Chereads / Direktur, Ayo Cerai / Chapter 62 - ##Bab 62 Latar Belakang Dan Kekayaan Julian

Chapter 62 - ##Bab 62 Latar Belakang Dan Kekayaan Julian

"Kamu masih berani bilang!" Nando menggertakkan giginya, "Febi, tidak disangka kamu begitu kejam, kamu bahkan mengirimkan barang seperti ini! Kamu tidak mendapatkan apa yang kamu mau dan kamu mengutuk orang lain untuk mati?"

Tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan?

Febi mencibir, "Nando, barang apa yang aku inginkan dan tidak aku dapatkan? Kamu? Apakah kamu lupa sekarang kamu adalah milikku, kamu adalah suamiku! Orang yang tidak mendapatkan apa pun adalah dia."

Nando menatapnya dengan nada mengejek, "Sesuatu yang Vonny dapatkan adalah tubuh dan hatiku, seluruhnya! Kamu hidup dengan status yang tidak berguna itu selama sisa hidupmu saja!"

Di restoran, ada banyak orang memandang mereka, Febi mengambil napas dalam-dalam. Dia berusaha menekan berbagai emosi yang melonjak di hatinya. Akhirnya, dia hanya berkata dengan tenang, "Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, lepaskan aku."

Febi menundukkan kepalanya dan menepis tangan Nando, tapi Nando masih tidak bergerak, jadi Febi menyerah. Dia berdiri di sana sambil menekan emosinya, lalu menatap Nando sambil mencibir, "Karena kamu tidak ingin melepaskannya, maka kita terus seperti ini saja. Bagaimanapun juga, aku punya banyak waktu. Tapi saat Nona Vonny datang dan bertanya, aku tidak yakin apakah aku akan mabuk dan menceritakan tentang hubungan kita padanya."

Febi mengancam Nando!

Nando menatapnya dengan tegas, setelah ragu-ragu sejenak, dia benar-benar melepaskan Febi.

Panas di ujung jari Nando berangsur-angsur menghilang dari kulit Febi. Febi mengembuskan napas yang menekan dadanya. Hehe, ternyata benar, Vonny adalah kelemahannya.

...

Febi kembali ke Kediaman Keluarga Dinata, saat dia sampai di rumah, kakak adik Keluarga Dinata masih belum kembali. Febi naik ke lantai atas untuk mandi dulu. Saat dia mengeringkan rambutnya, dia melihat dirinya di cermin. Tiba-tiba dia mengulurkan tangan dan menyentuh bibirnya.

Di sana, seolah-olah masih ada kehangatan yang ditinggalkan oleh Julian.

Dengan sentuhan ringan, jantung Febi langsung berdetak kencang. Dia segera menarik kembali tangannya, seolah-olah tangannya telah tersiram air panas.

Apa yang terjadi pada Febi? Mengapa pikirannya penuh dengan sosok pria dan ciumannya itu? Setelah lelucon malam ini, tidakkah seharusnya Febi memikirkan situasinya saat ini dan bagaimana hidupnya kelak?

Namun, pada saat ini, pikiran Febi benar-benar kacau. Dia tidak dapat memikirkan apa pun dengan jelas.

Setelah mengeringkan rambutnya, dia menerima email yang merupakan surat cerai yang dikirim oleh pengacara. Dia memindahkan surat itu ke ponselnya, lalu membawa kabel data dan keluar dari ruangan untuk mencetaknya di ruang kerja. Tepat ketika dia membuka pintu kamar, dia mendengar suara Usha masuk ke dalam rumah dan suara ceria Bella, "Usha, siapa orang yang baru saja mengantarmu pulang? Ibu bisa melihatnya, dia tampan dan berbakat. Aura dan kharismanya benar-benar dapat mengimbangi kakakmu."

"Bu, dia adalah senior yang aku ceritakan padamu." Mendengar bahwa pujaan hatinya dipuji, Usha secara alami sangat gembira. Di hadapan ibu yang sangat menyayanginya, dia tidak lagi memperlihatkan sikap malu seperti saat dia di luar.

"Apa latar belakangnya? Berapa banyak kekayaannya? Dilihat dari mobil yang dikendarainya, dia bukan orang biasa."

"Tentu saja, mungkinkah putrimu ini menyukai orang biasa? Bu, dia adalah pewaris Grup Alliant dan sekarang menjadi direktur eksekutif Hotel Hydra." Usha sangat bangga.

"Astaga! Ibu tidak salah dengar, 'kan? Orang itu benar-benar pewaris Grup Alliant? Tidak heran hanya dilihat sekilas saja sudah tahu dia bukan orang biasa!" Bella memeluk putrinya dengan penuh semangat.