"Woahhh…" Mata Seina membesar. Dia tampak kagum sekali melihat yang baru saja Kiyoshi lakukan. "Kamu sudah dapat melakukan itu?" Seina kini memperhatikan sekitarnya, dampak dari kekuatan sihir yang baru saja Kiyoshi keluarkan.
Kiyoshi turun perlahan, memperlihatkan Seina lebih dekat sayapnya yang putih bersih yang sekarang lebih besar dari sayap Seina.
"Sayapmu juga sekarang lebih besar." Seina bergumam pelan. Dia menyadari sayap dan tubuhnya masih sama seperti waktu pertama kali Kiyoshi dan dia bertemu.
Kiyoshi menghilangkan sayapnya dari pandangan.
"Oh, kamu dapat menyembunyikan sayap?"
Kiyoshi mengangguk. Lalu dia menyadari kalau Seina tidak pernah menyembunyikan sayapnya. "Apa kamu tidak dapat melakukannya?"
Seina menggeleng.
"Seharusnya demon dapat juga melakukannya."
"Aku tak tahu bagaimana caranya."
Kiyoshi tampak berfikir. "Dimana aku dapat mencari buku tentang demon?"
"Ah, jangan!" Larang Seina menyadari apa yang akan Kiyoshi lakukan. "Kamu sudah cukup sibuk. Jangan mencari tahu hal-hal yang tidak penting."
"Apa maksudmu? Semua tentangmu penting bagiku."
Seina memutar bola matanya. "Hei, apa kamu di sana belajar menggoda wanita?"
Kiyoshi tertawa. "Tapi aku serius. Aku akan coba mencari tahu."
"Itu tidak perlu."
"Kenapa?" tanya Kiyoshi penasaran, duduk di samping Seina. Dia tahu kalau Seina tidak memiliki teman demon lain yang dapat dia tanya.
"…Hanya…" Seina tampak ragu. "Itu tidak begitu penting." Kini setelah mereka duduk bersampingan, Seina menyadari hal yang harusnya dia sadari beberapa waktu lalu. Tubuh mereka tidak lagi sama. Kiyoshi semakin dewasa, dan Seina masih berukuran sama.