"Gimana kalau kita bikin di rumah aja makanannya?" Ajak Noragami memberikan keputusan.
Rias dan Yung Yen tampak berpikir sesaat sebelum menyetujuinya.
"Apa ada makanan yang bisa dibuat di rumah?" Tanya Yung Yen.
'Mungkinkah? Tidak. Tidak. Mustahil!' Batin Noragami.
"Eh? Mengapa kau menatapku begitu, Noragami?" Ucap Yung Yen saat menyadari bahwa Noragami sedang menatapnya.
"Tidak, tapi aku berfikir mungkinkah... Kau belum pernah makan sekalipun di rumah?" Sahut Noragami.
"Pernah sih tiap hari malahan. Tapi mama bilang makanannya beli di restoran" balasnya.
'Sudah kuduga' batin Noragami. "Oh begitu ya... Baiklah. Aku dan Rias akan mencari bahan makanan dulu, nanti Yung Yen yang masak" tiba-tiba ide itu terlintas dibenak Noragami.
Ada apa sampai-sampai Noragami mengatakan itu.
"No-Noragami, apa kau yakin?" Bisik Rias.
"Aku yakin seribu per seribu persen." Sahutnya mantap.
"Ya sudah."
Lalu mereka berdua pun pergi berlawanan arah dengan Yung Yen.
Pasar terletak di Utara kota sedangkan vila yang sekarang menjadi rumah mereka terletak di Selatan.
Dua orang itu berjalan dengan tatapan fokus ke depan. Tak peduli tentang orang-orang yang menatap mereka dengan berbagai macam jenis tatapan.
Tapi ternyata Rias merasa tidak nyaman dengan tatapan penduduk terhadap mereka. Kebalikannya dengan Noragami, dia begitu santai dengan tatapan tersebut.
"No-Noragami!"
"Apa kau terganggu Rias? Yah... Palingan mereka iri" ucap Noragami dengan sangat santai.
"I-iri?"
"Hm"
'Apa maksud Noragami mengatakan kalau mereka iri, lalu apa yang mereka irikan?' batin Rias lalu menoleh ke arah Noragami.
"Apa kau sedang sakit, Rias?"
"Ti-ti-ti-tidak, mustahil."
Noragami mendengarnya cuma memiringkan kepalanya.
"Ma-maksudku gak mungkin se-seorang dewi seperti ku sa-sakit kan?... Benar juga, kita mau mencari apa?"
"Bahan makanan"
"Be-benar juga, hahaha" Rias tertawa canggung. 'Kok aku begini?' batinnya.
"Seharusnya kau bertanya masakan apa yang akan kita buat" gumam Noragami.
"Be-be-benar juga, la-lalu masakan a-apa yang akan kita buat?" Rias mengatakan itu masih dengan perasaan canggung. Meskipun sebenarnya itu karena ulahnya sih.
"Telur... Dadar..."
"Te-telur dadar? Bukankah telur di dunia ini sangat langka jadi sangat mahal, apa kau yakin? Kurasa uang dari misi kita tak cukup untuk membeli tiga butir telur"
"Hahaha, kau meremehkan Noragami-sama? Bukankah kita mempunyai cukup koin emas?"
"Aku melupakan hal itu"
Mereka pun menemukan toko yang menjual berbagai jenis bahan makanan termasuk juga telur.
"Ojii-san bisa kau ambilkan kami telur-telur itu?" Seru Noragami kepada penjaga toko.
"Harga satu butir telur senilai 100 koin perunggu, atau setara dengan 1 koin perak. Lalu berapa butir telur yang kalian butuhkan" jelas penjaga toko.
"Semuanya" ucap Noragami.
'Orang ini bergaya sekali' batin Rias.
"Ja-jangan bercanda anak muda" seru si penjual.
"Saya tidak bercanda, Ojii-san. Jadi berapa harga semuanya?"
"5 koin em-
"Siapkan" potong Noragami sambil memberikan lima keping koin emas.
Sang penjual pun mengambilkan semua stok telur yang berada di tokonya.
Setelah mendapat apa yang diinginkan, Noragami pun mengajak Rias segera pulang. Kira-kira sekarang sudah pukul setengah sebelas siang.
"Kami pulang!" Ucap mereka serentak.
Yung Yen pun membalas ucapan tersebut dari ruang tengah. "Selamat datang kembali!"
Noragami memberikan telur tersebut kepada Yung Yen lalu berkata, "Tolong buat telur dadar!"
