Di pagi hari yang cerah, tampak seorang perempuan paruh baya sedang berjalan menuju salah satu kamar di lantai dua, rumahnya. Ia mengetuk pintu, memanggil nama sang anak yang sepertinya belum bangun.
"Violet, bangun! udah jam tujuh ini, nanti kita kesiangan jalan-jalannya," ucap Dionne. Namun dugaannya salah, sang anak langsung membuka pintunya, membawa koper dan berpenampilan rapi layaknya orang mau berangkat pergi.
"Sudah sejak tadi aku bangun. Seharusnya bunda membangunkan Louella," ketus Violet, seraya keluar dari dalam kamar nya, menarik tas koper yang berisi barang-barang pribadinya.
Melihat perilaku sang anak yang begitu cuek dan dingin membuat Dionne geleng-geleng kepala. Tidak seperti Violet, Louella adalah anak yang aktif, pandai bergaul dan ramah sehingga banyak orang yang suka padanya, berbeda dengan Violet.
"Hu dari kecil sampai besar itu anak gak pernah berubah. Dari kelas lima SD cuma punya satu sahabat yang aneh doang," gerutu Dionne yang kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Louella, membangunkan anak kesayangannya.
Selang beberapa menit....
"Bunda, kita sarapan apa dulu nih sebelum berangkat? aku buatin sandwich dulu ya," Luoella beranjak berdiri dari kursinya, melangkahkan kakinya menuju dapur. Tetapi baru beberapa langkah berjalan...
"Aku sudah membuatkan pasta untuk sarapan pagi ini," Violet meletakkan pasta buatannya di meja, setelahnya duduk di kursi yang kosong.
"Wah tumben lagi rajin, biasanya males banget buat beginian," saut Dionne sambil duduk di kursinya lalu mengambil pasta buatan Violet.
"Males gimana? aku kan kerja, nyari uang buat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga ini. Bahkan aku bangun jam tiga pagi, berangkat kerja. Belum resikonya nyawa!" ketus Violet.
"Ya salah sendiri kamu kerja sebagai agen rahasia. Pekerjaan banyak malah cari yang susah," jawab Dionne yang membuat Violet benar-benar jengkel hingga menggebrak meja.
"Itu kan sudah impian aku dari kecil! lagipula meskipun pekerjaan ku berbahaya, sekali misi dapat uang dalam jumlah banyak dan kalian tetapi menikmatinya, kan?!" bentak Violet.
Plakkk...
Dionne melayangkan tamparan tepat di wajah anak sulungnya yang membuat Violet diam membatu begitupun juga dengan Louella yang terkejut dan memilih untuk tidak membela sang kakak melainkan menjebloskannya.
"Kamu nih ya, mentang-mentang udah besar! bisa cari duit sendiri! jadi semena-mena banget kamu?! ingat! bunda itu taruhan nyawa ngelahirin kamu tapi balasanmu malah gini!" teriak Dionne.
"Tau nih kak Violet, makin hari makin sombong mentang-mentang yang biayain hidup kita adalah dia!" saut Luoella. Mendengar hal itu membuat Violet benar-benar diam, tak mengeluarkan sepatah katapun. Dionne kembali menampar wajahnya tapi Violet tetap saja tak berbuat apapun.
"Makin gede bukannya makin baik malah makin bejat! kamu tenang aja, dua tahun lagi Luoella lulus kuliah dan kerja! jadi kita gak pake duit Lo lagi!" ketus Dionne yang kemudian kembali duduk di meja makan dan menikmati sarapan nya. Begitupun dengan Violet dan Louella.
***
Beberapa jam kemudian....
Seusai sarapan, mereka bertiga pun berangkat menuju sebuah bukit untuk liburan diakhir pekan sebelum disibukkan kembali dengan tugasnya masing-masing. Mereka sampai diatas bukit dengan perjalanan yang ditempuh sekitar dua jam.
"Akhirnya sampai juga," ucap Dionne seraya keluar dari mobilnya begitupun dengan kedua anaknya. Violet bergegas menurunkan barang-barang bawaan mereka dari mobil setelah itu menempatkan barang-barang tersebut dibawah pohon. Sedangkan Luoella memutuskan untuk menggelar karpet merah lalu menyusun peralatan makan serta, makanan yang mereka sudah bawa.
Sedangkan Dionne...
