Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

CEO Penakhluk Asisten Rumah tangga

Arnita_Santi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
Synopsis
Cinta seorang pengusaha sukses kaya raya pada gadis sederhana yang miskin, mungkin terdengar mustahil di jaman sekarang. Namun, tidak ada yang mustahil bagi Gerald jika tentang kisah cintanya. Gerald-- pria yang terlahir kaya raya, mengagumi sosok gadis penjual koran yang tidak disangka bekerja di rumahnya sebagai asisten rumah tangga. Rasa kagum pada seorang gadis yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, meskipun sangat sering berjumpa dengan gadis yang cantik juga kaya raya. Sementara Raina-- gadis sederhana namun mandiri dan tangguh itu, tidak pernah terpikir bahwa dirinya akan menjadi Cinderella di kehidupan nyata, karena membuat pangeran tampan sekaligus kaya raya menyukainya. Entah rasa senang atau bingung, karena Raina tidak ingin terluka hanya karena cinta beda kasta.
VIEW MORE

Chapter 1 - Gadis Manis

Gerald yang tengah bersiap berangkat ke kantornya, kini sedang memakai jas berwarna hitam miliknya. Kemeja warna putihnya yang sangat cocok dipadukan dengan jas hitamnya makin membuat Gerald memantulkan ketampanannya.

Namun, tiba-tiba, terdengar suara yang ia tunggu-tunggu sejak tadi, bahkan setiap pagi.

Kring … Kring … Kring.…

"Koran … Koran…."

Suara gadis manis penjual koran yang selalu ia tunggu setiap pagi pun terdengar di telinganya. Ia tak tahu siapa gadis itu, namun gadis itu selalu berhasil mencuri perhatiannya, tatkala suara bel sepeda dan suara lantangnya terdengar di sepanjang komplek rumah Gerald.

Gerald mengintip dari jendela kamar yang berada di lantai dua rumahnya. dilihatnya gadis yang kini sedang mengayuh sepedanya sambil terus berteriak dan melemparkan koran ke setiap rumah-rumah.

Gadis itu berpenampilan sederhana, ia memakai celana jeans dan kaos panjang dengan rambut yang diikat, serta tak lupa ia mengenakan topi hitamnya.

Gerald terus memandang dari kejauhan gadis itu. Tak terasa senyuman manis terukir di bibir Gerald.

"Aku harus menemui gadis itu," ucap Gerald sambil tersenyum memandangi gadis itu.

Lantas Gerald turun ke lantai satu rumahnya, sudah ada sekretaris Gerald yang tinggal serumah dengan Gerald, Gerald yang seorang pebisnis sukses itu telah memiliki rumah yang sangat mewah sendiri, lengkap dengan segala perentelannya. Gerald sangat terkenal dikalangan pebisnis, apa lagi dengan tampangnya yang tampan, makin membuatnya banyak dilirik oleh kaum wanita.

Gerald menyapa Samuel yang sedang duduk membaca koran di ruang tamu. Langkah kaki Gerald yang terdengar sangat jelas, membuat Samuel yang kerap dipanggil Sam oleh Gerald itu pun, menghentikan kegiatan membaca korannya.

"Ayo! kita berangkat sekarang," ajak Gerald yang nampak terburu-buru.

Sam yang melihat Gerald terlihat buru-buru itu pun, langsung berdiri dan mengambil kunci mobil yang ia letakan di atas meja. Gerald segera masuk ke dalam mobil berwarna hitam miliknya, dan Sam yang kini menyetir, segera mengeluarkan mobilnya dari pelataran rumahnya.

"Ikuti gadis penjual koran yang baru saja lewat," perintah Gerald.

Sam yang mendengar perintah Gerald pun mengerutkan keningnya. "Penjual koran? bukannya kita sudah mendapatkan koran Ge?" tanya Sam dengan panggilan santai, karena sedang berada di luar kantor, sehingga membuatnya hanya akan memanggil Gerald dengan sebutan Ge, tanpa harus menyantumkan embel-embel pak. Itu adalah peraturan yang dibuat oleh Gerald sendiri, sehingga Sam hanya dapat menurutinya.

"Tidak usah banyak tanya! Ikuti saja perintahku, Sam," ucap Gerald.

Sam hanya mengangguk paham dan menuruti perintah Gerald, dan fokus dengan kegiatan menyetirnya.

Mobil Gerald mengikuti kemana gadis itu mengayuh sepedanya. Sampai saat mobil Gerald berada di samping gadis itu yang masih fokus mengarahkan pandangan ke depan.

Gerald sengaja meminta Sam untuk memepet sepeda gadis itu, sampai gadis itu sedikit oleng, dan menghentikan sepedanya.

Saat gadis tersebut telah berhenti, Gerald pun, ikut memerintahkan Sam untuk memberhentikan mobilnya tepat di samping sepeda milik gadis itu. Gerald segera turun dan menghampiri gadis manis itu. Sam yang melihat itu pun, hanya mengerutkan keningnya heran sambil menyimpan sejuta tanya dalam hatinya.

Sedangkan, gadis itu hanya menatap nanar Gerald. Sebab, gadis itu tak mengenal Gerald.

