Chereads / My House Maid My Ex-Husband's / Chapter 5 - Ternyata Begitu?

Chapter 5 - Ternyata Begitu?

Araf menghembuskan nafasnya, sudah tahu akan begini kejadiannya, di mana Donna mau tidak mau mengurus Rumahtangga tanpa ada Assisten Rumah Tangga dan Pengasuh Anak. Donna tidak terbiasa mengurus Rumahtangga, apalagi momong Anak. Donna terbiasa bergantung sama Araf Suami Supernya ini.

"Tuan." Ranto menegur Araf, "Bagaimana?"

"Saya mau keluar sebentar." Araf segera masuk ke dalam Kamarnya, mengambil Kunci Mobilnya, kemudian bergegas meninggalkan Rumah.

Ranto mengerutkan keningnya, apa Tuan mau ke rumah Nyonya Donna ya? Tidak ke sana. Araf menuju Hypermarket, belanja beberapa bahan masakan dan Kotak Makan Plastik, kemudian segera pulang.

Kemudian Pukul 4 Pagi, Dia sudah sibuk memasak di Dapurnya ini. Bik Asih sama Ranto hanya mengamatinnya saja. Tapi senyum kedua Abdi Dalam ini mengembang saat melihat Araf menyalin semua masakannya ke dalam Kotak-Kotak Makanan. Apalagi di tiap tutup Kotak diberinya Label bertuliskan empat nama. Baru dia kemas semua Kotak Makanan itu ke dalam Tas.

Kemudian Araf mengambil Ponsel dari Meja Dapur ini, memesan Layanan Delivery Makanan Online. Tidak lama Driver dari Layanan tersebut datang, dan Dia memberikan satu tas berisi Kotak-Kotak Makanan tersebut, lalu memberikan Uang Jasa Pengantaran.

+++

Kediaman Keluarga Sahid

Donna berkacak pinggang, Dia bangun lebih pagi untuk menyiapkan Sarapan dan Bekal Anak-anaknya di Sekolah. Namun karena selama ini mengandalkan Araf dan Sari, Dia gagal melulu membuat Sarapan dan Bekal Makanan. Donna merasa kedua matanya menghangat, kesal banget Dia untuk urusan sepele begini sama sekali tidak bisa. Bagaimana Dia bertanggungjawab ke Araf? Araf minta Dia berjanji mengurus sebaik mungkin ketiga buah hati mereka.

Odoy lalu datang dengan menenteng Tas berisi Kotak-Kotak Makanan kiriman Araf.

"Apa itu, Doy?" Donna merasa heran sebab sepagi ini Odoy membawa Tas berisi barang.

"Kiriman makanan, Nyonya." jawab Odoy menaruh tas tersebut, lalu mengeluarkan semua isinya. Dibaca pula Pesan di Ponsel Jadulnya. Baru Dia akan melaksanakan instruksi yang ada di Pesan yang baru dibacanya, tapi keburu Donna di dekatnya.

"Dari siapa, Doy?" tanya Donna penasaran melihat Kotak-Kotak Makanan. Kemudian diambil satu Kotak, dan melihat label tulisan di tutup Kotak. "Astaga!" ucapnya mengenali tulisan di Label itu, "Mas Araf mengirim semua ini?" bergegas dia buka semua tutup kotak, dan di sana terdapat Sarapan yang sesuai selera Donna, Nita, Dido, dan Tami."Doy, kamu kasih tahu Tuan kalo Sari, Ida, sama Bik Abih berhenti kerja?" dicecernya Odoy.

"Tidak, Nyonya." Sahut Odoy, "Sumpah Nyonya."

"Kok Dia bisa tahu Saya kesulitan bikin Sarapan dan Bekal untuk anak-anak Kami?"

"Nyonya, Tuan itu cinta banget sama Nyonya. Sangking cintanya, Beliau selalu tahu Nyonya dan anak-anak Kalian semisal kesulitan."

Donna menghela nafas. Mau menolak, tapi Tidak mungkin. Apalagi,

"Ma!" terdengar suara Ketiga anaknya mengisi Dapur ini.

"Wah kesayangan Mama sudah pada rapih pake Seragam Sekolah ini." Donna surpraise melihat Ketiga anaknya sudah rapih memakai Seragam Sekolah.

