Chereads / C.i.n.t.a? / Chapter 9 - Terima

Chapter 9 - Terima

Krekkk

Terdengar pintu kamar yang terbuka, membuat Bian yang berada di dalam kamar itu langsung menoleh ke sumber suara, dimana saat ini bunda tercintanya sedang berdiri di ambang pintu.

Masih terasa kesal dengan apa yang terjadi Tadi, ia langsung saja mengubah posisi Menjadi memunggungi bundanya.

Melihat itu, bundanya langsung mengembangkan senyum ke arah Bian. Ia berjalan untuk masuk lebih dalam ke dalam kamar anaknya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.

"Apakah kamu tidak ingin berbicara dengan Bunda?" tanya bundanya ketika sudah duduk di sisi ranjang, tepatnya di belakang Bian.

"Tidak, aku tidak ingin berbicara dengan siapapun hari ini. Jadi tolong biarkan aku sendiri dulu. Masih sangat kecewa aku kepada kalian berdua yang begitu saja memutuskan perihal ini." ucap Bian sinis.

Bukannya tersinggung ataupun merasa iba dengan sang anak, bundanya malah ikutan berbaring di belakang Bian sambil memeluk anaknya. Ia memperlakukan Bian layaknya seorang bayi kecil yang sedang ingin ditidurkan.

Merasakan pelukan hangat yang diberikan oleh bundanya dari belakang itu, sama sekali tidak membuat Bian menepisnya. Ia suka jika dipeluk seperti ini dari belakang.

Melihat tak ada pergerakan apapun yang dilakukan oleh Bian, bundanya kembali mengeratkan pelukannya itu.

"Maaf kalau bunda dan ayah kelewatan dalam melakukan hal seperti ini. Mungkin kami salah Sudah memaksamu untuk menerima pertunangan ini. Kamu benar, kamu dilahirkan dengan begitu sempurna. Kamu sangat ganteng seperti papamu waktu muda dulu, dan tentunya banyak sekali wanita yang mengantri untuk mendapatkanmu. Bunda percaya akan hal seperti itu tanpa harus kamu jelaskan lebih dulu, karena Bunda pun sebagai wanita mengagumi kegantengan yang kamu miliki ini." ucap bundanya memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Mendengar itu Bian sama sekali tidak bersuara, ia membiarkan bundanya lebih dulu untuk mengutarakan apa yang ingin disampaikan.

"Coba jawab pertanyaan Bunda, Apakah wanita yang kemarin itu adalah orang yang kamu inginkan? Apakah karena dia kamu menolak perjodohan ini?" lanjut bundanya.

kemarin saat datang ke sekolah Bian, ia melihat kedekatan Bian dengan salah satu wanita.

"Siapapun dia tidak ada urusannya sama sekali dengan perjodohan yang akan berlangsung ini Bun, aku masih muda dan apa yang bunda katakan adalah benar. Di sekolah aku bisa memilih siapapun wanita yang ingin aku pacari. Tidak perlu sampai Bunda menjodohkanku seperti ini, kalian tahu kan aku tidak suka hubungan yang terikat?" jawab Bian.

Setelah mengatakan itu, ia menarik tangan bundanya dari tubuhnya. Bian bangkit dari posisi berbaring dan menatap ke arah Bunda yang sedang berbaring tersebut.

"Apapun itu, tolong hargai aku, Aku adalah orang yang memutuskan tentang hidupku. Meskipun kalian adalah kedua orang tuaku, Tapi tetap saja, Aku adalah orang yang menjalani hidup ini. jadi apapun itu, aku ingin semuanya sesuai dengan apa yang aku mau bukan sesuai dengan yang orang mau." lanjut Bian lagi.

Bundanya mengganggukan kepalanya dan kemudian langsung menghidupkan ponsel yang tadi ia bawa.

"Baiklah tidak ada masalah tentang hal itu. Lagipula Bunda ke sini hanya ingin menelpon teman Bunda untuk membatalkan apa yang kami sepakati sejak dulu. Dan Bunda ingin kamu mendengarnya agar kamu tidak berburuk sangka lagi kepada Bunda."

Mendengar itu, Bian kemudian menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah Bundanya yang telah mengerti apa yang ia mau.

Bian mendekatkan diri lebih dekat lagi dengan bundanya untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh bundanya tersebut.

