"Apa? No! Kayra tidak mau Ma." Ucap Kayra, ia benar-benar tak habis pikir dengan mama dan papa nya ini, yang begitu memaksa dirinya untuk menerima perjodohan ini.
Padahal semalam ia sudah mengatakan bahwa ia tak akan mau di jodohkan, tapi orang tuanya seperti Tidak mendegar kan apa yang ia katakan itu.
"Ini bukan makan malam untuk perjodohan itu Kay, ini makan malam perpisahan kita. Mama sudah menyiapkan berkas pindah kamu, kita akan berangkat besok. Kami tak mungkin akan meninggalkan kamu disini seroang diri."
"Pi-pindah? Apa kalian benar-benar akan membawa aku pindah?"
"Ini akan lebih baik untuk kita bersama, sayang."
"Tapi aku nyaman disini, biarkan aku disini Ma, Pa." Ucap Kayra, ia tak tahu harus bagaimana lagi meyakinkan Kedua orang tuanya jika sudah seperti ini.
Ia tidak tahu mengapa ia tak ingin pindah, padahal sejak dulu ia selalu saja menurut apa yang di Katakan oleh kedua orang tuanya. Apa yang spesial dengan sekolah nya yang sekarang ini?
"Kamu tahu, kami menyuruh kamu tunangan itu, agar kamu tetap disini, kami tahu kalau kamu Tidak ingin ikut pindah. Tapi kamu tidak mau dan menginginkan hal seperti ini pula. Jadi jangan salah kan kami dong."
"Ma, Pa, kami belum pernah bertemu sama sekali. Kalian berdua juga belum pernah bertemu kan? Selama ini, kalain hanya terus saja berkomunikasi tapi belum pernah bertemu langsung dengan teman lama kalian itu. Bagaimana aku bisa mengatakan ini baik-baik saja untuk hidupku kedepannya, Jika aku menerima begitu saja untuk perjodohan ini?"
"Siapa bilang? Kami sudah bertemu kok. Seiring malah selama disini ya, Pa."
Papa nya mengangguk kan kepala nya memberikan jawaban yang diinginkan.
"Benar sekali, sekarang kami berjanji untuk makan malam terakhir sebelum meninggalkan Indonesia. Kamu harus ikut, ini bukan karena kamu ingin di jodohkan atau tidak, tapi karena kamu adalah anak kami. Lagian, jika kamu ikut untuk apa lagi perjodohan ini?" Ucap papa nya.
Hal ini benar-benar membuat Kayra menajdi serba salah. Ia tak ingin sama Sekali pergi dari Indonesia ini, tapi ia juga tidak ingin di jodohkan. Ia masih muda, masih ada juga laki-laki yang ia tunggu kedatangannya hingga saat ini. Seseorang yang telah berjanji untuk datang di waktu yang telah ditentukan.
"Masuk lah ke kamar kamu, dan istirahat sayang. Persiapkan diri kamu dengan baik, karena ini kali pertama kamu bertemu dengan teman lama kami. Kamu adalah orang yang kami bangga kan, jadi tetaplah menjadi orang yang kami banggakan pada pertemuan nanti." Ucap Mama nya pula.
Kayra terdiam di tempatnya, ia sungguh tak mengerti semuanya ini.
"Ma, Pa, apakah tak ada cara lain untuk tetap tinggal di Indonesia? Bukankah di rumah ini kita ada Bi Sumi? Aku bisa tinggal bersama dia." Tanya Kayra, ia tetap kekeh untuk berada di Indonesia.
"Bi Sumi orang tuannya sakit, dia akan pergi pagi pulang sore, dia Tidak bisa nginap disini. Setelah memasak kan makan malam untuk kamu, dia akan pulang. Hal ini benar-benar menjadi pertimbangan kami Kay, kamu adalah anak kami satu-satunya. Keamanan kamu adalah nomor satu bagi kami. Sudahlah, Tidak ada lagi negosiasi atau sejenisnya. Kamu harus ikut bersama kami ke Amerika." Ucap Mama nya, sepertinya apa yang di Katakan oleh sang mama sudah menjadi keputusan final disini yang tak bisa di ganggu gugat.
