Chereads / Empat Lapis Nuansa Viridian / Chapter 1 - Chapter 1.1

Empat Lapis Nuansa Viridian

🇮🇩Lusyatik
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1.1

Operasi Pemburuan Kyrkill Girsiang (OPKG) yang menggemparkan negara serta dunia akhirnya berakhir setelah dua tahun lebih dua bulan. Enam personil khusus tingkat Mayor, tingkat yang khas dengan insignia empat lingkaran, berdinas di Girsiang secara berkala. Dari enam personil itu, seorang meninggal. Dari lima yang tersisa, hanya Viri yang telah menjalani dinas dari pertama kali ditemukannya kyrkilll sampai matinya xenobeing itu.

Kyrkill bukan jenis monster xenobeing yang natural ditemukan di daerah tropis. Jenis ini pertama kali diidentifikasi di desa terpencil Kyrk yang terletak pada pulau dekat kutub selatan, saat mereka pertama memangsa manusia. Sebagaimana xenobeing dari tempat beku lain, ciri utama mereka: menyerap panas atau hangat (umumnya di atas 20°C) sebagai nutrisi, sekaligus berkemampuan membekukan diri atau sekitar. Maka, mencoba memburu kyrkill yang bisa membuat tameng es dengan api sama sekali tidak efektif; justru, menguntungkan kyrkill-nya. Bentuk mereka mirip gurita jika sedang bergerak, mirip karpet jika sedang diam. Di tempat beku, tenaga dan kekuatan mereka disuplai dengan memakan binatang dan manusia, lantaran suhu internal tubuh kedua makhluk pasti di atas nol celsius. Penguin pun umumnya memiliki suhu internal tubuh setinggi 38°C.

Di tempat tropis? Di Girsiang, yang bahkan mencatok kata 'siang' dalam namanya, dengan rata-rata tinggi suhu siang 30°C, suhu malam 25°C?

Kyrkill tinggal menjemur diri di bawah matahari.

Maka, Viri-lah yang paling pertama didinaskan ke Girsiang. Kekuatannya tidak bersangkut paut dengan elemen, tetapi 'gaya': telekinesis. Spesifiknya, telekinesis yang dapat pula membinasakan target, tanpa pembatasan. Di seluruh dunia, pemegang jenis 'pembinasaan' ini hanya lima orang, terpisah di lima bagian dunia yang berbeda-beda.

Sayangnya, kyrkill memiliki kemampuan kamuflase, baik dari pancaindra maupun teknologi pendeteksi. Tim Viri mencoba mengumpan kyrkill untuk menunjukkan diri dengan banyak senjata api yang memberi panas. Dalam tiga bulan, bagaimanapun, hasil yang didapatkan hanyalah perkiraan kasar dari daerah perburuan mangsa si kyrkill.

Personil khusus yang telah ditunggu, bertingkat Mayor dengan kekuatan detektor, baru bergabung setelah tiga bulan. Pada hari pertama, kyrkill itu sudah ditemukan, tetapi belum jelas sebesar apa dimensinya. Seminggu kemudian, kyrkill itu ditemukan: menutupi nyaris setengah permukaan sebuah gunung kecil, dengan ujung tubuhnya sedikit menyentuh muara sungai tempat Viri dan regunya berkeliling. Setengah permukaan tersebut kurang lebih memiliki luas tiga puluh kilometer persegi. Tempatnya bersarang pun bukan di atas air maupun tanah, melainkan di antara dahan-dahan pepohonan.

Rekor kyrkill terbesar di dunia sebelumnya, ditemukan di benua hanya sebesar lima puluh meter persegi.

Satu-satunya alasan kyrkill itu tidak langsung melahap para manusia pastilah karena sinar matahari yang terik, serta banyaknya suplai binatang di sekitar sana. 'Ia' sudah cukup kenyang.

Setelah melaporkan penemuan ini, didatangkanlah kemudian tiga personil khusus lain, dengan kekuatan yang umumnya sebagai penjerat (binding), penghadang (barrier), dan medis khusus manusia super. Untuk dua tahun lebih dua bulan, para regu pendukung sudah menghabiskan banyak alat penjaring, penghadang, dan kerangkeng khusus xenobeing, para personil khusus sudah terbiasa naik-turun gunung untuk mengejar bagian tubuh kyrkill yang melata kesana-kemari, personil khusus medis terbiasa pingsan setiap dua hari sekali dilaksanakannya pemburuan, mengingat kemampuan regenerasi xenobeing sangat tinggi. Khususnya yang dimanjakan dengan suplai nutrisi berlimpah, seperti kyrkill di daerah tropis. Terlebih, dalam periode dua hari istirahat tersebut, kyrkill selalu dapat meregenerasi tubuhnya lagi sepanjang lima puluh meter.

