Hanako menangis tersedu-sedu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ingatannya kembali dengan sempurna.
Dia tidak ingat berapa lama dia menangis. Bagaimana mungkin dia menyebabkan Kiyoshi bertanggung jawab dengan kewajibannya menjadi Demon King.
"Kenapa? Kenapa kamu melakukannya?" suaranya begitu serak.
Dia kini berlari menuju pintu kamar itu. Dia ingin membukanya, namun percikan listrik menghalanginya keluar.
Hanako mundur beberapa langkah. Dia jatuh terduduk. Menangis lagi.
Dia menelungkupkan wajahnya. Memeluk pahanya.
Dan akhirnya dia akhirnya sadar. Tidak ada yang akan berakhir jika dia hanya menangis. Dia mulai menarik buku-buku yang berada di lemari di pojok kamar itu. Menaruhnya ke tengah di sekitar penerangan satu-satunya yang hanya ada di tempat gelap itu. Mulai menyusur diagram-diagram ritual di tiap lembar, dan seakan menyusun sesuatu di pinggir-pinggir kertas di buku-buku itu.
Sesekali Hanako mengusap dengan kasar air mata yang masih mengalir di pipinya.
"…Tunggu aku Kiyoshi. Aku akan menyelamatkanmu." Ucapnya dengan yakin.
Masih menulis. Dan menulis. Namun sesekali dia berhenti dan menangis keras.
"Kenapa kamu melakukannya? Apa yang telah aku lakukan hingga kamu membalas budi sebesar ini?" dia menangis lagi.
"Aku tidak begitu pantas untuk kamu cintai sebesar ini, Kiyoshi…"