"Apa ada yang Ms. Hana inginkan lagi?" Ria masih tampak cemas berdiri masih memegang nampan. Ada mangkok kosong bekas bubur di sana.
Hanako menyendok puding yang dia pegang. "Aku sudah bilang aku tidak apa-apa."
"Tapi sudah dua minggu…"
"Biarkan aku tidur sebentar, oke?" ucap Hanako sambil tersenyum.
Setelah Ria pergi dari kamarnya dan menutup pintu, Hanako menatap ujung kamarnya. "Hei, keluarlah."
Tidak ada jawaban apa-apa.
Hanako menghela nafas. Dia menghabiskan puding di mangkok plastik kecil itu. Lalu dia melemparkan mangkok bekas puding itu ke arah ujung kamarnya.
Abaddon menangkap mangkok itu dan keluar dari bayangan.
"Aku tak tahu kalau kamu suka kekerasan. Apa kamu masochist?" Hanako menatap Abaddon yang tak memandangnya, matanya memandang mangkok kecil yang dia pegang.
Abaddon berjalan mendekat dan menaruh mangkok itu di meja di samping tempat tidur Hanako. Dia tidak menjawab apa pun.
"Kenapa kamu diam? Apa kamu tidak bisa berbicara?" pertanyaan berondong Hanako tidak membuat Abaddon balik menatapnya.
"Jadi selama ini kamu dapat melihatku?" Akhirnya Abaddon membuka suara.
Hanako mengangguk.
"Lalu kenapa kamu tidak pernah berbicara lagi padaku setelah malam itu?"
"Kamu sepertinya tidak suka jika aku berbicara denganmu. Kamu terlihat begitu sedih." Ucap Hanako dengan santainya.
"Kamu sudah tahu itu. Lalu kenapa sekarang kamu memutuskan untuk berbicara denganku."