Lalau ia pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Sekarang posisi Noragami sedang berada di halaman rumah mereka.
Hal yang akan dilakukan olehnya kali ini adalah mencoba membuat sebuah mantra sihir.
Dengan tangan yang mengarah ke sebatang pohon ia mencoba merapalkan sebuah mantra yang ia buat sendiri.
"Dengan kekuatan tangan Dewa aku perintahkan kepada yang mustahil menjadikan api menyala kepada bumi!"
Duar...
Api meledak di pohon yang menjadi target percobaan mantra sihir yang dibuat oleh Noragami.
Noragami pun tersenyum. Dalam hatinya ia berkata, 'Lumayan. Aku bahkan bisa mengatur volumenya'
"Selanjutnya aku akan memadamkan api tersebut. Dengan kekuatan langit ku perintahkan turunlah air sederas mungkin kepada bumi!"
Air pun tumpah dan mengguyur target Noragami yaitu pohon di depannya.
Sayangnya ia harus mengakhiri percobaannya kali ini karena sebuah panggilan dari kedua rekannya.
"Noragami, telur dadarnya sudah siap"
"Iya aku akan segera ke sana"
Noragami pun bergegas menuju dapur untuk menyantap makan siang pertama kalinya di dunia lain.
Tapi betapa terkejutnya ia saat melihat makanan yang akan ia santap tak sesuai realita yang ia harapkan. "Ke-kenapa ini seperti gosong?"
"Itu...
"Sudah kuduga bukan, hahahaha" Noragami tertawa terbahak-bahak. "Yung Yen ikut aku ke dapur!"
Yung Yen pun mengikuti Noragami.
"Aku akan mengajarkanmu cara membuat telur dadar yang benar!" Ucap Noragami.
Yung Yen cuma memperhatikannya dan sesekali menganggukkan kepalanya.
"Pertama ambil telur itu!" Seru Noragami.
Yung Yen pun mengambil telur yang dimaksud.
"Kedua, masukkan telur tersebut ke dalam wadah!"
Yung Yen pun memasukkan telur tersebut ke dalam wadah. Tapi ada hal yang membuat Noragami hampir tertawa, bukannya memecahkan terlebih dahulu telur tersebut melainkan Yung Yen memasukkannya bulat-bulat ke dalam wadah.
'Gak bodoh-bodoh kayak gini juga kan' batin Noragami. "Maksudku pecahkan telur tersebut perlahan-lahan lalu isi didalamnya dimasukkan ke dalam wadah ini!" Jelas Noragami.
Kali ini Yung Yen melakukan yang dimaksud Noragami tanpa kesalahan.
"Ketiga, masukkan bahan-bahan lain yang menurutmu kau sukai, contohnya daun bawang. Tapi ingat iris kecil-kecil dulu"
Setelah memasukkan bahan tambahan yang dimaksud Noragami, Yung Yen pun bertanya pada Noragami, "Padahal kau tau aku gak bisa memasak lalu mengapa menyuruhku melakukannya tadi?"
"Begini Yung Yen, suatu saat kita akan berkelana sangat jauh, ada kemungkinan kita akan berpencar di suatu tempat jadi ada baiknya kita bertiga bisa memasak walau tidak begitu baik" jelas Noragami.
"Lalu mengapa tadi kau menyuruhku memasak terlebih dahulu daripada mengajarkannya padaku?"
"Aku ingin melihat seberapa tingkat pengetahuan mu tentang memasak. Sudahlah berikutnya panaskan minyak beberapa saat lalu masukkan telur tersebut ke dalamnya"
Akhirnya kali ini telur dadar tersebut masak dengan sempurna.
"Selamat makan!" Ucap mereka serentak.
"Enak..."
"Kan?"
"Hahaha, sebenarnya aku sudah tau apa yang direncanakan Noragami!"
"Lalu apa kau bisa memasak, Rias?"
"Ya biasalah aku inikan seorang dewi"
Mereka pun menikmati makan siangnya dengan khidmat.
Lalu ada pengumuman darurat dari guild petulang.
"KEPADA SELURUH PETUALANG YANG BERADA DI KOTA INI, KAMI MENUNGGU DI GUILD KARENA ADA PEMBERITAHUAN DARURAT. KAMI HARAP PARA PETUALANG DAPAT BERPARTISIPASI DALAM HAL INI"
"Apa itu, Noragami?"
"Entahlah. Kalian berdua, ayo kita ikut berpartisipasi. Mungkin sesuatu yang menarik akan terjadi!"