Donna memandang Sari, Ida, dan Bik Abih. Ketiga Assisten Rumah Tangga itu menghadap Donna. Donna memutuskan istirahat dulu di rumah sampai perasaan hatinya yang melo menyesali berpisah dari Araf hilang. Donna pijat-pijat ringan keningnya. Dia merasa kembali pening sebab ketiga ART ini serentak minta berhenti kerja. Padahal selama ini ketiganya betah bekerja tahunan di rumahnya.
"Nyonya." Sari menegur Donna.
"Alasan kalian apa pada mau berhenti kerja sama Saya? Kalian minta naik Gaji?" Donna memandang ketiga ART ini, "Kalo memang minta naik Gaji, akan Saya kabulkan."
"Bukan masalah Gaji, Nyonya." Sahut Bik Abih, "Saya sudah tua, pengen menghabiskan sisa umur di Kampung."
Donna melongo mendengar perkataan Bik Abih, diamatin Bik Abih dari atas sampai bawah. 'Perasaan Bik Abih belum tua,' bisik hatinya, 'Umur Bik Abih baru 45 tahun. Bagaimana bisa menghabiskan sisa usia di Kampung, lha wong masih usia 45 tahun.'
"Kalo Saya, Nyonya," Sari kini bicara, "Kepengen kawin sama Duda Brondong yang Saya kenal di Instagram beberapa bulan lalu."
'Astaga!' desau Donna melongo lagi mendengar ini, 'Bagaimana ceritanya Sari yang masih bersuami pengen sama Duda Brondong? Mana itu Duda kenal dari Instagram pula'
"Saya sih," Ida giliran bicara, "Pengen buka Toko Online di Kampung, Nyonya. Kan sekarang zamannya Toko Online."
Donna mengerucutkan bibirnya. 'Bagaimana Ida buka Toko Online di Kampungnya yang di pelosok terpencil di Gunung Kidul?' tanya hatinya, 'Lagian di sana mana ada WiFi pendukung Toko Online? Counter yang jual Pulsa ketengan saja Tidak ada. Ida musti nge-ojek keluar dari Kampungnya ke Kecamatan demi beli Pulsa ketengan.'
"Plisss Nyonya!" rengek ketiga ART itu kompak banget dengan memasang wajah berharap ala Upin Ipin berharap ke Opah.
Donna menghela nafas, feeling ketiga ART ini tidak tahan di Rumah karena Tidak ada Araf. Araf Tuan yang baik bagi mereka, dan semua ART di rumah ini. Araf tidak segan turun tangan mencuci piring semisal Sari kelupaan merendam dulu piring bekas makan ke dalam Air hangat.
Lha kok seperti itu nyuci piring? Iya demi Donna yang perfectsionis semua kudu steril. Piring bekas makan wajib direndam dalam Air hangat selama sepuluh menit, baru disabunin, dibilas, lalu kembali direndam ke dalam Air Hangat. Nah itu piring menjadi steril kan?
Yang mengerti 'KEBANGETAN' Donna ini hanya Araf. Pasalnya Araf mengenal Donna lebih dari 16 tahun.
Nah sifat 'KEBANGETAN' Donna dari Raden Ayu Andini ibundanya. Bikin pusing Raden Sastrodijoyo yang low profiel dan sedikit slebor. Contohnya saja, saat Raden Sastrodijoyo mau duduk lesehan di Lantai Teras Depan Rumahnya, Rahmat Assisten Beliau terbirit mengelap dulu itu lantai, kemudian di alas Tikar yang super bersih. Raden Kutamangun menjadi keki kan? Lha Beliau pengen menempelkan Pantatnya yang Low Profiel itu di Lantai yang sudah terinjak-injak tapak Kaki manusia Penghuni Rumahnya, kok malah itu lantai dilap bersih kemudian di alas Tikar.
Beruntung Araf lebih tabah dari Raden Sastrodijoyo dengan sikap Donna yang setali tiga uang sama Raden Ayu Andini. Araf tidak merasa pusing atau kesal sama sikap Donna itu.