"Hmm Violet, kesini dulu!" panggil Dionne, Violet bergegas menghampiri sang bunda yang memanggilnya.
"Kenapa?" tanyanya dengan datar.
"Hmm temenin bunda keliling bukit ini sekaligus kita foto-foto ya," jawab Dionne, Violet menganggukkan kepalanya. Mereka berdua mulai berkeliling bukit sambil sesekali foto di beberapa tempat yang keliatannya menarik.
Tiga puluh menit kemudian...
Dionne menghentikan langkahnya usai berkeliling sekaligus foto-foto diatas bukit. Ia berdiri dipinggir bukit, menikmati pemandangan alam yang indah.
"Mau foto disini?" tanya Violet seraya menyiapkan ponsel Dionne yang telah dititipkan kepadanya. Dionne menggelengkan kepalanya dan kembali menikmati pemandangan, ditemani oleh anak sulungnya.
"Udara disini sejuk ya, Violet," ucap Dionne, Violet tak menyaut namun Dionne tak mempermasalahkannya.
"Oh ya ngomong-ngomong, bunda minta maaf ya karena tadi marah-marah sama kamu. Tapi kamu harus ingat juga! kamu gak boleh sombong meski sudah nyari uang sendiri," ujar Dionne yang memohon permohonan maaf sekaligus menasehati si sulung yang introvert. Namun Violet terus saja tak menyaut yang membuat Dionne heran.
"Kok kamu diam saja sih nak?" Dionne sedikit menggertak Violet yang sedari tadi diam saja. Hingga...
"Aku akan mengakhiri semua ini," Violet mengacaukan pistol pada Dionne. Dionne membalikkan tubuhnya, menatapi sang anak yang siap melepaskan peluru.
"Nak? k-kamu kenapa?"
"Tak perlu berperilaku baik begitu! aku sudah muak dengan perilakumu terhadapku, selama ini!" cakap Violet yang terlihat amat dendam dengan Dionne.
"Violet, kamu ini kenapa sih? kenapa tiba-tiba saja mengacungkan pistol begini? kamu gak mungkin bakal bunuh bunda kan? bunda udah taruhan nyawa ngelahirin kamu lho!" tanya Dionne yang cemas. Violet tersenyum sinis, ia mendekatkan pistolnya ke kepala Dionne.
"Jadi karena kamu udah ngelahirin aku dengan taruhan nyawa, bakal buat aku peduli? enggak ya! kesalahan yang kau perbuat tetap saja kesalahan yang tidak bisa diperbaiki dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Kau masih tidak sadar juga, kesalahan apa saja yang kau perbuat terutama padaku?! kau ini benar-benar Dajjal ya?" kata Violet.
"Tapi.... memangnya apa saja yang sudah ku perbuat, Nak? kenapa kau sedendam ini?" tutur Dionne. Violet terdiam lalu geleng-geleng kepala.
"Benar-benar iblis! kau tak sadar bahwa kau benar-benar membedakanku dengan Luoella! kau begitu menyayangi Louella, memuliakannya bak seperti Tuhan sedangkan aku diinjak-injak, dimanfaatkan layaknya budak! kau, diumurku yang masih terbilang muda, kau menyuruhku untuk menghasilkan banyak uang yang kemudian kau habiskan bersama anak kesayanganmu! ditambah kau selalu menyiksaku baik secara batin atau fisik. Bahkan saat aku dua bulan gak menghasilkan uang, kau memukuliku bahkan menyumpahi ku agar cepat mati! ibu macam apa kau ini?!" ungkap Violet yang membuat Dionne diam membisu.
Di saat Violet mengungkapkan semua perasaan selama ini, Luoella mendengar itu. Dia tak bisa berbuat apa-apa saat ini apalagi sang bunda sedang diacungkan pistol asli oleh kakaknya. Dia tidak ingin mengorbankan nyawanya begitu saja untuk bundanya karena Luoella juga masih ingin menikmati kehidupan.
"Apa ada kata-kata terakhir?" tanya Violet dengan dingin. Dionne tak menjawab sedikitpun karena ia masih syok mendengar ungkapan anaknya. Hingga akhirnya...
Dor....
"Kakak!!! bunda!!!!" Violet menarik pistolnya dan menundukkan kepalanya. Sekilas, ia melirik kearah tubuh orang tuanya yang terjatuh dari atas bukit usai ditembak olehnya.