"Jadi benar kan kalau pertunangan ini akan dibatalkan? Karena sekali Bunda memberikan keputusan ini, maka keputusan itu adalah sesuatu yang mutlak dan tak bisa untuk ditarik kembali."

"Benar kok, Bian tidak ingin bertunangan atau sejenis apapun itu, karena Bian Masih sanggup untuk mencari pasangan hidup Bian sendiri."

Kembali bundanya menganggukkan kepala sebagai respon dari apa yang dikatakan oleh anaknya tersebut.

Ia menekan aplikasi whatsapp-nya dan dengan cepat langsung saja ia masuk ke dalam room percakapan di WhatsApp tersebut.

Dia langsung menekan nomor yang baru beberapa menit tadi Ia telepon.

Melihat kontak nama itu yang tidak memiliki nama membuat Bian menjadi sedikit ragu dengan hubungan baik yang dimaksud oleh Bunda dan ayahnya tadi.

Tapi matanya langsung melebar dengan sempurna ketika melihat sebuah foto yang baru saja dikirim oleh teman bundanya tersebut.

Dengan cepat ia mengambil ponsel tersebut dan menekan tombol gambar yang baru diterima untuk lebih melihatnya dengan jelas. Apakah benar, bahwa wanita yang ada di foto itu adalah orang yang sangat ia kenal?

"Kembalikan ponsel Bunda Bi, bukankah tadi kamu ingin cepat-cepat Bunda menelpon teman Bunda agar perjodohan kalian dibatalkan?" ucap Bunda sambil berusaha untuk mengambil benda pipih yang tadi dirampas oleh Bian.

"Siapa nama anak teman Bunda ini?" tanya Bian. Ia benar-benar merasa sangat tidak asing dengan foto tersebut. Apakah benar bahwa wanita yang ada di foto itu adalah wanita yang sering ia ganggu di sekolah? Jika memang ini adalah orang yang ingin ditunangkan dengan dirinya, maka ia tidak memiliki alasan untuk menolaknya, Bahkan ia sangat menyetujui ini seratus persen.

Bundanya menganggukkan kepala, "Iya, dialah yang akan menjadi tunanganmu menurut kesepakatan kami."

"Kayra." Gumam Bian namun hal itu masih bisa didengar oleh bundanya.

"Bagaimana bisa kamu mengenal namanya? Padahal bunda Belum sama sekali menyebutkan namanya." ucap bundanya meminta jawaban kepada sang anak.

Dia terdiam di tempatnya, beberapa hal tentang pertunangan ini yang sangat menguntungkan dirinya akan segera ia rasakan. Sebentar lagi, wanita itu tidak bisa berkutik apapun pada dirinya.

"Baiklah jika seperti itu, kalau kalian tetap memaksa untuk melanjutkan pertunangan ini, mengingat janji yang telah kalian buat dulu, maka Bian akan mengikuti apa yang kalian mau. Bian tidak ingin orang tua Bian dicap sebagai seorang pembohong oleh teman sendiri karena melanggar janji." Ucap Bian, Ia Sedikit gengsi untuk mengatakan bahwa ia setuju dengan pertunangan ini karena wanita yang akan menjadi tunangannya adalah Kayra.

Mendengar itu, bundanya langsung menaikkan alisnya ke atas karena benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran Bian. Padahal tadi dialah orang yang ingin membatalkan pertunangan ini, tapi sekarang setelah melihat foto yang dikirimkan membuat ia berubah pikiran.

"Tidak masalah kok, kami juga sudah saling mengerti tentang semuanya ini, jadi membatalkan pertunangan tidak akan mempengaruhi apapun karena kami mengerti semuanya butuh keakraban diri satu sama lain terlebih dahulu. Kamu tenang saja, bunda akan melakukan semuanya agar Putra Bunda bahagia meskipun tidak dengan pilihan kami." ucap bundanya pula yang kini malah menolak untuk melanjutkan pertunangan mereka.

Tentu saja Bian tidak ingin kesempatan emas ini berlalu begitu saja. Ia harus bisa menguasai semuanya yang sudah ada di depan mata. Cara ini akan menjadi cara paling ampuh membuat Kayra tunduk kepadanya.

"Tidak apa-apa kok bun, Bian menerima pertunangan ini." ucap Bian dengan penuh keyakinan.