"Woii? Sorak teman teman yang lagi menjemur kainnya. Ada yang membawa pulang ke rumah, gak?"
Hari minggu begitu cerah, banyak gadis-gadis di asrama berjogging seputaran komplek. Mereka sangat happy menikmati liburan pagi bercanda hangatnya sang bagaskara yang mulai menerobos melewati jendela.
Kesibukan penghuni asrama begitu hingar bingar, dengan aktivitas masing-masing dan bermacam tingkah.
Suasana berubah lengang di waktu menunjukkan sepenggalah. Para penghuni memasuki asrama berlindung dari terik.panas. Angin sepoi menyibakkan gorden ruangan depan terasa menina bobokan. Informasi tentang kehilangan jemuran sudah terjadi dua kali di komplek asrama. Hal itu berhubungan dengan keamanan di area komplek sangat melemah.
Bunyi gonggongan anjing pertanda ada seseorang yang beraksi di belakang bangunan asrama, tidak ada satu pun yang menghiraukan peristiwa itu.
Mar Bett dan Ranti sangat menarik perhatian dan penasaran. yah, seorang gadis miskin dari desa tertantang mulai menyelidiki asal muasal suara anjing dan peristiwa kehilangan jemuran. Ia berjanji pada dirinya sendiri, mencari tau keberadaan sederetan jemuran di belakang asrama menghilang begitu saja, dikuti nyalak anjing bersahutan.
"Padahal jemuran Mar Bett tidak ada yang hilang satu pun, aneh! Mungkinkah punyanya tak berkelas? Iya, iya....sangat kontras," gumam Mar mengamati lokasi kejadian.
Mar Bett dan Meranti mengobrol di samping jemuran kain penghuni asrama yang sudah dibawa kabur oleh maling. Beberapa teman ada yang nangis-nangis karena ada beberapa titipan baju orang, mungkin ia harus menggantikannya.
Gadis muda yang akan menelusur tiap celah jalanan semak di belakang asrama. Kebiasaan dari keluarga tak berpunya, mereka sangat tertantang memecahkan sebuah challenge.
Tanpa mempertimbangkan risiko, keduanya bersepakat mencari pelaku secara diam-diam tanpa memperhitungkan bahaya yang mengintai.
Mar Bett sangat konyol dan Meranti si pemberani. Keduanya sepakat menuruni bukit melewati daerah aliran menuju lembah perbukitan. Mereka benar-benar pengen mengungkap misteri di balik kejadian hilangnya jemuran di asrama putri.
"Ranti, yuks kita berangkat."
"Hati-hati menuruni terjal,"
Mar nyerah, deh! Kalo memapah bobotmu, say?" Mar Bett mengingatkan junior agar kebih hati-hati.
Entah, Ranti sangat berani hingga tak peduli omongannya. Anjing menyalak pun ia sosor tak bergeming.
"Ranti, tungguu!!
"Mar takut tau ...!!" pelan pelan aja, kita nggak mau repot-repot melakukan telusur seperti ini.
"Kita kurang kerjaan, banget?"
"Hehee!!" tawa nyengir keduanya.
Ranti, membawa tongkat sebagai pengait di jalanan. Ia tidak menggubris omongan Mar Bett.
"Tenang, sis....Aku si Ranti yang masih waras. Kok Mar Bett takut silakan, mundur. Sok aksi Ranti, hendak egois. Tapi jangan buru-buru, sis? Langkahi dulu mayat temanmu dulu.....hahaa."
"Uhuk..uhukk...
Mar Bett dan Ranti kini tengah menyusuri jalan semak belukar dengan tenang. Gerakan kaki yang bergesekan menimbulkan suara patahan ranting. Mereka menoleh ke belakang dan mengedarkan pandangan lurus. Lalu hening dan mengendap-ngendap.
Ide kedua gadis menjadi detektif sangat kreatif berpetualang seperti di cerita yang pernah mereka baca. Saat hari menjelang petang, seluruh area sudah dijelajahi, hasilnya nihil.
Mengurangi rasa penat, mereka pun sejenak beristirahat di bawah pepohonan.
"Ranti, capek nich! Yuk, kita ngaso bentar. "Bawaan bekal dihabisin dong!" kumat ganjen ala Mba Ranti melahap semua bentuk makan tanpa bersisa.
"Mar Bett! Mar Bett!!
"Apa kau masih ingat kita makan rame-rame saat ada api unggun? Kangen gak ya?"
