Nenek Hanako menghela nafas panjang lalu menyelimuti Hanako. Dia menatap Hanako yang sedang tertidur, lalu mengelus rambutnya lembut.
Suara ketukan pintu membuatnya berbalik.
"Masuk." Ucapnya membuat seseorang membuka pintu dan masuk dengan wajah cemasnya.
"Hana?"
"Dia baik-baik saja." Nenek menatap wajah Ibu Hanako yang kini menghela nafas lega. "Biarkan dia menginap disini malam ini."
Ibu Hana mengangguk.
"Dimana suamimu?"
"Dia di luar. Karena dia tahu tidak boleh masuk ke dalam kuil."
Nenek Hana mengangguk. "..Setidaknya kamu memilih orang yang benar." Ucapnya dengan suara yang lebih pelan dari normalnya.
Ibu Hanako tersenyum kecil. "…Ibu, apa Ibu tahu apa yang dicari Hana?"
Nenek menggeleng. "Aku tidak tahu, tapi itu sepertinya penting untuknya."
Ibu Hanako mengelus rambut Hanako. "Apa dia akan baik-baik saja?"
"Aku juga tidak tahu tentang itu. Tapi, aku tahu tidak ada yang dapat menghentikan Hana untuk mendapatkan apa yang dia inginkan." Kini Nenek tersenyum menatap Ibu Hanako. "…Bukankah sifat keras kepalanya mirip dengan kita?"
Ibu Hanako tertawa.
"…Seharusnya sifat suamimu yang turun ke Hana. Kenapa harus sifat keras kepala kita?" kini Nenek menggenggam tangan Ibu Hana. "Bagaimana dengan kakak-kakak Hana?"