"Ihh Mama ini," Nita merasa aneh sama sikap Donna, "Biasanya juga Jam segini, Mama selalu lihat kami sudah rapih memakai Seragam Sekolah."

JLEBB..Donna terkesiap ditegur Nita putri sulungnya yang berusia 15 tahun ini. Namun Nita lebih mandiri dari Donna. Bahkan Nita sangat baik memomong kedua adiknya.

"Ma." Dido menegur Donna, "Mama pesan Sarapan ya?" tanyanya melihat Kotak-Kotak berisi makanan di Meja Dapur.

"Do, ini bukan Mama yang pesan." Sela Nita, "Ini Papa yang mengirim." Dia mengenali Tulisan Araf di setiap tutup Kotak makanan.

"Dari Papa?!" Tami langsung seneng, "Kak Nita, apa Papa ada bikinkan Sandwich Telur Dadar untuk Tami?" ditanyanya Nita yang sedang meneliti setiap isi kotak.

Nita langsung mengambil satu Kotak berisi Sandwich yang ditanya Tami. Dia tanpa perlu melihat Tulisan Araf di setiap Tutup Kotak, sudah tahu mana Sarapan untuknya, Tami, Dido, juga Donna.

"Asyik!!!" Tami bertambah senang, segera duduk di Kursi Meja Dapur, dan tanpa menunggu, melahap Sandwich bikinan Araf yang lezat banget.

Nita lalu kasih satu Kotak berisi Nasi Goreng Daging dengan Irisan Telur Dadar ke Dido. Itu sarapan kesukaan Dido. Baru Nita kasih satu Kotak berisi Omelet Sayuran ke Donna, sebab itu Sarapan kesukaan Donna. Baru dia masukan setiap Kotak Bekal ke dalam Tasnya, Tas Dido, dan Tas Tami. Setelah itu menyantap Sarapannya yaitu Roti Coklat Keju Bakar yang dilumurin Susu Kental manis.

"Ckckck." Decak Odoy kagum melihat kesigapan Nita membagikan tiap Kotak makanan ke Donna dan kedua adiknya Nita, "Non Nita memang Anaknya Tuan Araf."

"Kok kamu hanya menyebut Nita anaknya Mas Araf?" tanya Donna mau Tidak mau melahap sarapan bikinan Araf.

"Soalnya Non Nita sigapnya kek Tuan."

"Menyebalkan Kamu." Donna keki banget mendengar jawaban Odoy yang menyindirnya tidak bisa mengerjakan yang Nita kerjakan tadi.

"Ma." Dido menegur Donna, "Papa suruh balik kemari saja. Jadi Papa bisa mengurus rumah dan masak."

"Sembarangan Kamu ngomong!" Donna mendengar ini menjadi sewot, "Memang Ayah Kamu itu Assisten Rumahtangga? Dia Ayah kalian. Paham?" dipandang ketiga anaknya ini.

"Kalo gitu," Nita bicara sekarang, "Kami bertiga tinggal sama Papa ya."

"Setuju!" sahut Dido dan Tami berbarengan.

Donna mengerucutkan bibirnya, semua anaknya tidak ingin tinggal bersamanya.

+++

Ruangan Donna

Tanidy Boutique, Jakarta

Donna sudah duduk manis di Kursi Meja Kerjanya, di depannya ada Pablo dan Dian memegang setumpuk Laporan Kerja. Donna mengeluarkan Ponsel dari dalam Tasnya, segera menelpon Araf.

"Ya Sayang." Sahut Araf menerima Telpon dari Donna. Dia sudah aktif kerja di NMI Company. Saat ini sambil melahap Sarapannya berupa Sandwich Daging Tumis Sayuran.

"Emm," Donna sedikit bingung mau bicara apa sama Araf, karena Araf memanggilnya Sayang. Bikin jantungnya berdebar. "Mas."

"Ada apa Sayang?" tanya Araf, "Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanyanya sedikit merasa mencemaskan Donna.

"Emm, Aku baik Mas."

"Syukurlah."

"Emm, Mas, terima kasih atas kiriman Sarapan dan Bekal untuk Anak-anak ya."

"Sama-sama, Sayang."

"Emm Mas, maaf, lain kali Tidak perlu repot mengirimin Sarapan ya."

"Kenapa? Apa Aku biarkan Kalian kelaparan? Apa kubiarkan Kalian makan Mie Instan yang dimasak Odoy? Sari kan sudah berhenti kerja sama Kamu."

