*
*
Hanako lalu menghentakkan sosok itu ke lantai dengan keras. Sosok itu tampak kaget dan kesakitan. Tangan Hanako masih tetap di leher makhluk itu. Mencengkeram dengan begitu erat.
Lalu dia menaruh batu itu ke dalam mulut makhluk itu. Memaksanya untuk menelan batu yang lumayan besar itu. Makhluk itu tampak bergetar dengan hebat. Dan semakin batu itu terlihat tertelan dalam kegelapan, sosok itu terlihat semakin menggigil.
"Jadi anak baik, dan cepatlah pindah. Aku tidak punya banyak waktu." Ucap Hanako dengan tajam. Dia kini melepaskan cengkeraman di leher makhluk itu dan menekan kening makhluk itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya masih menekan batu itu masuk kemulutnya.
Hanako lalu bergumam seperti merapal sesuatu. Matanya kini berwarna merah pekat.
Dan rapalan Hanako berhenti saat makhluk itu menghilang. Masuk ke dalam batu yang kini berwarna hitam pekat.
Hanako menghela nafas panjang. Jatuh terduduk memejamkan mata sejenak. Dia mengusap keringat di lehernya. Lalu dia terbatuk. Tangannya otomatis menutup mulutnya dan dia melihat darah di telapak tangannya.
"…Sepertinya aku terlalu memaksa diriku." Dia menyengir. Lalu menatap anak laki-laki yang kini terlihat akan sadarkan diri.
Hanako mengambil batu hitam gelap yang masih memiliki sedikit kabut hitam di sekitarnya itu dan memasukkannya ke dalam kotak yang ternyata memiliki banyak batu seperti itu dan memiliki beberapa warna lain.
Hanako sejenak terlihat memikirkan sesuatu sebelum dia menutup kotak itu.
Anak laki-laki itu mengerang. Dia memegangi kepalanya dan mencoba untuk bangun perlahan.
Hanako mendekat dengannya. "Apa kamu merasa kesakitan?" ucapnya sambil menatap anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu seperti belum sadar sepenuhnya. Dia menatap balik Hanako yang berada dekat sekali dengannya. Dia memegang bagian dadanya.
"Bangunlah." Hanako membantu anak laki-laki itu untuk bangun dan perlahan keluar dari ruangan gelap itu.
Di luar Ria terlihat sedang menunggu dengan cemas. Wajahnya terlihat pucat. Namun senyumnya kembali saat melihat Hanako keluar. Dia langsung membantu anak laki-laki itu dan memanggil beberapa orang lagi untuk membantunya.
"Ms. Tidak apa-apa?" tanyanya khawatir setelah menyerahkan anak laki-laki itu kepada beberapa orang yang berpakaian mirip dengannya.
"Aku tidak apa-apa." Hanako mencoba untuk tersenyum, dan mengurangi kekhawatiran Ria. Tapi dia merasa kepalanya begitu berat. "…Panggil ibuku." Ucapnya sambil perlahan duduk di depan pintu.
"Baik-" Ria tercekat saat melihat Nenek Hanako menghampiri mereka. "Ketua…"
"Tidak perlu. Bawa Hana ke kamarku." Ucap Nenek itu sambil berjalan menuju kamarnya.