Kembali ke Donna, Dia tidak bisa memaksa ketiga ART ini untuk tetep bekerja sama Dia.
"Odoy!!!" Donna berteriak memanggil Odoy,"Odoy!!!" teriaknya lagi dengan suara lebih lantang.
Ida, Sari, dan Bik Abih sampai mengernyitkan wajah, merasa pengeng mendengar teriakan Donna.
"Sayah, Nyonya!" sahut Odoy tidak kalah teriakannya. Tidak lama muncul Odoy kehadapan Donna, "Odoy siap terima tugas dari Nyonya." Odoy langsung bersikap seperti Tentara yang siap menerima tugas dari Komandannya.
"Ambilkan dompet Saya dari Meja Kerja Saya. Lekas, Doy."
"Asiap Nyonya." Odoy bergegas pergi, tidak lama kembali menenteng Dompet Kulit super mahal harganya ini, ditaruh ke Meja di depan Donna.
"Makasih Doy." Donna mengucapkan terima kasih, "Doy, apa Kasep sudah menjemput Nita, Dido, ama Tami dari Sekolah mereka?"
"Sudah dari tadi, Nyonya. Sekarang otewe pulang kemari."
"Ya sudah, Kamu lekas masak untuk Makan Siang kami berempat."
"Masak Nyonya?" Odoy terkesiap mendengar ini.
"Kamu dengernya apa? Masak atau bukan?"
"Ya masak, Nyonya."
"Ya sudah sana Masak."
"Jadi Saya masak nih, Nyonya?" Odoy gegarukan kepalanya, seumur-umur Dia hanya bisa masak Mie Instan saja. Mendadak Donna menyuruhnya memasak untuk makan siang Donna dan ketiga anak Majikannya ini.
"Iya Odoy! Sudah lekas Masak. Biar anak-anak Saya tidak kelaparan pas mereka nyampe di rumah ini."
Odoy manyun, kemudian melangkah gontai ke Dapur. Otaknya memikirkan harus masak apa? Kalo Araf sih tidak perlu mikir, bisa langsung memasak ini itu untuk Donna dan ketiga anak mereka.
Donna membuka Dompetnya, dikeluarkan sejumlah Uang, lalu dibagikan ke Sari, Ida, dan Bik Abih.
"Itu Pesangon dari Saya. Maaf secukupnya, karena Kalian mendadak minta berhenti kerja."
"Mama!" terdengar suara Ketiga anak Donna, "Mama, Kami pulang!"
"Kemari Sayang-Sayang Mama!" sahut Donna senang mendengar suara ketiga anaknya, "Mama di Ruang Keluarga!" diberitahu di mana Dia saat ini.
Tidak lama datang ketiga anak manis itu. Semua langsung bergantian mencium pucuk tangan Donna, kemudian duduk di Sofa.
"Loh?" Nita heran melihat ketiga ART itu, "Mbak Sari, Kak Ida, sama Bik Abih ngapain ngadep Mama?"
"Mereka minta berhenti kerja." Sahut Donna.
"Kok dadakan sih? Mana barengan pula?"
"Sudah ngga usah Kamu tanyakan kenapanya." Donna memotong, "Kalian bertiga kapan mau Pulang Kampung?" ditanya ketiga ART itu. Masih ngarep ketiga ART menunda pulang kampung, biar Dia ada waktu mendapatkan pengganti Mereka.
"Sekarang Nyonya!" sahut Sari, Ida, dan Bik Abih kompak.
Donna menepuk Jidatnya, 'Cilaka Aku!' desaunya nelangsa mendengar jawaban Ketiga ART ini. Dipandang Ketiga Anaknya ini, seolah mengatakan, 'Anak-anakku, sementara Kita tidak ada ART ya.'
"Ma." Nita bicara ke Donna, "Gini, kan Rumah lagi ngga ada ART." Dilirik Ketiga ART itu.