DEG, jantung Donna terasa berhenti mendengar pertanyaan-pertanyaan Araf ini yang menunjukan betapa besar cinta Araf ke Donna dan ketiga anak mereka.

"Donna, apa pun yang sudah terjadi di antara Kita," Araf bicara lagi, "Jangan melarangku untuk perduli sama Kalian. Aku selamanya akan selalu perduli sama Kalian. Aku selamanya mencintai Kalian. Paham, Sayang?"

NYESS..

Air mata Donna meleleh mendengar perkataan tegas Araf. Kenapa Kamu bicara seperti itu di saat Kita sudah bercerai? Apa Kamu ingin menggoyahkan tekadku untuk mandiri tanpa Kamu yang otoriter itu? Apa Kamu ingin Aku selamanya menjadi Bonekamu di Tanidy Boutique?

"Donna?"

"Mas, please Aku hanya Tidak mau Kamu repot untuk Kami."

"Apa Kamu sudah ada ART?"

"Belum."

"Apa dihatimu ada yang lain?"

JLEB..

Donna terkesiap mendengar ini, sekelebat dipelupuk matanya terbayang wajah Macho Edoardo.

Jauh darinya, Araf menghela nafas, feeling kenapa Donna terdiam, sebab ada yang lain dihati Donna.

"Aku paham." Ujarnya membesarkan hatinya, "Sudah pokoknya jaga dirimu baik-baik, Sayang."

"Kamu juga, Mas."

"I love you, Honey. Muaaachhhh!!" Araf mencium Layar Ponsel, seolah mencium sayang bibir Donna.

Air mata Donna meleleh lagi, bahkan merasa ciuman Araf ini. Diakhirin Panggilan Telpon diletakan Ponsel ke Mejanya.

"I love you too, Darling." Bisiknya pelan, diseka air matanya,"Meski ada yang lain." Desaunya merasa fall in love sama Edoardo, lalu melihat ke Pablo, "Ada laporan atau Dokumen yang harus Saya periksa?"

Pablo dan Dian langsung menaruh setumpuk File Laporan dan Dokumen ke Meja.

Donna melotot melihat semua ini.

"Sebanyak ini?" tanyanya memandang Pablo dan Dian.

Pablo dan Dian menganggukan kepala.

"Apa Mas Araf tidak menyelesaikannya dulu?"

Pablo menghela nafas, "Nyonya, kan Tuan Araf sudah Anda pecat dari Tanidy Boutique sebelum Kalian bercerai. Jadi mana Tuan Araf menyelesaikan semua Laporan dan Dokumen hari ini?"

JLEBB..

Donna terkesiap mendengar ini. Pablo benar, Donna memecat Araf sebelum Mereka bercerai. Akibatnya Donna setiap hari ketumpuan mempelajari setumpuk Laporan dan Dokumen. Membuatnya tadi kaget diberi setumpuk lagi Laporan dan Dokumen.

"Nyonya," Pablo bicara lagi, "Apa sebaiknya Anda mengembalikan Tuan Araf ke Tanidy Boutique?"

"Untuk apa?"

"Agar bisa menyelesaikan tumpukan demi tumpukan Laporan dan Dokumen."

"Tidak perlu, Saya bisa mengerjakannya sendiri." Donna kesal mendengar usulan Pablo, "Sudah sana Kalian kembali kerja."

Pablo dan Dian bersamaan menghela nafas, lalu keluar dari Ruangan ini.

Donna memandang tumpukan Laporan dan Dokumen di meja.

"Setiap hari sebanyak ini yang musti Aku baca dan pelajarin?" Donna merasa dadanya menjadi sesak, "Iyalah." Dia Tidak ada pilihan, lalu mulai membaca satu Laporan sambil dipelajarinnya. Tidak lama berhenti, menghela nafas, "Kalo ada Mas Araf, Aku Tidak perlu puter otak menanggapin Laporan ini." Dipandangnya File Laporan. "Mas, kenapa sih Aku memecatmu dari Tanidy Boutique?"

+++

Araf baru turun dari Motor Ducatinya yang diparkir di Areal Khusus untuk Dia di Basement Kantor Tanidy Boutique. Siang ini Dia ingin mengantar Bekal Makanan untuk Donna. Dia tidak perduli dihati Donna ada yang lain. Dia perduli Donna perlu Makan Siang. Setelah Dia melepas Jaket dan Helm, serta mengeluarkan Tas berisi Bekal Makan Siang untuk Donna. Kemudian Dia bergegas menuju tempat Lift berada.

