Chereads / Akasha: The Heavenly Record / Chapter 5 - Chapter 3

Chapter 5 - Chapter 3

"...Noa?"

—?!

Mengapa dia bisa mengetahui nama itu? Tidak tunggu, jangan bilang... "Aira?"

"Sudah kuduga... Akhirnya doaku untuk bertemu kembali denganmu terwujudkan juga..." Gadis itu melompat ke arahku lalu memelukku dengan sangat erat. Air matanya pun mengalir lebih deras dari sebelumnya.

"Anu, sepertinya kau salah orang"

"Mmh... Kau masih saja dingin seperti biasanya, padahal ini adalah pertemuan pertama kita setelah terpisah sekian lama" Ia mengusap air matanya.

"Sudah kubilang kalau kau ini salah orang, dan juga bisakah kamu segera melepaskanku? Ini sesak?"

Gadis itu pun melepaskan pelukannya lalu terdiam sejenak.

"...Jika aku salah orang, lalu mengapa kamu memanggil namaku yang tidak seorangpun penghuni dunia ini mengetahuinya?"

"Ah. Mungkin kau salah dengar"

Raut wajahnya pun berubah menjadi murung.

"...Bisakah kau sedikit jujur hanya untuk kali ini?"

"Ya ya baiklah. Semuanya sesuai dengan yang kau pikirkan, tidak ada lagi yang harus kujelaskan"

"Syukurlah, jadi aku benar-benar bertemu denganmu kembali..."

Sepertinya perasaannya sudah cukup baikan.

"Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa tahu tentangku?"

"Tentang itu, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba aku hanya merasa bahwa kau adalah Noa"

"Oh..." Intuisinya sangat mengerikan, mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati.

"Kau kenal dia, Noir?" Tanya Luna.

"Ya, kau cemburu?"

"B-begitulah"

Oi kau terlalu jujur dalam situasi seperti ini.

"Jadi sekarang kamu adalah Noir ya..."

"Mm"

"N-Noir, bisakah kita segera pergi?"

Hm? Jangan bilang Sola juga cemburu? Meskipun aku hanya bercanda saat menanyakan itu, tapi hal ini cukup mengejutkan.

"Noir..."

"Ya?"

"Mereka berdua... Siapa?"

"Ah, tentang mereka"

"S-sola"

"Luna"

""Kami adalah kekasih Noir!""

Oi, aku tidak mengingat kalau kita telah menjadi kekasih. Tapi yah, biarlah.

"K-k-ke-ke-ke-kekasih?"

"Tidak, tunggu..." Oh sial, ini akan menjadi lebih merepotkan dari yang kukira.

"N... Noa bodoooohh!!" Teriaknya sambil berlari meninggalkan kami.

"Kita juga harus pergi, ayo"

""Ya""

Melihat kekompakan saudari kembar ini entah mengapa membuatku tenang.

Kesampingkan itu, karena hari ini adalah hari penyambutan siswa. Aku akan mencoba mencari teman. Aku bukan lagi Noa yang menyedihkan, sekarang aku adalah Noir. Ya, aku pasti bisa.

—Meskipun sebelumnya aku bilang begitu, rasanya cukup— nggak, rasanya sangat sulit bagiku untuk memulai percakapan terhadap orang asing, terlebih lagi pada saat-saat seperti ini. Mungkin ada benarnya juga bahwa "Mencari seribu musuh selalu lebih mudah daripada mendapatkan seorang teman". Aah, aku memang menyedihkan.

• • •

Upacara penyambutan siswa baru pun telah selesai. Aku pun memutuskan untuk kembali ke asrama, dan saat aku tengah berjalan menuju gerbang—

"Selamat siang, apakah kamu Noir Arles?"

—Gadis ini menghentikanku.

"...?"

"Akan kutanyakan sekali lagi... M-maukah kamu menjadi kekasihku?"

"Dengan senang hati kutolak penawaran tersebut"

Gadis itu langsung menjadi murung. Ya, semuanya sama seperti saat itu. "...Mengapa?"