"Iya, mana bisa Mar lupain hal gituan. Jiwa petualangan pun bisa kumat." keduanya tertawa tanpa menyadari waktu telah beranjak petang.
"Let's go, friend....!"
Setelah puas melemaskan otot-otot dan menikmati bawaan bekal nasi dengan lauk alakadarnya. Mereka pun melanjutkan misi hunter.
Sungguh keduanya sangat bersemangat demi tugas mulia, mencari jemuran yang hilang. Tidak seperti teman lainnya sedang bercengkerama di kamar masing-masing, atau bahkan ada yang sedang menikmati perjalanan mimpi indahnya.
Jalanan diarahkan kembali ke jalan pulang, mengingat ada area.yang belum terjamah oleh Mar Bett dan Ranti. Di rerimbunan tumbuhan semak, ada sebagian terlihat agak renggang menembus celah kosong. Sinar matahari menerobos melalui beberapa sudut celah menandakan tempat itu ada tanda-tanda berjejak.
Mar Bett dan Ranti memperhatikan sekeliling, lalu mengedarkan pandangan ke arah yang akan di susur. Aku yakin ada sesuatu di balik semak-semak yang tertutup dan tersembunyi menambah penasaran hati. Mar Bett keliatan sedikit tegang dan was-was, bertemu dengan maling jemuran.
Ranti si pemberani malah tertekan dengan ulah Mar Bett si penakut itu. Ia terkadang tanpa penyebab pun, udah membuatnya takut. Tanpa sadar keduanya memasuki lokasi tertutup di semak-semak dengan perasaan dag dig dug, dheerr! Mar Bett begitu menciut nyalinya, saat menduga si pencuri masih menunggu di tempat persembunyiannya.
Astaga Ranti. Dengar baik-baik jangan berisik, semua itu maksudnya supaya kita bergerak aman dari penjahat jemuran. Selebihnya itu ide Ranti sendiri, gimana? Dan kata kata yang ia ucapkan tadi, dapat Ranti peganglah," ia berdiskusi dengan cara grasa-grusu. Enggak ada satu pun perkataan Mar yang luput dari analisa. Ranti teliti dengan ketajaman, maka hati-hati jangan konyol.
"Please, you calm now,"
"Jangan cakap inggris lah, Ranti tak paham," serunya sambil tertawa melebar memperlihatkan barisan gigi geligi yang putih.
"Woles, ahh....
"Hei....
Sini ... ! coba liat dari celah ranting itu, sepertinya ada penampakan warna kemerahan. Keduanya mematung diam ketika menyibak ranting dedaunan hingga terlihat banyak baju dan celana yang terhampar basah masih dijejerkan di semak aemak.
"Wuihhh....
Mimpi apa semalam, Ranti? misi kita sukses menemukan target.
"Horee....detektif Cecan," sontak keduanya menyebut detektif cewek cantik yang lagi digandrungi oleh remaja.
Yuk, kita pungut baju-baju ini, lalu membawa kembali pada empunya.
"Kali ini, malingnya lagi sial. Kita yang beruntung, Bett,"
"Ha...ha....
"Sukseess, cuuyy!!" Mereka pun melakukan toss pertanda udah sukses di lapangan.
Tak lama kemudian anjing pun menyalak hebat, di perkirakan malingnya sedang kembali mengambil hasil jarahannya yang keduluan kami selamatkan.
'Wahh, seru banget!"
Jarahan maling terutama baju banded dapat di jadikan uang dengan reseller. Di perkirakan mereka beroperasi tidak sendirian?
Teman teman di asrama sangat bergembira atas temuan itu. Mereka terus memisahkan baju-,baju mahal itu untuk di seterika dan di kembalikan
"Eihh, masih beruntung?
"Ada detektif kampung, ya? Culun dan seksi. Hehee!" Seloroh Melly tukang nyindir nyindir pedas.
Kau seloroh, macam mau menelan aja, kami ini.
Gini gini, kami punya daya juang tinggi, jangan kayak kalian yang nerimo aja.
"Huft ... Huft!"
Sementara Mar Bett terduduk lemas di teras asrama putri. Ia masih menetralisirkan gemuruh dada yang tidak seimbang. Sementara Ranti pun tersenyum puas walaupun ada yang nyinyir lendir. Bahkan penghuni asrama pun tidak tau bahwa mereka sering di datangi maling lewat pintu belakang.
"Andai masih terulang, kita akan memasang jebakan batman si maling itu.
"Siapakah dia?"
"Ow ... Ow, siapa dia? "
"Iyalah!"
"Ntar kita cari tau, say!"