Gerald tersenyum manis pada gadis itu. Namun, gadis itu malah mengerutkan keningnya bingung, Gerald tersenyum melihat reaksi yang diberikan gadis itu untuknya.

Gadis itu terlihat sangat polos dan sangat tertutup dengan orang asing. Sehingga Gerald mencoba mengulurkan tangannya, untuk berkenalan dengan gadis itu.

"Perkenalkan, namaku Gerald Stevan Luis," kenal Gerald dengan ramah dan sopan.

Namun, bukannya menerima uluran tangan Gerald, gadis itu hanya menatap nanar Gerald dan tak menjawab ucapan Gerald. Ia hanya terdiam tanpa melakukan gerakan apa pun selain berkedip.

Gerald yang nampak kikuk itu pun, menarik uluran tangannya yang kemudian ia gunakan untuk menggaruk tekuknya.

"Apakah kau tak ingin berkenalan dengan ku?" tanya Gerald dengan bahasa baku yang sangat khas dengannya.

"…." lagi lagi hening, tak ada jawaban dari gadis tersebut.

Tiba-tiba terdengar dering telepon dari saku celana Gerald. Gerald segera meraih ponselnya dari saku celananya dan mengangkat telepon tersebut.

"Iya, halo…." jawab Gerald pada seseorang yang kini tersambung sambungan telepon dengannya.

"Ah- baiklah, saya segera sampai di kantor." jawab Gerald menanggapi orang itu.

Setelah itu, Gerald menutup panggilan telepon tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.

"Ck … nampaknya, kali ini aku belum beruntung," ucap Gerald yang belum mengetahui nama gadis itu.

Sedangkan gadis itu, masih diam tak bergeming sama sekali sampai saat ini. Membuat Gerald yang harus buru-buru ke kantor itu pun, harus merelakan pertemuan dengan gadis itu tanpa mengetahui namanya.

"Baiklah, lain kali aku akan menemuimu lagi," pungkas Gerald dengan senyum manis di bibirnya.

Sedangkan gadis itu hanya terdiam dan terus membisu tanpa membuka mulut untuk mengatakan sepatah kata pun, pada Gerald.

Gerald yang sudah tak punya waktu banyak itu pun, segera meninggalkan gadis itu dan kembali masuk ke dalam mobilnya.

Mobil itu pun, terlihat melaju meninggalkan gadis penjual koran yang kini masih tertegun saat mobil Gerald pergi meninggalkannya.

Gerald yang kini telah berada di dalam mobil pun, tersenyum dengan memandang kaca mobilnya. Sam yang menyadari itu pun, menoleh pada bosnya itu, disela-sela menyetirnya.

"Nampaknya, ada yang sedang jatuh cinta," ucap Sam menyindir Gerald yang sejak bertemu dengan gadis penjual koran tadi, terus saja melebarkan senyumnya.

Gerald yang merasa tersindir dengan ucapan Sam pun, langsung menoleh pada Sam yang sedangfokus menyetir. "Fokus saja pada kegiatan menyetirmu!" tukas Gerald yang terganggu dengan ucapan Sam.

Sam yang mendengar jawaban Gerald pun, hanya terkekeh dan terus fokus menyetir. Gerald yang mendengar kekehan Sam, hanya melirik Sam dengan mata yang tajam. Namun, karena Sam tak menoleh pada Gerald, membuatnya tak mengetahui bahwa ia sedang diberikan tatapan tajam oleh bosnya.

Gerald hanya memalingkan wajahnya ke kaca mobilnya, melihat kendaraan lain yang sejak tadi tersalip oleh mobilnya. Tak lupa, senyumnya selalu tergurat indah dan manis sejak dirinya bertemu secara langsung dengan gadis itu.

Tak lama, mobil Gerald sampai di depan kantornya. Salah seorang penjaga langsung membukakan pintu mobil untuk Gerald. Sedangkan Sam turun dan mengikuti langkah Gerald.

Beberapa pegawai yang berpapasan dengan Gerald pun, menundukkan kepala dan menyapa dengan sopan. Kini, karakter Gerald akan berubah 180 derajat. Ia akan lebih terlihat berwibawa dan nampak disegani. Tak lupa, Sam juga harus memanggilnya dengan sebutan pak kini.

Gerald hendak memasuki ruangan rapat yang akan dipimpin olehnya. di depan ruangan itu, telah ada staff wanita yang menunggu Gerald.

"Apakah rapatnya sudah dimulai, Niken?" tanya Gerald yang nampak terkesan berwibawa itu.

Membuat Niken semakin gugup di depan bosnya itu. "Ah-- belum pak, rapat tidak akan dimulai jika bapak belum datang." jawab Niken dengan terbata-bata.

Gerald hanya mengangguk paham, kemudian segera masuk ke dalam ruangan rapat itu. Sedangkan Sam yang menyadari bahwa Niken merasa gugup pun, terkekeh kemudian juga melewati Niken begitu saja mengikuti langkah Gerald pergi.

Sedangkan Niken yang jantungnya seperti habis lari maraton tiap kali berada di dekat bosnya itu pun, nampak menghela napasnya dan menstabilkan napasnya.