"Karena kau terlalu cerah untuk sebuah kegelapan sepertiku. Tidak ada yang perlu kujelaskan lagi" Tegasku.

"Eh? Apa maksudnya itu? Apakah mungkin memang karena aku tidak menarik untukmu?"

"Apa kau bodoh? Perbedaan kita seperti langit dan bumi, mustahil untukku mencapaimu, dan juga akan menjadi akhir dari dunia jika kau mencoba untuk menggapaiku"

"Kalau begitu, tidak bisakah kita mengakhiri dunia ini bersama?"

Aku menghela nafas panjang. "—Akan kukatakan ini hanya sekali, jadi dengarkan baik-baik. Hanya dengan keberadaanmu di dekatku saja sudah cukup untuk membuatku menjadi musuh seluruh umat manusia, jadi kumohon berhentilah menghancurkan hidupku lebih jauh lagi"

"..." Ia terdiam, sudah sepatutnya seperti itu. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi jika tidak, Aira mungkin tidak akan menyadarinya.

Aku tidak bisa berdiam di sini lebih lama lagi, mengingat Sola dan Luna tengah menungguku, aku pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Aira dalam diamnya.

Dan saat aku berjalan tepat di sebelahnya— "Maaf, Noa..."

Aku mengabaikan kata-katanya dan terus melanjutkan langkahku, lagipula tidak ada gunanya memberikan sebuah respon.

Saat aku sudah mencapai gerbang masuk, aku mendapati Sola sedang duduk di sebuah kursi taman di seberang jalan, jadi aku memutuskan untuk menghampirinya.

"Oi Sola, hanya kau sendiri?"

"Noir? K-kenapa kamu sangat lama? Kamu membuatku k-khawatir..."

"Ah, aku ada sedikit urusan. Selain itu, dimana Luna?"

"Luna sedang pergi membeli bahan untuk makan malam, b-bagaimana jika kita berdua menyusulnya?"

"Ya"

Kami pun pergi ke area perbelanjaan dan mencari Luna.

—Seharusnya begitu, tapi setelah sampai di sini, aku kehilangan Sola karena kerumunan yang cukup ramai. Karena itu, aku memutuskan untuk mencarinya.

• • •

Sudah sekitar setengah jam sejak aku mencari Sola, dan aku belum juga menemukannya, ini benar-benar merepotkan.

Tak lama setelah itu, akhirnya aku melihat anak kecil berrambut hitam yang mengenakan seragam sekolah kami di dekat sebuah toko.

Mengira gadis itu adalah Sola, aku pun mendatanginya untuk memastikan. Dan ternyata gadis itu adalah Luna.

"Luna"

"Hm... Noir? Kamu tidak bersama Sola"

"Nggak, malah kupikir kau sendiri adalah Sola. Sejujurnya aku kehilangannya"

"Kalau begitu bagaimana jika kita mencarinya secara terpisah, kita akan bertemu lagi di jalan utama"

"Ya"

Dengan itu, kami pun berpencar untuk mencari Sola. Dan setelah memakan waktu yang cukup banyak untuk mencarinya, aku menemukannya di tengah kerumunan yang padat.

"Oi apa yang kau lakukan disini?"

"N-Noir... Uuu aku takut..." Ia langsung menangis lega setelah mengetahui aku datang padanya.

"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku"

"A-Aku merasa penasaran dengan sebuah pertunjukkan jalanan, tanpa sadar langkahku terhenti, dan saat aku menyadarinya kau sudah tidak ada..."

"Lain kali cukup bicaralah jika kau ingin melakukan sesuatu, jika aku tidak keberatan, aku bisa saja pergi menemanimu"

Setelah menyelesaikan kata-kataku, aku mengulurkan tanganku padanya.

"N-Noir?" Ia terlihat cukup bingung.

"Itu loh, jika kita bergandengan tangan, kau tidak akan kehilangan aku lagi untuk selanjutnya"

Aah ini lebih memalukan saat mengatakannya langsung.

"Mm..." Sola meraih tanganku dengan lembut.

