Ini hari pertama aku masuk SMA.
Atau lebih spesifiknya lagi Pra-MOS, hari sebelum MOS. Persiapan sebelum masa orientasi siswa.
Kalau boleh jujur, aku tidak merasakan deg-degan atau senang berlebihan. Malahan, aku sudah lelah lebih dulu memikirkan aku harus bertindak sebagai manusia sosial hari ini.
Aku turun dari Ojek langgananku, lumayan kerepotan dengan bawaan milikku. Ada sapu ijuk dan sapu lidi, beserta tas yang aku isi dengan buku bacaan permintaan sekolahku.
Haduh.
Aku tidak suka jadi pusat perhatian.
Jadi aku berdiri sambil bersandar di tembok, menatap jalanan yang pagi ini tenang. Cukup puas dengan yang aku lakukan.
Tapi memang aku saja yang seperti kerasukan, tiba-tiba ingin duduk di trotoar jalan. Di sampingku ada perempuan, tubuhnya terlihat proporsional. Wajah yang agak menyeramkan.
Aku tersenyum, kupikir wajahku juga terlihat sama saat tidak punya teman mengobrol.
"Hai, selamat pagi," sapaku.
Dia menjawab seadanya. Aku menanyakan namanya dan berbasa-basi, katanya ini salah satu dasar tata krama yang semua orang tahu.
Namun lagi-lagi aku menemukan kesamaan di antara kami.
Dia hanya menjawab seadanya. Dan membuat kami berakhir di antara keheningan.
Well, setidaknya aku sempat mengobrol dengan manusia.
Dan... aku mendapati tubuh mungilnya. Melambai dengan mata berbinar. Wah? Aku tidak tahu kenapa aku begitu gembira. Mungkin karena keheningan tadi, atau karena aku mengenal seseorang.
Dia menghampiriku, menyapaku dan meletakan barangnya di samping barang-barangku.
Dia Mika, si imut yang dulunya sering pulang bersamaku. Teman dari tetanggaku. Kami seangkatan dan satu sekolah.
Mika menceritakan alasannya masuk ke sekolah ini, dan aku mendengarkan sambil sesekali menanggapi dan menceritakan punyaku juga.
Beberapa lama hampir jam tujuh keponakanku menyusul. Bukan keponakan yang usianya terlalu muda. Kami masuk bersama-sama karena panggilan dari dalam.
Menyusuri namaku, mendapatinya di salah satu kelompok, aku sangat bersyukur untuk menemukan Mika di sana. Rasanya jadi senang karena menemukan seseorang dari tempat yang sama—padahal alasan sebenarnya aku masuk adalah menghindari bertemu teman atau kenalan lama.
Kami awali kegiatan kami dengan berdoa.
Lalu mulai menyebar ke tempat yang disetujui kelompok kami setelah mengumpulkan barang bawaan kami.
Kami saling memperkenalkan diri dimulai dari kakak kakak pembina.
Aku sudah mempersiapkan memperkenalkan diri sebagai orang dengan first impression yang bagus. Jadi aku berusaha terdengar sepercaya diri mungkin, bahkan melakukan kontak mata sambil tersenyum.
Aku merasa jahat karena berbohong.
Namun di saat bersamaan aku rasa ini wajar saja. Ingin terlihat baik di mata orang-orang.
Aku berusaha mencatat nama mereka masing-masing, namun hanya mengingat beberapa. Ya.....
Begitulah.
Kami melakukan kegiatan yang seru kok.
Sampai...
Sampai aku melihat dia berdiri di kelompok seberang. Pakaian OSIS. Dengan rambut yang kalau dipikir lagi, ternyata jadi ciri khasnya. Rambutnya begitu rapih.
Apalagi cara dia berbicara walau aku tidak bisa mendengar suaranya.
Ganteng banget, pikirku.
Mungkin karena yaa aku remaja biasa yang langsung suka dengan orang yang kelihatan menarik. Nyatanya kekagumanku berlanjut sampai hari-hari berikutnya.