Kayra diam, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Entah apa yang harus menjadi pilihannya saat ini.
"Lagian, kenapa kamu tidak mau sih sama anak teman kami, hm? Dia ganteng loh Kay, dia benar-benar sempurna. Anaknya juga bertanggungjawab sekali. Dan yang paling penting, kalian berdua satu sekolah." Ucap papa nya pula, memuji laki-laki yang akan menjadi tunangan anaknya itu. Tapi walau bagaimana pun, semua tetap kembali pada mereka karena mereka yang menjalani.
"Satu sekolah denganku?" Tanya kayra sambil menunjuk kan dirinya sendiri, dan hal itu langsung di anggukkan oleh mama dan papanya.
Kayra menaikan alisnya, sungguh ia benar-benar tak tahu siapa orang yang di maksud oleh mama dan papa nya itu.
"Sudahlah, untuk apa lagi membahas dia. Kamu Tidak ingin tunangan dengan dia, dan itu pertandanya kamu harus ikut bersama kami untuk pindah. Simpel kan?" Kini ucapan itu berasal dari mama nya pula.
Kayra masih terdiam, ia terus saja menimbang-nimbang apa yang harus ia pilih. Ia sangat mencintai Indonesia nya ini, jadi jelas ia tak ingin pergi dari sini.
Melihat anaknya yang seperti itu, membuat mama dan papa nya saling melempar pandangan puas satu sama lainnya. Mereka tahu bagaimana Kayra menyukai Indonesia, itulah kenapa ia selalu saja menekan kan kata pindah sejak tadi.
"Kalau kami tunangan, bukan berarti kami harus menikah kan, Ma?" Tanya Kayra tiba-tiba.
Mendegar itu, mama dan papa nya tersenyum. Benar apa yang ia duga sebelumnya.
"Tidak, kami menyerahkan semua keputusan mutlak itu pada kalian, kami hanya ingin apa yang kami sepakati tercapai saja. Sisanya itu, terserah pada kalian, karena kalian lah yang menjalaninya."
Kayra kembali terdiam di tempatnya, jika ini hanyalah untuk mencapai kesepakatan mereka waktu sekolah dulu, maka kemungkinan besar ada harapan untuk ia menikah dengan orang yang ia tunggu itu.
"Baiklah, Kayra akan mencobanya dulu. Jika di tengah jalan kami Tidak ada kecocokan sama sekali, maka kami berhak memutuskan untuk berhenti di tengah jalan, kan? Jadi kalian tidak berhak lagi untuk memaksa kami agar tetap berada sampai jenjang pernikahan?"
Kini, mama dan papa nya tersenyum penuh dengan kebahagiaan mendengar apa yang di Katakan oleh kayra itu.
"Iya sayang, benar. Semuanya terserah pada kalian. Jika Memang kalian tidak cocok, mau bagaimana lagi? Mungkin jodoh yang di kirim Tuhan untuk kamu bukan dia, melainkan orang lain."
"Benar, lagipula kalian masih memiliki waktu yang panjang untuk saling mengenal. tujuan kami untuk kalian bertunangan itu karena kami ingin kamu tetap aman disini di jaga oleh nya. Bahkan bukan hanya dia, tapi kedua orang tuannya juga." Timpal mama nya kembali memberikan keyakinan pada Kayra.
"Baiklah jika seperti itu, aku setuju untuk pertunangan itu. Tapi, jika sesuatu terjadi pada hubungan kami, maka kalian Tidak berhak ikut campur ataupun memaksa kami untuk berbaikan."
"Iya sayang, iya. Kami menyerahkan semua keputusan pada kamu. Yang terpenting coba saja dulu." Jawab Mama nya.
Kayra menganggukkan kepalanya, ia bangkit dari posisi duduk nya untuk segera istirahat di kamar. Di otaknya saat ini sudah penuh dengan rencana yang siap membuat hubungan mereka kandas di tengah jalan.