Setelah setahun dan personil khusus dengan kekuatan menghadang—membentuk kerangkeng gaib agar bagian kyrkill yang diburu tidak kabur, serta bagian kyrkill lain tidak mengganggu prosesnya—gugur di tengah aksi. Pada tahun kedua didatangkan dua personil penghadang baru. Departemen Anti-Xeno mengirimkan sekumpulan alat termutakhir, sebagian besar didonasikan dunia internasional secara berkala, yang memang makin mempermudah proses 'penghangusan' kyrkill ter-raksasa di dunia ini. Sayangnya pemermudahan itu berlangsung sebulan lebih lima hari saja, tetapi seluruh tim tidak ada yang berani mengeluh.

Begitu inti pati si xenobeing akhirnya dihancurkan bersama dengan sisa-sisa terakhir dari tubuh kyrkill 'hangus' dari tekanan telekinesis Viri, pertama seluruh tim menyusuri seluruh area tigapuluh kilometer persegi yang sebelumnya merupakan tubuh kyrkill. Baru lah, semua orang bersorak sorai sambil tumbang ke atas tanah, dan tidak sedikit yang menangis sesenggukan, lepas dari jadwal dua hari sekali selama minimal enam jam setelah matahari terbenam bertaruh nyawa dengan gurita-karpet tukang es. Apalagi xenobeing ini secara efektif hanya dapat dibinasakan oleh satu orang, maka seluruh tim pun memiliki tugas sekunder untuk menjaga kondisi dan situasi Viri seoptimal mungkin.

Mereka yang sungguh awam akan menganggap Viri adalah orang paling santai di operasi ini. Nyatanya, jelas tidak. Di lapangan, Viri berperan sebagai satu-satunya penyerang, perancang taktik, dan pemimpin tim. Di barak, Viri berperan sebagai pemimpin operasi, dengan tugas mengawasi serta mengatur se-lu-ruh tetek bengek dalam operasi, terutama logistik dan pelatihan anggota tim. Tak jarang pula dia perlu menghadap para petinggi untuk berdebat, menuntut lebih banyak dukungan dan bantuan dalam operasi sekaligus pertanggungjawaban keberlangsungan operasi. Bahkan Viri menyempatkan waktu untuk hadir dalam berbagai jenis konferensi pers, nasional maupun internasional, dari ruang kantornya di Girsiang.

Penutupan OPKG pun perlu dikepalai Viri, sehingga Viri masih sibuk kesana kemari atau duduk di kursi mengurus administrasi dengan kondisi tubuh yang makin rileks makin terasa babak belur.

Keluar dari Girsiang, Viri diperintahkan kembali ke Ibukota Karipura sebelum pulang ke kota asalnya. Istirahat tiga harinya masih diselingi pelengkapan administrasi untuk penutupan operasi Girsiang. Hari keempat diadakan penghargaan prestasi untuk seluruh personil khusus yang terlibat, termasuk yang telah gugur, dihadiri langsung oleh Perdana Menteri sekaligus Maharaja negara, diikuti penghargaan tim lapangan. Kemudian Viri perlu melalui enam jam perayaan tertutup bersama para politikus dan anggota monarki. Hari kelima, Viri kembali beristirahat menyambi sisa administrasi yang belum tuntas total. Hari keenam, Viri dan seluruh anggota tim terbang selama delapan jam ke belah dunia lain lantaran di hari ketujuhnya dia akan menerima penghargaan dari organisasi Anti-Xeno internasional; satu medali pribadi yang memang dibuat untuk para personil khusus (tiap personil khusus OPKG menerima medali), dan satu lagi untuk seluruh tim yang terlibat. Tiga hari setelahnya masih berkutat pada perayaan, konferensi pers, dan lagi-lagi, perayaan.

Hari keduabelas, Viri kembali ke negara asalnya. Hari ketigabelas, pada pagi hari, departemennya secara resmi memberikan Viri cuti berbayar untuk tiga bulan kecuali jika ada kondisi darurat. Tepat siang harinya Viri selesai mengemas barang dan segera kembali ke kota asalnya: Kota Suddakarta.

