Ria mengulurkan segelas es jeruk dan Hanako menerimanya.
"Terimakasih, Ria." Ucapnya cepat sambil meminum es itu.
"Apa sudah selesai?"
Hanako menggeleng. "Mana ibunya?"
"Dia berdoa di kuil."
Hanako tampak berfikir sejenak. "Tawarkan untuk menginap di kuil." Ucapnya cepat sambil berdiri. "Apa barang yang aku pesan tadi sudah datang?"
Ria mengangguk dan ikut berdiri di samping Hanako. Dia mengeluarkan bungkusan dan menyerahkan ke Hanako.
"Terimakasih, Ria." Hanako tersenyum pucat.
"Apa Ms. Hanako akan masuk kembali?"
Hanako mengangguk. "Aku harus segera menyelesaikannya." Ucapnya dengan tekad.
Ria menarik tangan Hanako. "…Jaga diri, Ms. Hanako."
"Tentu." Ucapnya tersenyum membuka pintu.
Namun saat pintu tertutup kini dia menatap anak laki-laki itu yang kini tertidur di tengah. Hanako menghela nafas dan menoleh menatap sesosok yang duduk bersila di dekat tubuh anak itu.
"…Kamu sudah keluar, akhirnya." Hanako membuka bungkusan yang masih berada di tangannya.
Sosok itu hanya diam menatap Hanako. Namun saat Hanako mengeluarkan sebongkah batu, sosok itu langsung menguap menjadi kabut asap dan menyergap Hanako.
Hanako menggenggam batu itu dengan tangan kiri nya dan dengan tangan kanannya dia mencekik sesuatu. Tak lama kabut hitam pekat itu berubah, terlihat menjadi sesosok manusia, dan Hanako sedang mencekik lehernya.
Sosok hitam pekat itu terlihat meronta dengan kasar. Dan goresan-goresan kini tampak di lengan kanan Hanako yang terkena rontaan sosok itu.
Tapi wajah Hanako tetap terlihat tenang. Hanya matanya yang terlihat semakin merah.
Hanako lalu menghentakkan sosok itu ke lantai dengan keras. Sosok itu tampak kaget dan kesakitan. Tangan Hanako masih tetap di leher makhluk itu. Mencengkeram dengan begitu erat.