pun mencicipi sup itu.

"Mmmmm..... Rasanya benar-benar lezat."

"Benarkah?"

"Ia. Xiao Yu, kau juga cobalah."

"Oh, tidak usah. Supnya masih banyak di dapur. Aku akan memakannya di sana."

"Oh."

"Ya, sudah. Aku pergi dulu. Aku juga tidak sabar ingin makan sup buatan Qing Qing."

"Mmm. Terima kasih Xiao Yu."

Xiao Yu kemudian meninggalkan ruangan itu dan menuju ke dapur. Xiao Lan sangat menikmati supnya dan menghabiskan semangkuk. Hanya berselang beberapa detik setelah ia menghabiskan sup itu, ia pun mulai merasa puyang dan penglihatan menjadi buram. Tiba-tiba ia merasakan sakit di seluruh tubuh disertai panas yang membuatnya merasa terbakar dari dalam. Ia kesakitan hingga terjatuh ke lantai dan memuntahkan darah.

"Tolong.... tolong...." serunya dengan suara sekarat yang hampir tidak kedengaran.

Qian Xun yang kebetulan menuju ke kamar Xiao Lan tiba-tiba bertemu Xiao Yu.

"Eh, Xiao Yu. Kau berjalan dari arah sana. Apakah kau ke kamar Xiao Lan?"

"Benar, Yang Mulia. Hamba baru dari kamar Xiao Lan."

"Apa Xiao Lan ada di kamarnya?"

"Ada, Yang Mulia. Tadi hamba baru saja mengantarkan sup untuk Xiao Lan."

"Oh. Aku mengerti."

Qian Xun hendak mengajak Xiao Lan untuk berjalan-jalan di taman. Ia berjalan ke kamar Xiao Lan dengan tersenyum. Namun siapa sangka, setibanya di sana, Xiao Lan tidak menjawab saat ia mengetuk pintu.

"Apakah Xiao Lan sudah pergi?" katanya dalam hati.

Tiba-tiba ia mendengar rintihan kecil yang hampir tidak terdengar.

"Aaaaa..... Tolong..... Yang Mulia..."

Qian Xun pun mencoba mendengarkan dengan baik suara itu.

"Xiao Lan?"

Ia segera membuka pintu dan dilihatnya Xiao Lan terbaring di lantai setengah sadar.

"Xiao Lan!!!! Ada apa denganmu?"

Qian Xun berlari ke arahnya dan mengangkatnya ke tempat tidur.

"Pengawal! Pengawal! Siapa di luar? Pengawal!"

Pengawal yang berjaga di dekat situ menghampiri mereka.

"Ada apa Yang Mulia?....Ahhh Xiao Lan! Yang Mulia, apa yang terjadi?"

"Sudah! Jangan banyak bertanya! Segera panggilkan tabib! Cepat!!!"

"Baik, Yang Mulia."

Pengawal itu segera keluar memanggil tabib.

"Xiao Lan...."

Qian Xun panik. Ia menyalurkan tenaga dalamnya pada tubuh Xiao Lan namun sepertinya tidak mempan. Xiao Lan yang sekarat akhirnya pingsan.

"Xiao Lan.... Bertahanlah!"

Tak lama kemudian, tabib pun datang bersama A Heng. Tabib itu langsung memeriksa denyut nadi Xiao Lan.

"Qian Xun, apa yang terjadi?" tanya A Heng panik.

"Aku juga tidak tau. Begitu aku masuk, aku sudah menemukan Xiao Lan tergeletak di lantai. Tabib! Bagaimana keadaannya?"

"Yang Mulia. Gejala penyakitnya sangat aneh. Tubuhnya sangat panas seperti terbakar dan darah yang keluar dari mulutnya berwarna kebiruan. Sepertinya, ini gejala keracunan. Tapi, aku juga baru pertama kali menemukan yang seperti ini. Aku tidak bisa menebak ini jenis racun apa. Mohon ampunan Yang Mulia."

"Tabib, apa kau tidak bisa mengobatinya?"

"Maafkan aku Yang Mulia. Aku benar-benar baru pertama kali menemukan penyakit ini. Aku sudah berusaha sebaik mungkin."

"Ah, tadi aku bertemu pelayan, Xiao Yu di luar. Katanya, ia mengantarkan sup untuk Xiao Lan. Tabib, coba kau periksa supnya."

Si Tabib pun mengambil jarum peraknya dan mencelupkannya ke dalam sisa air sup yang ada di meja. Setelah beberapa saat, ia pun mengangkat jarum itu, dan warnanya tidak berubah.

"Yang Mulai, sup ini tidak beracun."

Qian Xun terus berjalan berputar-putar sana-sini karena merasa panik. A Heng yang tadinya diam, terus mengamati tubuh Xiao Lan.

"Qian Xun, sepertinya gejala ini tidak asing bagiku."

"A Heng, apa maksudmu?"

"Maksudku, Pamanku yang bekerja di bagian persendian obat istana pernah menceritakan sebuah racun aneh."

"Katakanlah!"

"Katanya, racun itu akan membuat tubuh kesakitan dan panas rasa terbakar. Tapi, makanan yang diracuni tidak akan memperlihatkan racun tersebut hanya dengan menggunakan jarum perak biasa."

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

"Jarum perak yang digunakan, harus dialiri energi Qi. Tabib! Berikan aku jarum itu. Aku akan mencobanya."

A Heng mengambil jarum itu dan menyalurkan energi Qi ke dalamnya lalu mencelupkan jarum itu ke dalam sisa air sup. Setelah jarum itu diangkat, dan ternyata memang benar. Ujung jarum yang menyentuh sup itu berubah warna menjadi hitam.

"Ternyata dugaanku benar. Ini adalah Racun Pelebur Roh dari Rawa Yinxing."

"A Heng. Lalu dimana kita bisa mendapatkan penawarnya?"