*
*
"Kamu sudah tahu itu. Lalu kenapa sekarang kamu memutuskan untuk berbicara denganku."
Hanako tidak menjawabnya. Dia memandang Abaddon lekat.
Abaddon juga tidak tahu harus berkata apa.
"..Abaddon." suara panggilan Hanako membuat Abaddon tersentak dan menatap Hanako. "Itu namamu kan?"
Mata Abaddon membesar saat mendengar Hanako dapat mengucapkan namanya. Tapi dia lebih kaget lagi saat mengetahui mata Hanako yang berwarna cokelat kini sudah berwarna merah. "Matamu…"
"Tidak masalah, orang lain tak dapat melihat warna mataku." Ucapnya cuek. "Ah tapi Nenek mungkin bisa melihatnya."
"…Aku dapat membuat ilusi untuk penglihatan manusia." Abaddon mendekatkan tangannya menyentuh mata Hanako, membuat Hanako menutup matanya. Abaddon melepaskan tangannya perlahan, menatap mata Hanako yang juga kini terbuka dan menatapnya lekat. "…Aku sudah selesai."
"…Apa aku perlu mengucapkan terimakasih?" Hanako bersuara dengan pelan namun terdengar begitu ketus.
"…Tidak." Abaddon hanya menjawab singkat. Dia merasa Hanako di depannya begitu asing.
"Jadi apa yang ingin kamu katakan?"
"Aku?"
"Kamu selalu mengikutiku kemana-mana, kamu pasti memiliki sesuatu yang ingin kamu katakan padaku."
Abaddon terdiam sejenak. Dia tersenyum. "Aku tidak memiliki sesuatu yang ingin ku katakan padamu."
"Lalu kenapa kamu selalu mengikutiku?"
"Aku hanya merasa menyenangkan mengikutimu." Ucap Abaddon ringan. Bahkan dia pun tahu, jawaban itu tidak akan membuat Hanako puas mendengarnya.