"Lalu?" Donna menatap Nita, mencurigai sesuatu.
"Gimana kalo Nita, Dido, ama Tami, tinggal sama Papa." Nita mengusulkan agar Dia dan kedua adiknya tinggal sama Araf, "Di sana ada Paman Ranto sama Bik Asih. Jadi Kita aman diurus sama Papa."
"Setuju!!" sahut Dido dan Tami setuju dengan usul Nita.
Lalu bersama Nita, menatap Donna dengan tatapan seperti Puppies berharap sesuatu dari Induknya.
Donna menepuk lagi Jidatnya, menjadi gemas mendengar usul Ketiga anaknya ini,
"Tidak bisa!" Donna bicara sambil melototin gemas Ketiga anaknya, "Mama yang memenangkan Hak Asuh atas Kalian, maka Kalian tinggal sama Mama. Titik, tidak pakai Koma, habis perkara!" ujarnya tegas.
Nita, Dido,Tami mengerucutkan bibir, tampak sebal mendengar perkataan Donna.
Odoy lalu datang, mendekati Donna.
"Nyonya."
"Ada apa?" Donna mengalihkan mata ke Odoy, namun karena belum menghapus mata melotot gemasnya, Dia jadi memandang Odoy dengan melotot.
"Astaga Nyonya!" Odoy terjingkat melihat mata Donna melotot, "Ampun Nyonya, Odoy Cuma mau laporan."
"Kamu kenapa ketakutan ngeliat Saya?" Donna belum menyadarin kenapa Odoy terjingkat, matanya masih melotot gemas.
"Anu mata Nyonya." Odoy pelan menunjuk ke arah Mata Donna, "Nyonya melotot." Lanjutnya memberitahu sebab Donna tampak terheran mendengar perkataannya.
TUING-TUING
Donna terkesiap mendengar ini, spontan bergegas ke depan Cermin yang dipasang di Dinding di atas Meja Televisi LCD, dan memandangin dirinya.
JLEB..
"Astaga!" Dia terkaget sendiri melihat dirinya yang memang masih melotot, lalu cengegesan, "Pantesan Odoy takut ngeliat Aku." Kekehnya baru menyadari kenapa Odoy terjingkat kaget melihatnya. Lalu segera dikembalikan sinar matanya dengan tersenyum, baru ke Odoy, "Kamu mau laporan apa? Kamu sudah masak belum seperti yang Saya suruh tadi?"
"Anu Nyonya," Odoy menjadi lega sebab Donna tidak lagi melotot ke Dia, "Ada Tuan Tangan Beberapa."
TUING-TUING
Donna terheran mendengar ini, ditatapnya Odoy, minta penjelasan siapa 'TUAN TANGAN BEBERAPA' itu.
"Itu loh Nyonya." Odoy paham Donna minta penjelasan, "Tuan yang keceh itu yang Nyonya sebut Handsome Man. Nah Saya tanya ke Non Nita, apa artinya Handsome Man. Non Nita bilang Tuan Tangan Beberapa. Hand kan artinya Tangan, Some artinya beberapa. Jadi Saya menyebut Tuan itu dengan Tuan Tangan Beberapa, karena lebih mudah daripada menyebut Tuan Handsome Man* (*dibacanya ala Orang Indonesia ya. Han somee man)."
TUING-TUING
Donna mengerucutkan bibirnya, lalu melihat ke Nita yang tampak kecut mendengar penuturan Odoy ini.
"Nita!"
"Iya Ma?"
"Kok Kamu menjelaskan gitu ke Odoy? Handsome kan artinya Tampan, bukan Tangan Beberapa? Kenapa juga bahasa Inggris Kamu jadi ngaco?"
"Habisnya," Nita sedikit gegarukan keningnya, "Habisnya." Dia kebingungan mencai jawaban yang tepat bahwa Dia tidak suka Donna didatangin Pria selain Araf di Rumah ini. Apalagi saat Pria itu datang, sikapnya mesra ke Donna, dan Donna tampak senang. Padahal Donna belum bercerai dari Araf kemarin itu.
