Chapter 4 - Phoenix

Setelah selesai membuat kartu petualang, kini mereka bertiga mencari tempat untuk dihuni.

Di depan sana menurut Rias Takagawa, ada sebuah vila yang mau di sewakan oleh pemiliknya.

Noragami memutuskan untuk melihat vila tersebut lalu membelinya dengan harga yang sangat fantastis.

Konon katanya, vila tersebut adalah vila yang dulu pernah ditempati oleh tiga pahlawan di dunia ini.

Setelah selesai dengan tempat hunian, kini saatnya mereka memulai pertualangan mereka yang sebenarnya.

*****

Keesokan harinya, setelah hari pertama yang lumayan melelahkan, mereka bertiga pergi ke guild untuk meminta misi harian. Mereka mendapatkan sebuah misi untuk menghabisi Phoenix yang berkeliaran di kota sebelah dan sering memangsa penduduk di sana.

Perjalanan dari kota Immortal ke kota yang diserang oleh Phoenix tidaklah begitu jauh sehingga memakan banyak waktu. Ya karena nyatanya bagi mereka bertiga hanya berjarak satu kedipan mata, mereka sudah sampai di markas sang Phoenix.

Sampai di TKP, Noragami bukannya membantu menyerang Phoenix tersebut. Dengan santainya ia membangun kemah dan baring-baringan.

"Noragami apa kau lakukan disitu!?" Marah Rias.

Tapi Noragami tidak memberi balasan sama sekali.

"Oi Noragami jangan bersantai-santai!" Lanjut Yung Yen.

"Bisakah kalian beristirahat terlebih dahulu?" Balas Noragami lalu berjalan ke arah mereka berdua dan sang Phoenix. "Phoenix-sama, bisa bicara sebentar!?" Lanjutnya.

Phoenix itu bingung mendengar ucapan Noragami.

"Tenang saja aku cuma mau berbicara sebentar. Berdua saja." Lanjut Noragami lagi.

Phoenix itu mengangguk. Lalu Noragami pun mendekati Phoenix tersebut.

Setelah berada di dekat sang Phoenix, Noragami menyuruh dua rekannya untuk menjauh.

Sambil memegang dada sang Phoenix, Noragami berkata, "Bila kau mau ikut dengan ku aku tak akan membunuhmu!"

"Ti- Akrhhh..." Si Phoenix hendak berkata "Tidak" tetapi sayang ternyata ucapan yang dilafalkan oleh Noragami adalah sebuah mantra sihir.

"Kau tidak ada alasan untuk tidak ikut dengan kami, Phoenix-sama!" Seru Noragami lalu mendekati kedua rekannya. "Ayo kita pulang. Jika sepuluh langkah dari sini dia tidak mengikuti kita maka dia akan kepanasan." Lanjutnya.

Dua rekannya cuma menganggukkan kepala.

Benar saja, setelah sepuluh langkah sang Phoenix tidak mengikuti mereka, sang Phoenix pun menjerit kepanasan. Akhirnya mau tidak mau ia mengikuti mereka.

"Sudah ku katakan bukan?" Ucap Noragami.

Beberapa saat kemudian Noragami mendapat sebuah E-mail dari guild, "Misi diselesaikan dengan tingkat kecepatan sss+"

Mereka pun mendapatkan exp+ dan poin kecuali Noragami yang sudah max.

Mereka berdua yakni Yung Yen dan Rias akhirnya naik ke level 2.

Waktunya pulang ke kota. Seperti saat berangkat, mereka cuma perlu mengedipkan mata.

"Aa~ senangnya" ucap Yung Yen setelah sampai di vila.

"Aku tak tau kalau pertarungan itu serepot ini" kata Rias.

"Benar juga. Di dunia lama aku hanya bersantai dan yang paling sering adalah belajar dan belajar" balas Yung Yen.

"Saat aku menjabat sebagai dewi aku sering mendapati permintaan demi permintaan yang membuat kepala ku begitu pusing" sambung Rias.

"Kalian berdua, kesini sebentar!" Seru Noragami dari belakang vila.

Terpaksa mereka datang menemui Noragami.

"Apaan sih?" Tanya Rias saat sampai di tempat Noragami.

"Tidak. Tapi lihat Phoenix ini sangat menurut" jawabnya.

"Itu sih karena segel yang kau tanamkan" ucap Yung Yen dan Rias sambil memalingkan wajahnya.

"Itu tidak ada sangkut pautnya dengan segel. Lihat dan perhatikan dengan sangat teliti, tidak ada segel apapun lagi di tubuhnya. Oh ya namanya Po!" Balas Noragami sambil menunjuk ke sekujur tubuh sang Phoenix.

