Dua ember terisi ikan yang telah di tangkap Alex, Goji dan Gala.
Waktunya ikan-ikan tersebut dibakar dan akan di santap untuk makan siang mereka.
Setelah selesai, mereka bersama menyantapnya.
"Gila ini rasa ikannya enak banget, apa karena ikannya lebih fresh ya," kata Sesha.
"Ah iya benar, cuman di bakar saja, rasanya begitu enak seperti ini," kata Goji.
"Ngawur kamu, ini ikannya, sebelum di bakar sudah di bacem dulu dengan bumbu racikan master chef Gala," kata Steffy memberitahu yang sebenarnya.
"Yang benar?," Sesha, Goji dan Alex berkata berbarengan.
"Baru tahu ya kalian kalau aku jago masak?," Gala menyombongkan diri.
"Emang iya sih," kata Alex sambil melanjutkan makannya.
"Aku juga tidak menyangka loh, kalau Gala pinter masak, jago main basket pula, hehe...," Sahut Hanna dengan jujur memuji Gala.
Namun yang lain malah berkata "cieee" berbarengan membuat Gala ke GeEr-an.
"Apaan sih, aku cuman berkata yang sebenarnya aja kok," kata Hanna membela dirinya sendiri.
"Hati-hati loh Han, pujian tulus biasanya menjadikan orang lain salah paham dan salah tingkah juga," kata Sesha sambil melirik Gala.
Gala yang mengerti maksud perkataan Sesha langsung menyangkalnya dengan berkata.
"Apanya, aku gak salah tingkah kok, lihat."
"Tapi hati kamu senang kan, di puji seperti itu, apa lagi yang muji itu Han...."
Perkataan Steffy terhenti saat akan mengucapkan nama Hanna karena mulutnya di bungkam oleh tangan Gala.
"Sudah, lanjut makan saja," kata Gala serius sambil membungkam mulut Steffy.
Apa yang dirasakan Gala memang benar seperti apa yang di katakan Steffy. Jika semua terus menerus mengatainya bisa-bisa Gala jadi salah tingkah sungguhan.
Pukul dua siang, Gala, Alex dan Goji membereskan sampah-sampah sisa kayu bakar di samping pohon dan membuang sisa kepala dan ekor ikan di dalam tanah, supaya sisa makanan itu lebih cepat terurai dimakan cacing dan juga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Begitu selesai, mereka pun kembali dan beristirahat di rumah.
Di perjalanan pulang Gala bertanya kepada Hanna.
"Han, apa aku boleh bertanya sesuatu?."
"Iya, apa itu?," Jawab Hanna.
"Soal rumah kamu yang disita itu, apakah rumah itu rumah yang sekarang kamu tempati?."
Sebenarnya Hanna tidak ingin memberitahukan soal siapa yang telah melunasi hutang ayahnya, namun Gala sudah menanyakannya lebih dulu.
Hanna pun menjawab pertanyaan Gala dengan berkata.
"Ah itu benar, aku dan ayah sama sekali tidak menyangka jika seseorang telah melunasi hutang kami, tuntutannya pun di cabut dan kita bisa tinggal, menempatinya kembali." jelas Hanna.
Mendengar itu Gala sangat penasaran siapa seseorang yang tidak di sebutkan namanya itu oleh Hanna.
Gala tidak ingin menanyakannya karena takut melewati batas privasi Hanna.
"Andai saja seseorang itu adalah aku," kata Gala.
"Kenapa memangnya?," Tanya Hanan.
"Aku pasti akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini."
Namun Kalimat itu hanya diucapkannya dalam hati Gala saja.
"Tidak, tidak apa-apa, kalau boleh aku bertanya satu kali lagi.... Aku akan bertanya kepada mu, kenapa kamu mau menerima bantuan dari orang itu, namun kamu bisa saja tidak menjawabnya," kata Gala.
Meski Gala berkata seperti itu, Hanna tetap saja menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang ambigu.
"Entah lah... Aku sendiri juga tidak tahu," kata Hanna jujur.
"Namun, rencananya aku ingin mengembalikan uang itu sedikit demi sedikit," lanjut Hanna.
Mendengar itu, Gala seakan mempunyai kesempatan untuk membantu Hanna.
Namun Gala tidak sebodoh orang yang tidak disebutkan namanya oleh Hanna itu.
Gala berencana untuk memberikan Hanna pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Namun entah pekerjaan apa yang dia maksud itu, masih dia pikirkan sambil berjalan.
Sepuluh menit berjalan, sampailah Hanna, Gala, Sesha, Alex, Steffy dan juga Goji di rumah Hanna.
Mereka pun beristirahat di kamar masing-masing setelah mandi dan mengganti baju mereka.
*****
Hanna mengetuk pintu lalu membukanya, melihat ayahnya yang sedang bekerja di ruang kerjanya, Hanna bertanya.
"Bagaimana keadaan ayah?."
"Ayah baik-baik saja, apakah kamu baru saja pulang?," Kata Haris.
"Iya," sambil duduk di kursi depan ayahnya dan menceritakan keseruan bersama teman-temannya.
Haris sangat senang mendengarnya, selain itu, Haris juga memberi kabar baik kepada Hanna, bahwa penjualan sayur bulan ini sangat meningkat, sehingga pendapatan Haris akan membaik kembali.
"Doakan ayah ya nak, agar bisa sukses seperti dulu lagi," kata Haris.
"Iya ayah, Hanna akan selalu berdoa untuk ayah."
Namun meski Taka melunasi semua hutang ayahnya hingga bisa menempati rumahnya lagi dan peningkatan pendapatan yang Haris capai dari penjualan sayurnya sudah lebih membaik, itu semua tidak lagi merubah keputusan Kirana untuk bercerai dan menikah dengan direktur di perusahaan yang saat ini Kirana bekerja.
"Sudah lah Han, tidak perlu terus menerus larut kedalam hal yang sudah tidak bisa kembali lagi, hidup akan terus berjalan meski tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan, terimalah saja, pasti banyak hikmah dibalik perceraian mereka," kata Hanna dalam hati.
.....