Chapter 17 - Tak Ada Pilihan Lain

Kiara berkedip, melengkungkan bibirnya dan tersenyum, berjalan beberapa langkah dan akhirnya duduk di samping Mikael, memegang tangan ayahnya seperti bayi, "Ayah, jahat sekali. Ayah tidak pernah memujiku."

Gunawan dan Mikael, melihat Kiara yang berpura-pura imut dan lucu langsung tertawa, suasana yang tertekan di bangsal menghilang seketika, dan air mata di sudut mata Gunawan seketika menghilang.

Bangsal itu menjadi sangat terang, Kiara dan Mikael duduk menghadap cahaya, dan Gunawan merasa mereka sangat serasi.

Sebuah keputusan terbentuk di hati Gunawan.

"Mikael, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu."

Setelah mengalihkan pandangannya, Gunawan dengan lembut menjabat tangan Mikael, ekspresi wajahnya menjadi lebih serius, dan pada saat yang sama dia melirik Kiara dengan gelisah.

Pandangan ini membuat detak jantung Kiara tiba-tiba menjadi lebih cepat. Apakah ayahnya punya sesuatu untuk dikatakan?

"Mikael, paman juga melihatmu tumbuh dewasa, dan aku benar-benar mencintaimu tulus dari hatiku." Suara tua Gunawan perlahan terdengar di bangsal, dan ekspresi kuyu yang tak tertahankan membuat hati Kiara terasa seperti dicengkeram dengan kuat.

"Paman, katakan saja, selama aku bisa melakukannya, aku pasti akan melakukan yang terbaik!" Mikael juga mengangguk dengan serius, seolah-olah dia sedang bersumpah.

Bahkan Kiara samar-samar menebak apa yang dikatakan ayahnya selanjutnya.

"Mikael, aku semakin tua, dan hal seperti ini terjadi pada keluarga Tanata. Aku ingin mempercayakan putriku padamu. Kamu harus merawatnya dengan baik dan menjaganya agar tidak menderita seumur hidupnya."

Gunawan berbicara kata demi kata perlahan, air mata berkilauan di matanya.

Dia semakin tua, dan dia tidak tahu dia masih ada beberapa tahun lagi untuk hidup, tetapi Mikael masih muda, jadi dia bisa menjaga Kiara sebagai gantinya kelak.

Keputusan ini tidak hanya membuat Mikael tertegun sejenak, bahkan Kiara terkejut karena dia tidak menyangka ayahnya akan berbicara soal itu.

Kiara hendak menolak, tapi Mikael dengan lembut menarik lengannya, dan ketika Kiara melihat ke atas seketika tubuhnya sudah ditarik dan Kiara seketika jatuh ke pelukan hangat Mikael.

"Paman, jangan khawatir, aku akan menjaga Kiara." Kiara berkedip, mengetahui bahwa jika dia tidak setuju, dia khawatir ayahnya tidak akan merasa nyaman, jadi dia mengikuti gerakan Mikael dan memeluknya sambil tersenyum, Kiara berkata, "Ayah, jangan khawatir, dengan Mikael di sisiku, tidak ada yang akan berani menggangguku."

Setelah berbicara, keduanya saling memandang dan tersenyum.

Untuk membuat drama, mereka harus totalitas.

Mereka bertiga tidak memperhatikan bahwa di luar bangsal, sosok pria tinggi berdiri di sana untuk waktu yang cukup lama, dan tekanan udara yang rendah di sekitar pria itu membuat para pengawal menahan napas, karena takut menyinggungnya.

Kiara dan Mikael tinggal di sana untuk sebentar lagi. Melihat Gunawan terlihat kelelahan, mereka pergi setelah mengucapkan beberapa patah kata.

Begitu mereka berjalan keluar dari bangsal, sosok yang dikenalnya melintas di sudut mata Kiara, dan jantungnya tiba-tiba berhenti berdetak.

"Kapan dia datang?"

Reaksi yang hampir naluriah, tubuh Kiara mundru ke belakang, dan peringatan dingin Rian tadi malam bergema di telinganya.

"Bukankah kalian terlihat dekat sekarang?" Rian perlahan berjalan ke arah Kiara sambil tersenyum, dan berkata dengan suara yang hanya bisa didengar oleh dua orang: "Mengapa, apakah kamu begitu tidak sabar untuk lari ke pria lain?"

"Itu kamu?"

Ini adalah pertama kalinya Mikael melihat Rian, dan dia terkejut untuk sesaat, dan dia membisikkan pertanyaannya secara tak sadar.

