"Hei, kamu selalu menurutiku selama ini kan?"
Abaddon menatap Hanako.
"Aku ingin kamu mengikuti perintahku lagi kali ini. Dan jangan bertanya."
Abaddon tidak menjawab Hanako. Dia melihat Hanako masuk ke dalam ruangannya. Dia hanya diam berhenti di pintu masuk.
"Tunggu apa? Masuklah." Ucap Hanako menyadari Abaddon tidak mengikutinya masuk ke dalam ruangan itu.
Abaddon melangkah masuk. Dia sempat tertegun sejenak karena akhirnya dia dapat masuk ke dalam ruangan yang selama ini menolaknya. Abaddon memperhatikan sekitar ruangan itu. Gelap.
Setelah Abaddon masuk dan berada di dalam. Hanako menutup pintu itu. Dia berjalan melewati Abaddon dan membuat lingkaran di tengah ruangan dengan darahnya.
Abaddon hanya memperhatikannya. Ini bukan kali pertama Abaddon melihat kejadian ini.
"Berdiri di sini." Perintah Hanako menunjuk ke dalam lingkaran yang dia buat.
Abaddon diam. Dia tidak ingin melakukannya. Tapi tatapan Hanako membuatnya melakukannya.
Abaddon melangkah masuk ke dalam lingkaran itu. Dan kini dia memperhatikan Hanako yang menyeret beberapa tas kantung besar ke dekatnya, lalu membukanya. Kantung itu berisi banyak batu permata transparan yang terlihat ada ukiran yang terasa tidak asing di mata Abaddon, membuat perasaan Abaddon tidak enak.
"Hei, aku merasa tidak enak tentang semua ini." Abaddon mencoba berbicara dengan Hanako yang kini seperti serius sekali menyusun sebuah diagram di sekitar lingkarannya.
Hanako tidak menjawabnya. Dan Abaddon akhirnya merasa dia tidak ingin berada di sana. Dia melangkah untuk keluar, namun kilatan listrik membuatnya tak dapat keluar.
"Kamu tidak dapat keluar sampai ritual ini selesai."
"Apa maksudmu? Itu tidak mungkin-" Abaddon mencoba sekali lagi untuk keluar, tapi kilatan listrik membuatnya tetap berada di sana. Kini dia dapat melihat ada dinding transparan yang mengelilinginya.