Dengan ini, kami pun pergi ke tempat pertemuan yang kujanjikan dengan Luna. Setelah sampai, Sola langsung berlari ke arah Luna dan meminta maaf. Setelah suasananya menjadi lebih tenang, kami pun kembali ke asrama kami masing-masing.

Karena hari ini cukup melelahkan, aku memutuskan untuk tidur lebih awal dan tidak melakukan kegiatan rutinku.

Dan saat aku tengah terlelap dalam tidurku, aku merasakan sebuah gelombang abnormal tengah menyelimuti tubuhku yang membuatku spontan terbangun dari tidurku.

Dan setelah mendapatkan kesadaranku secara penuh, aku mendapati diriku berada dalam sebuah dimensi yang aneh.

Tempat yang benar-benar mengerikan, aku tidak bisa melihat apapun selain kegelapan tak berujung. Namun di sisi lain, aku bisa merasakan beberapa reaksi di sekitarku. Kemungkinan besar tempat ini adalah dimensi yang lebih tinggi, dan karena inderaku yang tidak lain hanya sebuah material tiga dimensi, aku tak bisa berinteraksi secara normal dengan realita di dimensi ini.

[Apa kau ingin melenyapkan tuhan yang sudah membuatmu menderita?]

Sebuah telepati? Ah benar juga, karena tidak adanya udara, mengeluarkan suara hanya menjadi sebuah tindakan yang sia-sia.

[Ya]

[Lalu, bersediakah kau menerima ujian dariku? Buktikanlah jika kau layak untuk melakukannya]

Sebuah ujian? Apakah ia berada dalam pihak 'tuhan' itu? Nggak, itu gak mungkin. Jika begitu maka mengapa ia repot-repot membawaku kemari. Yang jelas pasti ada motif tertentu darinya, untuk sekarang aku akan mengikuti sebagaimana hal ini berjalan seterusnya.

[Apa yang harus aku lakukan dalam ujian yang kau berikan?]

[Aku hanya akan menguji seberapa tangguh dirimu yang sebenarnya. Jika kau lulus dalam ujian ini, kau mungkin bisa saja menjadi eskistensi yang lebih membahayakan dariku. Dengan kata lain, kau memiliki kemungkinan untuk mengalahkan tuhan itu sendiri]

[Jika kau membicarakan tentang itu, maka aku akan menolaknya untuk saat ini. Dan juga, bukankah tempat ini adalah dimensi yang lebih tinggi dari duniaku? Yang berarti kau bisa mengawasiku kapanpun. Karena itulah, saat semuanya sudah siap, aku akan memintamu]

Eh gak, tunggu tunggu tunggu. Sejak kapan aku merasa sangat tertarik seperti ini? Apakah mungkin karena kita memiliki sebuah kesamaan dalam ego untuk menyingkirkan keberadaan tuhan?

[Baiklah. Sebelum aku mengirimmu kembali, aku akan membeberkan beberapa kebenaran tentang mengapa kau dipanggil ke dunia itu serta alasan dan penyebab di baliknya...]

Dengan itu, ia telah menjawab semua hal yang sering kupertanyakan dalam kepalaku. Bahkan ia menjelaskan tentang bagaimana sistem dunia bekerja dan informasi-informasi lain yang sangat berguna untukku.

[Sudah kukatakan semua yang ingin kau ketahui. Apakah kau ingin kembali sekarang juga?]

[Ya. Ngomong-ngomong bukankah aku sudah cukup lama berada disini? Bagaimana saat aku kembali ke dunia itu?]

[Jangan khawatir. Tempat ini tidak memiliki dimensi temporer atau yang sering kalian sebut dengan garis waktu, aku bisa saja mengembalikanmu tanpa ada perbedaan waktu saat aku menarikmu dari duniamu]

[Ah, kalau begitu bisakah kau segera mengirimkanku kembali?]

Sesaat setelah itu, reaksi menggelombang yang misterius itu pun sudah tak kurasakan, bahkan kendaliku terhadap tubuhku pun terlumpuhlan, lalu, aku kesadaranku menghilang.