POV Abi:
Nama gw, Abi. Gw merupakan penguasa SMA Bintang paling kejam dan menakutkan. Gw gak cuma menguasai SMA Bintang tapi juga menguasai SMA-SMA lainnya. Yang tak mau tunduk sama gw, maka siap berhadapan dengan gw sampai mati!
POV author:
Di pagi hari yang cerah, tampak Abi yang keluar dari kamarnya. Baru saja keluar dari kamar, Abi langsung dicegat oleh sang ibu yang sebenarnya resah akan sikap buruk anaknya.
"Abi!" cegat Bu Rina yang membuat Abi menghentikan langkahnya.
"Ada apa, Ma?" tanya Abi dengan tenang. Bu Rina menghela nafas lalu memeluk sang anak dengan erat sambil menitikkan air matanya yang membuat Abi sempat heran dengan sang ibu.
"Mah? mama kenapa? kalau ada masalah, katakan saja pada Abi," Abi memeluk erat tubuh sang ibu.
"Abi, bisa gak berubah? jangan buat onar terus!"
Abi sontak membatu mendengar lontaran mamanya. Ia melepas pelukan Rina kemudian merapihkan dasinya.
"Aku akan berusaha ya, Mah. Abi berangkat dulu, Assalamualaikum," Abi mencium punggung tangan Rina seusai itu pergi. Rina masih tak habis pikir dengan anaknya yang bisa-bisanya jadi pembuat onar, anak-anak nakal yang menguasai sekolahan. Padahal dirinya sudah berusaha mendidik Abi yang baik-baik.
"Hmm anak itu terpengaruh dari mana coba," gumamnya.
***
Abi turun dari motornya, berjalan menuju kelasnya. Tetapi baru saja masuk kedalam sekolah, tiga orang yang merupakan anak buah Abi segera menghampirinya.
"Tuan!" panggil Santoso.
"Tuan, ada yang ingin kami katakan!" saut Ken.
"Kami menemukan informasi tadi malam," cakap Bobby.
"Kenapa?"
Abi melirik dingin ketiga anak buahnya yang memang ditugaskan untuk memberikan informasi padanya.
"SMA Kenara katanya bakal dikuasai oleh SMA Bangsa," ungkap Ken.
"Bukankah SMA Bangsa sudah kita kuasai? jadi aman-aman saja jika dia ingin menguasai sekolah lain,"
"Tapi penguasa SMA Bangsa itu bukan bawahannya Tuan melainkan orang baru yang berhasil mengalahkan pimpinan SMA Bangsa," jelas Santoso.
"Jadi apa yang harus kami lakukan selanjutnya, Tuan?" tanya Bobby.
"Kapan pemimpin SMA Bangsa yang baru bakal menguasai SMA Kenara?" Abi terlihat sangat dingin dan tegas walau sebenarnya ia sedang malas ribut dengan orang.
"Nanti siang, Tuan,"
"Baiklah aku akan kesana. Kalian pantau saja SMA Kenara sampai pimpinan SMA Bangsa datang," ketus Abi yang kemudian melangkah pergi menuju kelasnya.
Selang beberapa menit, Abi tiba didepan kelasnya. Ia membuka pintu kelas dan menatapi teman-temannya yang sedang mengobrol, bercanda. Tetapi ketika menyadari kedatangan Abi, semuanya langsung diam, tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Abi sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, wajar mereka takut karena Abi merupakan siswa yang cukup mengerikan.
Ia tak hanya menguasai SMA Bintang melainkan menguasai SMA lainnya. Tak hanya itu saja, tubuh Abi juga berbeda dari yang lain dan juga Abi cukup cerdas sehingga membuatnya semakin overpower. Abi duduk di bangkunya yang berada di paling belakang, usai itu menatapi sekelilingnya.
"Bendahara mana bendahara?" tanya Abi yang membuat semuanya gemetaran tak menjawab. Namun untungnya, bendahara menunjukkan diri dan langsung menghampiri Abi.
"Kenapa, Bi?" tanya bendahara dengan datar.
"Nih, bayar uang kas lima bulan," ketus Abi sembari memberikan uang sebesar seratus ribu. Bendahara kelas menganggukkan kepalanya lalu menerima uang tersebut.