Suasana langsung tegang, sampai bisa terdengar suara jarum jam dinding.

Kedua orang itu tingginya hampir sama, meskipun tatapan dalam mata keduanya dingin dan tajam, tetapi keganasan dan ketidakpedulian Rian selalu berhasil membuat orang merinding.

"Dia adalah presiden Grup Milenium, Pak Rian." Kiara, takut keduanya akan benar-benar bertarung jika mereka terus saling berhadapan, berjalan cepat di antara keduanya dan menjelaskan dengan tergesa-gesa.

Ketika dia mendengar perkenalan Kiara, mata Rian bersinar dengan sedikit makna, tetapi itu hanya sesaat, lalu menghilang dengan cepat.

"Grup Milenium?" Mikael menyipitkan matanya sedikit, bibirnya yang tipis terbuka dengan ringan, matanya sangat dingin, Rian, dia adalah manipulator di balik kecelakaan Gu.

"Saya Mikael dari Grup Leimana!"

Keduanya memiliki aura yang terlalu kuat. Ketika Kiara pusing menghadapi situasi ini, Mikael mengambil inisiatif untuk melangkah maju dan mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya. Provokasinya sangat jelas.

Dari awal hingga akhir, Rian hanya melirik ringan ke tangan yang tergantung di udara, dengan tangan di belakang punggungnya, tidak ada tanda memberi salam.

Orang di depannya tidak layak untuk ditanggapi.

Setelah keheningan yang lama, setelah Rian melirik Mikael dengan acuh tak acuh, dia hendak meninggalkan sisi Kiara, "Aku tidak suka apa yang kulihat barusan."

Kata-kata rendah dan tipis yang hanya bisa didengar oleh dua orang membuat Kiara menegakkan punggungnya tanpa sadar, dan berkedip dengan cemas.

Hukuman apa yang akan menunggunya nanti.

Setelah diabaikan oleh Rian, Mikael menarik tangannya dengan marah di dalam hatinya, dan matanya yang tanpa emosi tidak pernah meninggalkan punggung Rian.

Kebetulan dia juga bukan orang yang menyenangkan.

"Tunggu sebentar!" Dia tidak tahu apa yang terjadi antara Kiara dan Rian, tetapi hanya dengan melihat ekspresi di wajah Kiara, dia tahu bahwa dia sangat takut pada pria ini.

Mikael mengeluarkan suara yang dingin dan menghentikan langkah Rian.

"Pak Rian adalah penyebab Haroem bangkrut sekaligus menyebabkan direkturnya dirawat di rumah sakit." Mikael berjalan ke Rian dan berkata dengan sarkasme, "Saya penasaran apa yang akan anda lakukan selanjutnya? "

"Yang pasti apa yang saya lakukan tidak ada hubungannya dengan anda!"

Rian bahkan tidak menatap Mikael. Dia hendak pergi, tetapi ketika dia melihat sekilas Mikael mencengkeram tangan Kiara, pupil matanya melebar seketika, dan amarahnya membara di hatinya.

"Selanjutnya, saya juga berharap Pak Rian akan berhenti menyusahkan hidup Kiara."

Apa yang tidak dikatakan Kiara padanya, sudah berhasil dia ketahui dengan meminta seseorang untuk menyelidiki secara pribadi.

Meskipun detailnya tidak jelas, kebebasan pribadi Kiara sekarang dikendalikan oleh Rian, dan ini sudah lama membuat Mikael merasa frustasi.

"Kiara, maukah kamu pergi denganku?" Mikael menjulurkan tangannya lalu menggandeng tangan Kiara, dan ada harapan di matanya.

Hampir pada saat yang sama, Kiara langsung menarik tangannya, matanya menghindari tatapan panas dari Mikael.

Kata-kata mengancam Rian masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Mikael, lebih baik kamu kembali dulu." Kiara mundur setengah langkah. Bahkan jika dia tidak melihat ke belakang, dia bisa merasakan tatapan dingin mengawasinya hingga dia hamper kesusahan bernapas.

"Kiara?" Mikael mengerutkan kening. Dia tidak menyangka Kiara akan menolaknya.

"Kiara, apakah dia mengancammu?" Mikael maju beberapa langkah, matanya tertuju pada wajah Kiara.

"Heh! Rupanya anda seorang pria dengan imajinasi yang cukup liar?"

Melihat jarak antara keduanya semakin dekat, Rian merasakan rasa jengkel muncul di hatinya, dia mengerutkan bibirnya, dan mencibir dengan dingin.