Chereads / Arkan Dan Keira / Chapter 16 - Bagian 16, Rumah Dalam Bentuk Manusia

Chapter 16 - Bagian 16, Rumah Dalam Bentuk Manusia

Bagian 16

Rumah Dalam Bentuk Manusia

Sore itu, Anginnya kencang, Ombaknya kesana kemari. Matahari terlihat bersinar. Ia ingin tenggelam. Ia merekah bewarna Oren.

"Udahan dulu gua ya, Mau ganti terus liat sunset. Keknya bagus banget deh." Ucap Arkan.

"Gua juga si, Yok Mil." Ucap Jaka.

"Iya." Ucap Kamila.

Kemudian mereka berdua berhenti bermain air kemudian mereka bertiga berganti baju dan berkumpul bersama Keira, Ido dan Kaila.

"Eh gua duduk ya, Kalian nungguin lama ga?" Ucap Arkan pada Keira, Ido dan Kaila.

"Engga, Lu ga main lagi? Nanggung bentar lagi malem tuh." Ucap Ido.

"Engga lah, Ini berhenti juga karena pengin liat matahari tenggelam. Keren banget gila." Ucap Arkan.

"Cape banget deh." Ucap Jaka sambil berjalan mendekati tempat mereka duduk.

"Ye.... Kamila mana Jak?" Ucap Arkan.

"Masih ganti tuh, Lama keknya. Kenapa emang?" Ucap Jaka.

"Engga sih, Sekalian aja beli kopi. Biar barengan. Masa iya tadi main barengan beli minumnya sendiri sendiri." Ucap Arkan.

"Tungguin aja deh." Ucap Jaka.

"Eh emang kamu suka kopi Arr?" Ucap Keira.

"Udah lama disini Kei? Suka tapi ga terlalu suka. Cuma buat nyesuain suasana aja si." Ucap Arkan.

"Baru aja duduk, Belum lama banget." Ucap Keira.

"Ntar mau ikut beli kopi ga Kei?" Ucap Arkan mengajak.

"Hah? Boleh deh." Ucap Keira.

Keira sedikit kaget dan canggung waktu itu.

"Yaudah tunggu Kamila dulu." Ucap Arkan.

Keira mengangguk.

Setelah menunggu beberapa menit, Kamila pun keluar dari ruang ganti. Sontak Jaka mengajak Kamila untuk membeli Kopi dan Arkan, Keira pun mengikutinya.

Setelah mereka mendapat apa yang mereka inginkan mereka kembali duduk dan melihat matahari terbenam dari kejauhan.

"Liat deh, Warna Oren biasanya orang orang nyebutnya senja." Ucap Kamila.

"Langit selalu menerima senja apa adanya. Mereka memerah merekah bahagia." Ucap Keira.

"Keira lagi mode puitis banget." Ucap Arkan.

"Diem lu Arr, Kasian dia hari ini." Ucap Kamila.

"Emang kenapa Keira?" Ucap Arkan.

"Dari raut wajahnya si keliatan kek kecapean." Ucap Kamila.

"Iya tuh." Ucap Jaka.

Arkan pun bertanya kepada Keira.

"Kei? Kenapa?" Ucap Arkan.

"Engga apa apa kok Arr." Ucap Keira.

"Tuh kopinya di minum, Keburu dingin nanti." Ucap Arkan.

"Iya, Kamu juga." Ucap Keira.

Kemudian mereka berdua meneguk secangkir kopi yang ia beli. Melihat Keira yang dari matanya terlihat seperti kelelahan, Arkan berinisiatif untuk mengajak Keira membeli jajan.

"Kei? Mau beli jajan ga?" Ucap Arkan.

"Emm.... Gimana yaa." Ucap Keira.

"Iya siapa tau dengan beli jajan bisa ngilangin cape kamu, Terus juga siapa tau ada jajan favorit kamu disana." Ucap Arkan.

"Iya deh, Ayo." Ucap Keira.

Kemudian Arkan berdiri dan berjalan. Pada saat berjalan Arkan merangkul Keira sambil berbisik...

"Udah jangan khawatir, Ntar habis magrib kita pulang kok. Ntar bisa istirahat di rumah." Ucap Arkan.

Keira tersenyum, Keira benar benar tersenyum. Tersenyum akan cara Arkan memperlakukannya. Tapi ia tetap bimbang akan perasaannya.

Setelah Keira dan Arkan membeli jajan, Ia kembali ke tempat duduk. Keira duduk dan tersenyum lebar. Ia senang karena ternyata di sana ada jajan favoritnya. Raut wajah capenya hilang.