"Benar juga. Apa yang kau lakukan padanya?" Sambil mendekat ke sang Phoenix, Rias mengatakan itu.

"Tidak ada. Po, coba semburkan api milikmu ke pohon tersebut!" perintah Noragami.

Seketika pohon tersebut hangus terbakar.

"Po, Po, Po, sekali lagi Po, wah~" seru Yung Yen kagum.

Sekali lagi pohon yang berada di dekat pohon sebelumnya hangus terbakar.

"Sudah Po, sudah. Sekarang kamu boleh pergi, tapi ingat jangan ganggu Iblis, Demi-human, dan Manusia" potong Noragami.

Phoenix itu pun mengangguk lalu terbang meninggalkan mereka bertiga.

Meskipun sudah dibiarkan pergi oleh Noragami, ternyata diam-diam Noragami sendiri menaruh segel yang akan menghalanginya menyerang penduduk lagi. Hal itu dilakukan untuk memperkecil resiko.

"Apa yang kau lakukan!?" Kesal Yung Yen saat Noragami menyuruh Phoenix itu pergi.

"Lebih baik dia kita lepas liarkan. Toh nanti bisa kita panggil lagi" balas Noragami lalu meniggalkan mereka.

Yung Yen pun mau tak mau mengikuti Noragami meski dengan perasaan kesal. Lalu Rias yang di belakangnya cuma bisa terkekeh kecil.

'Imut juga ya kalau dia lagi kesal' batin Rias. "Yung Yen, kau imut juga kalau dalam mode kesal. Coba katakan mou~"

"Mou~ Rias..." Sebenarnya ia bukan bermaksud menuruti perkataan Rias, tetapi karena perasaan kesalnya membuat dia mengeluarkan kalimat itu.

Dan Rias yang mendapatkan apa yang ia inginkan dengan senang ia tertawa lepas.

"Jangan tunjukkan itu pada Noragami. Aku takut nanti dia kelepasan!" Ucap Rias.

Lalu mereka berdua pun bersama-sama mengikuti Noragami dari jarak yang lumayan jauh. Herannya dari tadi Noragami tidak begitu berpindah terlalu jauh dengan tempat sebelum Rias menyuruh Yung Yen untuk mengatakan "mou~".

Apa Noragami mendengarnya? Tentu saja. Tapi mereka berdua mana tau kalau Noragami mendengarnya.

Lalu apa yang terjadi dengan Noragami, apa seperti yang dikatakan oleh Rias bahwa Noragami bakal kelepasan saat mendengarnya? Tentu tidak.

Beberapa menit sebelumnya dalam sudut pandang Noragami.

'Apa-apaan mereka berdua, kok malah berhenti?' batinku.

"Yung Yen, kau imut juga kalau dalam mode kesal. Coba katakan mou~"

Mendengarnya aku hampir tertawa. 'Mou~? Apa-apan coba'

"Mou~ Rias..."

'Cih suaranya imut tapi orangnya enggak, hahaha'

"Jangan tunjukkan itu pada Noragami. Aku takut nanti dia kelepasan"

'Maaf saja Rias, tapi gak bakalan. Kecuali dia minta duluan'

Jadi begitulah.

Setelah selesai dengan kejahilannya, Rias menarik tangan Yung Yen lalu mengejar Noragami yang berjalan di depan mereka.

"Noraga...mi" ucapnya.

Noragami cuma menyipitkan matanya.

"Noragami mah gak asik, padahal aku mau ngasih tau sesuatu" lanjut Rias.

"Gak ada yang nanya" balas Noragami.

"Ya tanya lah!..." Seru Rias kesal.

"Hm~ apa itu?" Dengan bosan Noragami mengatakan itu.

"Kau tau kalau Yung Yen...-

"Udah tau" potong Noragami. "Apa ada yang lain?"

Rias pun cemberut mendengar jawaban dari Noragami.

"Mental aman?" Bisik Yung Yen kepadanya.

"Gak sampai kena mental juga kali" balas Rias.

"Hey kalian berdua. Waktunya makan siang. Apa kalian mau berdiri di situ terus?" Seru Noragami.

Mereka berdua pun mendekat ke tempat Noragami.

"Kali ini makan siang apa ya?"

"Sok-sokan "kali ini" padahal kita kemarin datang ke dunia ini sore-sore" kata Noragami.

Lagi-lagi mereka berdua tak mampu berbuat apa-apa dengan perkataan Noragami. Sebab yang dikatakan Noragami betul adanya.