"Mohon perhatian, Siap grak. . lencang kanan grak. . tegak grak. . istirahat di tempat grak. . " aba aba pak Madi menginstruksikan anggotanya.
"Assalamu'alaikum wr wb" kata pak Madi memberi salam.
"Wa'alaikumussalam wr wb" saut serentak semua anggota Security.
"Alhamdulillah. . tugas untuk hari ini lancar, pesan untuk kalian semua perketat acces keluar masuk, periksa semua tanpa pandang siapa pun itu, seperti yang dilakukan oleh teman kita yang baru, yaitu mas Jainal, berkat dia kita dapat nilai plus dari kepala Security dan untuk mas Jainal harus banyak banyak belajar dari senior ya"
SIAP NDAN
Saut serentak anggota satpam.
Apel pun selesai dan seperti biasanya ada kegiatan ngaji bareng, Jainal pun bisa mengikutinya dengan baik karena masalah kaagamaan dia banyak mengerti.
Acara pun selesai semua anggota bersiap untuk pulang kerumah.
"Hei bro rumah mu mana ?" tanya Hendra yang menghampiri Jainal.
"Jalan Melati Bang" jawab Jainal yang lugu.
"Searah itu sama rumah ku, ayo bareng aja" saut Hendra sambil menaiki motornya.
"Ayo Bang" jawab Jainal sambil menaiki motornya.
Mereka pun pulang bareng, namun di pertengahan jalan ada kerumunan yang menghalangi jalan, mereka pun berhenti untuk melihatnya.
Ternyata ada orang bunuh diri, yang lompat dari atas gedung, kentung dengan sigapnya langsung menelpon kantor polisi dan ambulan.
"Bro cariin koran untuk menutupi jenazah" teriak Hendra menyuruh Jainal.
Namun Jainal masih terdiam melihat kearah orang bunuh diri itu, Hendra pun memanggil Jainal sampai 3x namun Jainal masih terdiam melihat jenazah wanita berbaju merah, berumur sekitar 25 tahunan itu.
"Hoi bro, kamu ini malah melamun saja, saya teriakin dari tadi suruh cari koran malah ngelamun saja" teriak Hendra sambil menepuk pundak Jainal.
"Ma ma maaf Bang, siap saya akan carikan sesuatu buat menutupi jenazah perempuan itu" saut Jainal yang kaget dan gugup.
Jainal pun pergi mencari penutup untuk menutupi jenazah perempuan itu, terlihatlah penjual koran yang memegang koran masih banyak di tangannya, Jainal pun menghampiri penjual koran tadi dan membeli 3 biji untuk menutupi jenazah tadi.
Tibalah Jainal di tempat wanita yang bunuh diri tadi, Jainal pun langsung menutupi jenazah itu.
Wiu wiu wiu wiu. . (suara mobil ambulan dan polisi)
Polisi dan Ambulan pun tiba bersamaan di tempat kejadian, area jenazah pun langsung di beri garis polisi dan Ambulan pun langsung mengangkutnya untuk di bawa kerumah sakit.
Semua kerumunan pun langsung bubar, namun Jainal masih memandangi ke arah mayat tadi, Hendra pun heran kenapa Jainal melihat ke arah mayat itu terus, Hendra pun menepuk pundaknya untuk mengajak Jainal melanjutkan perjalanan pulang.
"Bro kenapa kamu terus menerus melihat ke arah mayat perempuan itu tadi, kamu kenal ya ?" tanya Hendra sambil jalan menuju sepeda motornya.
"Tidak Bang, saya tidak kenal" saut Jainal sambil termenung sedih.
"Terus kenapa kamu lihat ke arah situ terus dan kelihatannya kamu juga sedih" tanya kembali Hendra.
"Perempuan tadi bunuh diri karena di hamili oleh baosnya, namun ketika dia minta pertanggung jawaban dia malah di usir dan di fitnah sehingga dia di keluarkan dari pekerjaannya, akhirnya dia malu dan frustasi dan dia pun mengakhiri hidupnya, dan yang paling membuat wanita itu sedih dia telah meninggalkan ibunya yang sedang sakit dan seorang adik yang masih kecil, sedangkan bapak nya sudah meninggalkan dirinya dan keluarga nya demi wanita lain" kata Jainal berjalan sambil termenung sedih.
"Apa ???? Bagaimana kamu bisa tau, katanya kamu gak kenal ?" tanya Hendra yang bingung.
"Saya memiliki mata batin Bang, jadi yang orang lain tidak bisa lihat aku bisa melihatnya semua" jawab Jainal yang masih terlihat sedih.
"Waduh. . ini beneran ya bro" kata Hendra yang mundur mundur agak takut.
"Iya Bang, Ayo kita pergi kerumah wanita itu tadi yok Bang, kita beritahu ibunya tentang keadaannya" ajak Jainal sambil menegakkan kepalanya.
"Waduh gila lu bro, kita kan gak tau rumah nya, terus kalau seandainya tau rumah nya pun gimana cara kita memberitahu ibunya, sedangkan ibunya sakit dan adiknya masih kecil, sulit bro sulit. . aku ngebayanginnya" kata Hendra yang bingung.
