Kiyoshi menatap bekas tinjunya yang membuat dinding itu retak. Beberapa sentimeter di sebelah tinjunya ada wajah salah satu siswa yang selalu mengganggunya.
"Kiyoshi!" suara Gerald membuatnya menarik tinjunya dari dinding itu.
"Kamu." Kiyoshi menunjuk siswa di depannya yang masih terbelalak kaget dan takut menatapnya. Lalu Kiyoshi menatap siswa lain. "Dan kamu semua…" lanjutnya. "Aku tak akan lagi diam, jika kamu melakukan hal bodoh seperti ini lagi padaku."
Kiyoshi berbalik pergi meninggalkan siswa-siswa yang mengganggunya dan juga beberapa siswa yang juga melihat kejadian itu.
Gerald berlari menyusul Kiyoshi. "Hei, kamu tak apa?"
Kiyoshi hanya diam.
"Hei, ini tidak seperti dirimu."
"Bukankah kamu sendiri yang menyuruh aku untuk tidak tinggal diam?"
Gerald hanya diam. Dia tidak melarang Kiyoshi membalas mereka. Tapi dia hanya khawatir karena Kiyoshi tidak seperti dirinya. "…Aku hanya khawatir padamu."
"…Aku tidak apa." Jawab Kiyoshi sambil mengeluarkan sayapnya dan pergi.
Kiyoshi terbang melewati gerbang tempat para angel berada. Perbatasan yang sudah hapal di ingatannya. Dia dengan cepat menuju tempat yang selalu dia datangi.
Tak seperti biasanya, dia mendarat dengan cepat. Membuat angin yang meniup sekitarnya dan menyebabkan tempat itu berhamburan.
Dia berjalan pelan menuju tempat berbunga. Dan berjongkok di sana. Dengan pelan dia mengambil satu per satu bunga. Dan mencoba merangkainya. Entah untuk berapa lama.
Kiyoshi menatap lingkaran bunga yang dia buat. Lalu dia menghela nafas.
"…Benar-benar tidak berbakat." Ucapnya tersenyum pahit. Menatap sekitar. "…Apa kamu benar-benar tidak akan bertemu denganku lagi?" Kiyoshi menaruh lingkaran bunga yang dia buat. Di sampingnya sudah banyak lingkaran bunga lain. Dan beberapa sudah tampak layu.
"…Aku benar-benar rindu padamu Seina."