Hanako mendekati Ayahnya yang sedang duduk sendiri menatap langit malam itu.
"Hai, pria tampan…" sapanya tersenyum. "Boleh aku bergabung?" dia tertawa melihat Ayahnya hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ibumu sudah tidur. Sepertinya dia kelelahan." Jawab Ayahnya tanpa perlu Hanako menyebutkan pertanyaannya.
"Dad…"
"Ya?"
"…" Hanako terdiam sejenak. Seperti dia sedang mengatur kalimatnya. "Apa Kak Haru…" dia tercekat lagi.
"Haruki dan Haruto baik-baik saja. Mereka berencana akan kembali ke rumah setelah lulus."
"Baguslah." Hanako terlihat lega.
"Mereka awalnya marah."
Hanako kaget mendengarnya. "Marah kenapa?"
"Mereka mengira kalau kamu pindah ke kuil karena mereka."
Hanako tertawa tawar. "Harusnya aku yang bilang pada mereka, kalau mereka keluar dari rumah karena aku."
Ayahnya tertawa. "Kalian benar-benar kakak beradik yang saling menyayangi."
"…Dad, apa mereka benar-benar tidak pernah menyalahkanku selama ini?"
"Kenapa kamu tidak menanyakannya sendiri? Bertanya padaku seperti ini, tidak seperti kamu, Hana."
Hanako terkekeh. "Aku sudah menanyakannya."
"Lalu jawaban mereka apa?"