Chereads / Price of Feathers / Chapter 70 - Chapter 042

Chapter 70 - Chapter 042

"Nek aku butuh cuti!" Hana tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu. Semua mata memandangnya.

Nenek menghela nafasnya, terlihat mencoba menahan kesal. "Dapatkah kita bicarakan nanti?"

Hanako tersenyum dan menggeleng. "Aku butuh cuti." Ulangnya. Dia melambai ke seseorang yang berada di samping Nenek yang kini dia-dan semua yang berada di sana-memandangnya.

"…Berapa lama?"

Hanako sempat diam. Lalu dia kembali tersenyum. "..Seminggu?" dia memutar bola matanya. "Dua minggu!" ucapnya lebih pasti.

"Baiklah."

"Terimakasih Nenek." Ucap Hanako terlihat riang. "Aku permisi dulu." Kini suaranya terdengar lebih sopan. Dia membungkuk sebentar dan pergi menutup pintu.

"Berhati-hatilah." Ucap Nenek pelan menatap pintu yang telah ditutup.

Raut wajah cerah Hanako berubah tepat saat pintu itu tertutup. Dia tampak begitu serius.

"Ms. Hanako…" suara Ria membuyarkan apa yang dia sedang fikirkan.

Hanako mencoba tersenyum dan menatap Ria. "Aku akan absen dalam beberapa waktu, Ria." Dia menggenggam tangan Ria. "Aku akan memasang barrier, tapi jangan biarkan seseorang masuk ke dalam ruanganku, seperti biasa." Dia tercekat. "Juga… kamu jangan masuk kesana." Dia bersuara tenang.

Ria menatap Hanako, kalimat terakhirnya membuatnya kaget. Hanya dia yang diperbolehkan masuk ke ruangan itu. Tapi kali ini dia pun tidak diperbolehkan.

"Tenang, aku akan baik-baik saja." Ucapnya menenangkan. "Mungkin." Lanjutnya dalam hati. Tapi dia tidak berniat untuk mengatakannya.

Hanako pergi dari tempat itu. Dan berjalan ke arah ruangannya. Sebelum dia masuk ke dalam ruangan itu, sejenak Hanako memandang ke arah sudut gelap. Entah apa yang dia lihat, tidak ada apa pun di sudut itu.

Hanako membuka pintu itu dan menutupnya. Lalu berbalik menatap pintu itu. Bergumam dengan cepat dan panjang sambil menutup kedua matanya. Kedua telapak tangannya menempel di pintu. Dan sesaat kemudian ada aliran cahaya yang mengalir dari tempat yang ditutup oleh telapak tangannya, membentuk diagram-diagram tak terbaca menutupi seluruh dinding ruangan itu.

Hanako berbalik, dan kini menatap kotak peti itu dan membukanya lebar.

Dia mengeluarkan semua isinya dan menumpuk di tengah sebuah lingkaran diagram yang berwarna merah. Tangannya masih terluka bekas dia mengeluarkan darah untuk melukis diagram lingkaran itu.

Lalu Hanako duduk bersila di depan tumpukan batu hitam legam yang masih memiliki kabut sedikit di sekitarnya.

"Jadi mari kita mulai." Ucapnya sambil mengambil salah satu batu yang paling kecil dan menggenggamnya erat. Menutup mata dan mulai berkonsentrasi.

Perlahan batu itu menghilang dari genggaman tangan Hanako, dan membuat Hanako terlihat kesakitan. Keringat membasahi keningnya dan saat batu itu benar-benar menghilang dari tangannya, dia membuka mata terengah-engah. Air mata mengalir di pipinya. Dia mengusapnya dengan cepat dan mengambil lagi dua batu dan menggenggamnya di kedua tangannya.