"Cie, Habis di rangkul Arkan langsung sembuh." Ucap Kamila.

"Kasmaran mulu lu Arr, Kapan lu pacaran Arr?" Ucap Jaka.

"Diem lah, Dia lagi kecapean tuh." Ucap Arkan.

"Cie cie ngebelain Keira." Ucap Kamila.

"Eh, Pipinya Kiera kok merah." Ucap Kaila.

Keira langsung memegang pipinya sendiri dan mengusapnya.

"Eh emang iya?" Ucap Keira.

"Ohh itu karena Keira malu tuh, Salah tingkah tuh. Tapi tumben Keira gitu, Biasanya kalo ketemu Arkan juga engga gitu." Ucap Kamila.

"Iya tuh, Kenapa dia Do? Lu tau?" Ucap Jaka.

"Engga tau gua sih, Yaa... Mungkin karena kecapean." Ucap Ido.

"Untung aja Ido ga bilang, Kalo bilang bisa ancur semuanya." Ucap Keira dalam hati.

"Mungkin bener si apa yang di bilang Ido, Keira kecapean jadi ya memerah pipinya, Kita kan ga pernah liat Keira kecapean. Jadi mungkin itu penyebabnya." Ucap Arkan.

"Iya mungkin bener yang di bilang Arkan." Ucap Keira.

"Iya deh, Arkan mah si paling tau tentang Keira." Ucap Kamila.

"Dia kan doinya, Masa doinya gatau." Ucap Jaka menyaut.

"Udah udah, Jangan debat mulu. Mending kalian semua nikmatin tuh. Sisa sisa bentar lagi malem. Bentar lagi tenggelam tuh matahari. Gimana kalo kita siap siap pulang?" Ucap Ido.

"Okay. Setuju deh." Ucap Jaka.

"Iya, eh biar gua aja yang beresin barang barang Keira. Keira duduk aja disini." Ucap Arkan.

"Gamau, Aku gamau ngerepotin kamu." Ucap Keira.

"Nurut aja si Kei, Lagian lu lagi cape juga kan. Biar ga pingsan sampe rumah." Ucap Kamila.

"Yaudah, Maaf ya Arkan ngerepotin jadinya." Ucap Keira.

"Iya ini ga ngerepotin kok, Kan ini hal yang aku mau." Ucap Arkan.

Kemudian sebelum matahari benar benar tenggelam, Sebelum langit menutup orennya, Sebelum langit berubah menjadi hitam semua. Mereka Arkan, Keira, Ido, Kaila, Jaka dan Kamila. Ia telah membereskan barang barang nya sebelum hari sudah gelap. Mereka duduk menikmati matahari sampai matahari tenggelam.

Setelah hari sudah gelap, Mereka bergegas untuk pulang.

Perjalanan malam mereka berenam, Terang bulan menyinari jalan mereka. Lampu lampu jalanan menghiasi jalan mereka. Menyala indah di malam hari. Membuat mereka menikmati perjalanan malam.

"Kei, Kalo ngantuk tidur aja gapapa." Ucap Arkan pada Keira ketika perjalanan pulang.

"Iya." Ucap Keira.

Kemudian Keira memeluk dari belakang, Keira memejamkan matanya. Semilir angin membuat Keira tertidur di pelukan Arkan.

Nyaman sekali mendengar mereka yang ingin bersatu, Keira yang sekarang bisa mengakui perasaannya sendiri. Ia sedikit demi sedikit ingin mengungkapkan semuanya, Tapi Keira masih menunggu waktu yang tepat. Sekarang bukan waktu yang tepat menurut Keira. Keira masih menunggu itu. Sesuatu yang ia cari apa semuanya akan berjalan sesuai ekspektasi? Ia tetap kekeh untuk berharap. Ia benar benar menaruh harapan lebih pada Arkan. Untuknya yang selalu seperti selimut, Memberikan kehangatan dan kenyamanan di setiap malam. Selalu memberi celah dingin. Sama halnya seperti Arkan yang selalu memberi sesuatu yang tak terduga. Dan hal sekecil apapun, Di mata Keira itu semua berarti.

Setelah perjalanan 2 jam lebih 30 menit, Arkan berhenti.

"Kan?!! Kenapa berhenti?" Ucap Ido yang masih menyalakan mesin motornya.

"Matiin dulu mesinnya." Ucap Arkan.

Ido pun mematikan mesinnya.

"Lah? Kok berhenti?" Ucap Jaka.

"Lu pada engga laper apa? Gamau makan dulu? Tuh liat.... Keliatannya enak deh makan di warung sebelah tuh." Ucap Arkan.