Rumahnya berada di antara perbukitan Taruma dengan pemandangan langsung pada kelap metropolitan di dataran rendah. Depan pintu masuk, begitu mobil dinas berhenti, wanita paruh baya yang telah menjadi ART rumah Viri selama setengah dekade keluar, menyambut dengan riang dan semangat, "Non! Non sudah balik! Bibi liat Non di televisi, hebat banget Non muncul di sini sama di luar negeri! Hebat banget Non, syukur Hyang Kersa masih lindungin Non!" kemudian dirinya sigap mengambil koper yang diturunkan, "Non langsung istirahat saja, Non pasti capek! Aduh, dua tahun, lama banget dua tahun Non dinas mati-matian di antah berantah...." lanjut mencerocos untuk memuji-muji tulus atas segala prestasi Viri yang telah disiarkan publik.

Viri mengiyakan, menerima dengan rendah hati; "Memang sudah tugas saya, Bi. Saya lapar, sudah masak?"

"Sudah, Non! Sudah siap semua di dapur, minta putra saya—" mereka sudah masuk rumah, maka Bibi segera berseru: "Yong! Yooong! Non mau makan, bawa makanannya keluar!"

"Makasih, ya, Bi."

"Ah gak usah, gak usah lah, Non!" Bibi tertawa. "Bibi beresin kopernya Non, ya. Kalau mau apa-apa langsung minta aja ke A'yong, Bibi kemarin beli buah-buahan sama keripik yang Non suka. Non kalau mau suruh A'yong aja, kalau masih pengen makan gak pa-pa, suruh A'yong aja."

Viri mengangguk, langkahnya belok ke ruang makan dan Bibi lurus ke tangga menuju lantai dua.

A'yong, selain ponakan dan asistennya Bibi, bekerja juga sebagai tukang kebun. Umurnya sekitar enam tahun di bawah Viri. Tahun kemarin Viri mendapat kabar A'yong masuk perkuliahan kelas karyawan, lantaran setelah lulus pendidikan wajib orang tuanya tidak memiliki dana cukup untuk perguruan tinggi. Dia pun menyapa Viri dengan semangat dan riang, tetapi lebih pendiam, sibuk menyajikan piring berisi makanan. "Kalau mau diangetin bilang aja, Kak," katanya setelah selesai mengeluarkan sajian.

Viri hanya mengangguk. Bibi memasak jamuan yang paling dia kuasai: ikan goreng, sop berbumbu kental, dan tempe goreng. Begitu Viri mulai makan, A'yong tahu-tahu sudah kembali ke dapur.

Untuk sisa harinya, Bibi dan A'yong sama-sama tidak mengganggu Viri, tetapi Viri dapat mendengar obrolan mereka dengan supir. Ketiganya tinggal di sisi lain rumah yang memang ditujukkan untuk tempat tinggal karyawan rumah tangga, dengan akses langsung ke dalam rumah utama melalui dapur atau pintu depan.

Viri berbaring di tengah sofa ruang tengah sekitar setengah jam. Dia bangkit, mandi, lalu berbaring di kasurnya sembari memegang ponsel, kali ini berkiagatn menjawab panjang dan serius pada para anggota keluarga Surawisesa, dengan pertalian darah jauh dari monarki provinsi Sudda. Walau rakyat provinsi Sudda sudah lebih dari satu abad lebih meninggalkan sistem monarki dan sepenuhnya mendukung Parlemen, semenjak pertama didirkan sekurangnya dua abad yang lalu. Di jaman ini yang masih memedulikan kebangsawanan di Sudda hanyalah para turunan ningrat, yang sayangnya termasuk keluarga Surawisesa.

Bagaimanapun, para turunan ningrat di Sudda memiliki ciri pembeda dari provinsi lain yang masih kental aristrokasinya: menamai turunan mereka dengan bebas, tanpa memedulikan asal kata atau makna. Tidak ada pula penambahan gelar ningrat berupa 'Raden' atau 'Sri'. Maka dari itu nama lengkap Viri adalah Viridian, kata dari bahasa luar yang sebenarnya merujuk satu jenis warna hijau. Panggilan kecilnya 'Dian', masih digunakan hanya oleh para orang tua dalam keluarga Surawisesa. Sepupu maternal Viri pun ada yang dinamakan 'warna', yaitu Vermilian, satu jenis warna merah. Panggilan kecilnya 'Lian', yang masih digunakan sampai sekarang.

Topik yang mereka bawa, di luar persoalan kyrkill Girsiang, adalah: Dian, kapan mau nikah? Lian udah nikahin suami ketiga, loh, padahal lebih muda dari kamu! Kalau ada kenapa-napa kalau kamu lagi misi kayak kemarin gimana? Kamu udah mau tiga puluh, kalau keburu menopause nanti siapa yang jadi pewarismu... Biar gak kesepian juga di rumah kan kamu sendiri terus....

Viri menghela napas panjang-panjang.