"Untuk rumahnya saya tau Bang, tadi saya di kasih tau oleh wanita itu, masalah ngomong sama ibunya kita pikirkan nanti aja, tadi sebenernya saya di mintai tolong mas sama wanita itu, kalau tidak terpenuhi keinginannya bisa penasaran terus mas arwahnya" kata Jainal sambil menatap ke arah Hendra.
"Hmmmmm. . okelah bro, kita kesana, lagian kata komandan kita dimanapun kita berada selama ada orang membutuhkan kita, selama di jalan yang benar kita harus menolongnya" kata Hendra yang tak ragu ragu lagi.
"Oke lah gas Bang, ayo kita kesana" kata Jainal dengan semangat.
"Gas" saut Hendra ikut semangat.
Akhirnya mereka pun menuju kerumah wanita yang bunuh diri tadi, untuk perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dari tempatnya tadi.
Tibalah mereka di tempat rumah wanita yang meninggal tadi, mereka pun langsung berjalan di rumah wanita itu, namun ketika di depan pintu mereka malah berdebat siapa yang akan ngomong ke ibu wanita tadi.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka, terlihat anak kecil yang keluar dari dalam rumah, usianya sekitar 8 tahunan, dengan rambut panjang, memakai baju putih bergambar bebek, dan rok panjang, berwarna hijau.
"Kakak kakak ini siapa ya ?, tolong jangan berisik dong, ibu saya lagi sakit" tanya Ella, anak kecil perempuan yang keluar dari dalam rumah tadi yang terganggu dengan suara berisik Jainal dan Hendra.
"Hehe. . maaf ya dik, kami kepingin ketemu ibu adik" jawab Jainal yang disenggol oleh Hendra yang menandakan dia yang harus bicara.
"Maaf tapi kakak kakak ini siapa dan ada perlu apa menemui ibuk saya ?" tanya Ella yang heran.
"Perkenalkan nama saya Jainal dan ini temen saya Hendra, kami menemui ibu adik ingin membicarakan tentang kakak adik" kata Jainal dengan nada pelan.
"Bentar ya kak, saya tanyain ibuk saya dulu" saut Ella sambil masuk ke dalam menemui ibuk nya.
Jainal dan Hendra pun menunggu di luar sambil memikirkan cara ngomong nya pada ibu dari wanita tadi, mereka pun berdebat kembali, siapa yang bakal ngomong pada ibu nya nanti.
Tak lama kemudian dila pun keluar dari dalam rumah dan mempersilahkan Jainal dan Hendra masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk dia melihat pemandangan yang indah, terlihat foto ibu dan kedua anaknya yang terlihat bahagia, foto wisuda wanita yang meninggal tadi, foto seorang kakak yang menjahili adik nya waktu makan, foto pulang tahun ibunya dengan ciuman dari kedua putrinya, yang membuat mereka jadi tambah tak tega untuk memberitahu ibu dari wanita tadi.
"Ayo kak silahkan masuk ke kamar, ibuk ada di kamar" kata Ella sambil menunjukan kamar ibunya.
"Assalamualaikum. . bu" ucap Jainal dan Hendra serentak.
"Wa'alaikumussalam nak. . uhuk uhuk" saut ibu itu sambil terbatuk batuk dan terbaring sakit.
"Ada apa ya nak, kalian temen dari Kirana ya, sudah 3 hari ini dia lembur terus, saya kasihan kalau dia bekerja terlalu keras, nanti malah sakit, tapi dia memang agak keras kepala karena mungkin memikirkan ibunya yang lagi sakit ini" kata ibu itu sambil meneteskan air matanya karena merasa kasihan pada anak nya yang bekerja keras demi ibunya.
Jainal dan Hendra pun tambah tak tega setelah melihat ibunya wanita yang bunuh diri tadi alias Kirana namanya, mereka pun mulai berdebat kembali.
"Kok nggak di jawab nak" tanya ibunya Kirana kembali.
"Ma maa af bu, sebenarnyaaaa. . sebenarnyaaaa. . " kata Jainal yang bingung untuk mengatakannya.
"Iya nak, sebenarnya kenapa ?" tanya ibu itu kembali.
"Sebenarnya kedatangan kemari untuk memberi tahu ibu, bahwa Kiranaaaaa. . " kata Jainal yang ragu ragu mengatakannya.
"Iya nak kenapa dengan Kirana" tanya ibu itu kembali.
"Sebenarnya Kirana. . . " kata Jainal yang masih bingung dan ragu ragu.
"Iya nak kenapa Kirana" tanya ibunya yang semakin panik.
"Sebelumnya tolong kuatkan hati ibu dan adik ya" kata Jainal yang mulai menata mentalnya.
Ibu dan adik Kirana pun tambah bingung, seketika suasana pun menjadi tegang karena kata kata Jainal tersebut.
"sebenernya Kirana telah. . . . . MENINGGAL DUNIA" kata Jainal yang terdunduk sedih mengatakan itu.
APAAAAAAAAAAAAA. . .