"Makasih, Lo emang rajin ya cuma kejam aja," singkat bendahara yang kemudian duduk kembali di kursinya. Abi hanya terdiam lalu menatap kearah papan tulis, bersamaan juga dengan masuknya guru kedalam kelas.
Pelajaran yang akan Abi pelajari pagi ini adalah matematika. Menurutnya Abi, tidak masalah jika kelasnya belajar matematika namun untuk sebagain teman sekelas Abi kurang setuju, pasalnya matematika itu merupakan pelajaran sulit dan yang lebih parahnya, waktu belajar matematika adalah lima jam.
"Aduhh mager banget gw ada matematika hari ini,"
"Lain kali gw izin aja deh kalau ada pelajaran matematika,"
Abi mendengarkan percakapan orang di dekatnya. Ia hanya geleng-geleng kepala menanggapi hal itu, wajar saja sih jika mereka membenci pelajaran ini karena terlalu menguras otak.
Guru pun duduk di bangkunya, menyuruh siswa-siswi nya untuk berdoa sebelum kegiatan pembelajaran mereka dimulai. Seusai itu, guru matematika memulai pembelajarannya.
Meski pelajaran nya sulit, tapi untungnya guru matematika mereka cukup ramah dan baik. Sehingga beliau sesekali memberikan candaan ke siswa-siswi nya agar tidak terlalu stress.
Setiap kali guru matematika mengeluarkan kata-kata candaan, Abi tak pernah tertawa atau minimal tersenyum tipis. Dia tetap berwajah datar, memperhatikan materi yang dijelaskan. Tentu hal itu membuat guru matematika merasa tidak nyaman karena salah satu muridnya yang tak menanggapi candaan yang diberikan. Hingga...
"Abi, seperti biasa kamu selalu serius memperhatikan materi yang bapak sampaikan. Maka dari itu, silahkan maju ke depan dan coba isi jawabannya," pinta guru matematika.
Abi yang terpanggil itupun beranjak berdiri dan melangkahkan kakinya menuju depan kelas. Ia mengambil spidol dari tangan gurunya lalu mengerjakan latihan yang diberikan oleh sang guru.
Abi terlihat santai mengerjakan latihan tersebut, bahkan dia tak menghitung sama sekali yang membuat teman-temannya masih tak habis pikir dengannya karena Abi dengan mudahnya menjawab matematika tanpa perlu coret-coretan, hitung-hitungan.
Selang satu menit, Abi kembali duduk di bangkunya, mendengarkan pendapat sang guru mengenai jawaban yang ia berikan. Sang guru terdiam menatapi jawaban Abi kemudian ia memceklis nomor soal yang ia berikan untuk Abi.
"Baik, seperti biasanya, Abi selalu benar mengerjakan latihan yang saya berikan. Oke kita lanjut ke materi berikutnya ya," kata pak guru. Teman sekelas Abi hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan sang guru.
Beberapa jam kemudian...
Semua siswa-siswi SMA Bintang keluar dari kelasnya, beristirahat sejenak usai belajar pelajaran sesuai jadwal mereka. Abi memutuskan untuk menemui ketiga anak buahnya untuk menanyakan informasi terbaru mengenai SMA Kenara dan SMA Bangsa.
Selang beberapa menit, Abi menemukan ketiga anak buahnya yang berada di kantin. Ia duduk dihadapan mereka bertiga dan mulai mengajukan pertanyaan.
"Apakah kalian sudah dapat info terbaru mengenai SMA Kenara dan SMA Bangsa?" tanya Abi dengan tegas.
"Pimpinan SMA Bangsa fix bakal datang ke SMA Kenara sendirian untuk menghadapi pimpinan berserta anak buahnya," jelas Ken.
"Jam dua belas siang?"
"Iya benar sekali, tuan. Pimpinan SMA Bangsa akan datang tepat pukul jam dua belas siang," singkat Santoso. Abi menganggukkan kepalanya setelahnya ia beranjak berdiri.
"Bilang ke kepala sekolah, hari ini gw izin pulang duluan karena ada keperluan yang harus diselesaikan," tegas Abi, ketiga anak buahnya menganggukkan kepalanya. Sesuai itu, Abi pergi ke kelas sebentar untuk mengambil tasnya kemudian berangkat menuju SMA Kenara sebelum SMA Bangsa tiba disana.