Saat sudah di depan Lift, dan tangannya hendak menekan Tombol Lift, pintu Lift terbuka, dan tampak olehnya Donna bersama Edoardo.

JRENG..

Donna melihat Araf.

JLEB..

Keduanya saling melihat. Araf menghela nafas pelan, merasa sesak melihat ini, apalagi Donna mengamit lengan Edoardo. Donna menghela nafas pula dengan pelan, merasa bersalah kepergok Araf, bersama Edoardo.

Edoardo melihat semua ini, mendengus kesal, dibawa Donna keluar dari Lift, mau dilewatin saja Araf, tapi Donna menghentikan langkah Mereka. Donna segera ke hadapan Araf, dicium pucuk tangan Araf, lalu disapa dengan baik Mantan Suaminya ini.

"Mas kenapa kemari?"

"Mengantarkan Bekal Makan Siang untuk Kamu." Araf sedikit mengangkat Tas berisi Bekal Makan Siang untuk Donna ditangannya ini, dipamerkan ke Donna, "Tapi sepertinya Kamu berencana Makan Siang diluar." Ujarnya melirik Edoardo yang mendekati Donna.

Edoardo pun dengan kurangajar sengaja merangkulkan satu tangannya dipinggang Donna dari belakang. Mau memamerkan bahwa Donna sekarang jalan bersamanya.

"Aku tidak ada rencana itu." Donna sedikit gugup, mau mengambil Tas itu, tapi cepat Edoardo mengambil tangannya, digenggamnya, "Mas?!" ditatapnya Edoardo.

"Sayang." Edoardo bicara mesra ke Donna, sambil sedikit mengelus Pipi Kanan Donna, "Kamu kan sudah setuju Kita makan siang di Luar. Jadi tidak perlu repot mengatakan ke Mantan Suamimu itu demi menerima kebaikannya yang mengantarkan Bekal Makan Siang untukmu." Ujarnya dengan suara tenang, tapi sangat kurangajar.

Araf pelan mengepalkan tangannya, ditahan emosinya mendengar perkataan kurangajar Edoardo.

"Mas!" Donna menjadi tidak enak dengan sikap Edoardo ke Araf, "Mas tidak boleh begitu. Dia tetap Ayah dari Ketiga Anakku." Ditegurnya Edoardo agar bicara sopan ke Araf, "Aku tidak suka Mas kasar bicara ke Mas Araf."

JLEB..

Edoardo terkesiap mendengar ini, lalu terlihat geram, 'Jadi Kamu tetap mencintainya?' tanya hatinya, 'Aku pasti segera membuatmu membencinya.'

Donna mengulurkan tangan kanannya, diambil Tas itu dari tangan Araf,

"Makasih Mas. Nanti pasti Aku makan." Dia menghargai kebaikan Araf. Meski dihatinya mulai ada Edoardo, tapi cintanya untuk Araf lebih besar dalam hati dan pikirannya. "Mas apa udah makan siang? Kalo belum, Donna minta Dian siapkan di Ruangan Donna ya. Tidak masalah Mas makan di sana." Ditawarkan kebaikan ke Araf yang sudah bela-belain mengantar Bekal Makan Siang untuknya, dan juga mengirim Sarapan tadi Pagi ke Rumah Mereka.

"Tidak perlu Donna, makasih." Araf tersenyum, lalu mencium sayang Kening Donna, kemudian berbisik, "Kalo Kamu makan siang di Luar, bagaimana sama Anak-anak, hmm? Apa kamu biarkan Mereka makan Mie Instan bikinan Odoy?"

Edoardo melihat ini menjadi kesal, diraih tangan Donna yang memegang Tas dari Araf itu, dilepas Tas itu dari tangan Donna, dikasih ke Araf,

"Silahkan bawa kembali sama Anda! Donna tidak butuh kebaikan Anda! Anda selama 16 tahun tega menjadikannya Boneka, baik di Tanidy Boutique, mau pun dalam Rumah Tangga Kalian." Ujarnya kurangajar, lalu segera membawa Donna pergi.

+ TO BE CONTINUE +