"Habisnya apa?"
"Habisnya," Dido menyela, "Itu Om datangin Mama muyu." Dia yang memberi jawaban ke Donna, "Loh Dido ngomong bener, Ma!" sahutnya saat Donna terkesiap kaget, "Mana Om itu sikapnya mesra ke Mama, dan Mama mesem senang. Untung Papa dulu tidak tahu itu. Kalo tahu, Papa pasti hiat-hiat Om itu, karena kan Mama istri Papa."
JLEB..
Donna tersentak mendengar ini, tersadar sudah salah langkah. Beberapa bulan sebelum Dia menggugat Araf bercerai, Dia bertemu Edoardo di Paris, saat Tanidy Boutique menjadi salah satu Ikon Fashion Winter Show di sana. Edoardo itu tampannya sama seperti Araf, namun punya sejuta Pesona untuk menaklukan Perempuan setia sama Suami kek Donna. Apalagi dilihatnya Donna punya keinginan untuk unjuk gigi. Perempuan seperti itu mudah dijeratnya.
Awalnya Donna tidak menanggapin, sebab selalu setia sama Araf. Namun Edoardo pantang menyerah. Nah ini juga alasan Donna cepat-cepat bercerai dari Araf, karena tanpa disadarinya jatuh ke jeratan pesona Edoardo.
"Ternyata," Nita bicara sambil melihat Donna, "Mama menceraikan Papa ada alasan yang lain lagi. Mama selingkuh sama Om Tangan Beberapa itu."
JLEB..
Donna tersentak kaget mendengar ini, ditatapnya Nita, lalu menghela nafas,
"Sudahlah." Dia tidak mau membicarakan Edoardo lebih jauh ke Anak-anaknya ini, "Kalian lekas bilas badan, ganti baju, lalu makan siang yang dibikinkan Odoy." Diberinya Instruksi kepada Ketiga anaknya, "Lalu Kalian." Dipandang kemudian Ketiga ART itu, "Kalo memang mau pulang sekarang, baiknya berkemas. Nanti setelah berkemas, temuin Saya di Ruang Keluarga." Lalu berdiri, bergegas ke Ruang Tamu menemui Edoardo si Tuan Tangan Beberapa itu.
Nita, Dido, dan Tami saling memandang, lalu menghela nafas barengan.
"Non Nita." Sari mendekati Nita, "Kita ngintip yuk." Diajaknya Nita mengintipin Donna dan Edoardo itu.
"Untuk apa?" tanya Nita memasang wajah kesal, "Nita maunya nonjok itu Orang. Dasar Perusak Rumah Tangga orang." Dirutukin Edoardo.
"Yah Non, kita ngintip, biar kalo Tuan Tangan Beberapa itu mau mesra-mesraan ama Nyonya, Kita gangguin."
"Baiknya," sela Odoy cepat, "Jangan lakukan itu Non." Dicegahnya Nita mengikutin sarah Sari yang nakal ini. "Nanti Nyonya marah, Non nangis, Non ngadu ke Tuan Araf, lalu Tuan Araf berantem sama Nyonya. Tuan Araf paling marah kalo Nyonya marahin Kalian."
Sementara Donna sudah di Ruang Tamu, mengamati Edoardo yang berdiri menghadap ke aah Photo Donna sekeluarga yang masih ada Araf. Tampak oleh Donna, Edoardo begitu mempesona seperti Hugh Jackman Idolanya yang macho cute berperan sebagai Wolverine di Film The X-Men. Apalagi selama ini Edoardo mendorongnya untuk unjuk kemampuan sendiri, tidak seperti Araf yang mengendalikannya.
Edoardo melihat sosok Araf di Photo itu tampak tersenyum sinis, 'Untung Kamu sudah dicerai sama Donna. Kalo tidak, Kamu batu halangan untukku memanfaatkan Donna demi Majikanku itu."
+ TO BE CONTINUE +