"Bentar, Ni kalo pulang rada tengah malem gimana nih? Kalian di izinin engga sama orang tua kalian?" Ucap Ido.

"Kita bertiga sih dah biasa, Cuman Kaila, Kamila, Keira nih." Ucap Jaka.

"Kaila aman sih kalo pulang tengah malem." Ucap Ido.

"Gua laper deh, Makan aja ayo." Ucap Kamila.

"Keira masih tidur. Keknya boleh sih Keira. Dah ayo kita makan aja." Ucap Arkan.

"Yok." Ucap Ido.

Kemudian Arkan, Ido dan Jaka memarkirkan motornya. Mereka semua turun dan duduk, tapi tidak dengan Arkan dan Keira yang masih berada di motor. Keira masih tertidur. Perlahan Arkan membangunkannya.

"Kei... Kei... Bangun Kei... Makan dulu." Ucap Arkan.

Keira terbangun.

"Kita udah sampai rumah?" Ucap Keira dengan lesu.

"Belum sampe, Kita baru 2 jam perjalanan. Sekarang mau makan dulu, Bangun Kei." Ucap Arkan.

"Ohh kita di warung makan? Kirain dah sampe." Ucap Keira.

"Iya, Turun Kei, Bisa turun kan?" Ucap Arkan.

"Bisa." Ucap Keira.

Kemudian Keira turun. Arkan pun turun dan berjalan menuju tempat dimana teman teman nya duduk.

"Tidur mulu lu Kei." Ucap Kamila.

"Iya, Ngantuk banget. Sekarang juga masih pengin tidur." Ucap Keira.

"Keira kalo kecapean langsung tidur gitu ya." Ucap Arkan.

"Masa pacarnya sendiri gatau." Ucap Jaka.

"Ga ada, Ga ada pacar pacar. Lu tuh kapan jadian sama Kamila?" Ucap Arkan.

"Nungguin lu jadian sama Keira dulu, Baru gua." Ucap Jaka.

"Emang Kamila mau?" Ucap Arkan sambil tertawa.

"Yaa... Kalo itu kurang tau sih." Ucap Jaka.

"Udah udah, Makanannya tuh dah dateng." Ucap Kamila.

Mereka mengisi energi mereka lewat makanan, Rasa lelah mungkin sedikit hilang setelah adanya asupan yang masuk ke dalam tubuh.

Setelah selesai makan, Mereka tidak langsung bergegas. Mereka berduduk santai dan menikmati malam dan terang bulan.

"Arkan, Maaf ya dari tadi ngerepotin mulu." Ucap Keira yang sudah tidak lagi mengantuk.

"Gapapa, Kamu kan tadi kecapean. Sekarang gimana? Masih ngantuk engga?." Ucap Arkan.

"Udah engga si, Tapi rasa cape gabisa ilang." Ucap Keira.

"Bentar lagi sampe rumah kok, Tinggal 2 jam setengah perjalanan aja ini." Ucap Arkan.

"Iya deh." Ucap Keira.

"Gimana nih? Mau lanjut ga? Apa nanti?" Ucap Ido.

"Terserah sih, Gua ngikut aja." Ucap Arkan.

"Sekarang aja ayo. Rasa cape gua dah ilang dikit." Ucap Jaka.

"Yaudah yok." Ucap Ido.

"Eh ntar di pertigaan pisah aja yaa. Rumah kita beda beda arah nih. Gua juga sekalian nganter Keira.

"Iya." Ucap Ido.

"Okey." Ucap Jaka.

Kemudian mereka bergegas lagi untuk melanjutkan perjalanan. Mereka melanjutkan perjalanan lagi pukul 21:30. Jalan mulai sepi. Para pedagang mulai berhenti dan bersiap untuk pulang.

1 jam perjalanan berlalu.

"Kei... Kalo ngantuk tidur aja gapapa." Ucap Arkan.

"Iya." Ucap Keira.

Kemudian Keira tertidur di pelukan Arkan lagi. Tiada tempat pelepas lelah selain dalam pelukan hangatnya. Tiada lagi dinginnya angin malam yang menyentuh tubuhnya. Tersenyum bahagia tiap perjalanannya.

Setelah 1 jam setengah perjalanan. Mereka sampai di pertigaan pukul 00:00 atau pukul 12 malam tepat dimana hari berganti. Arkan berhenti sejenak dan berkata....

"Gua duluan yaa. Makasih buat satu harinya." Ucap Arkan.

Kemudian Keira mendengar Arkan berbicara dan terbangun.

"Makasih semuanya." Ucap Keira.

Kemudian Arkan bergegas dan Keira melambaikan tangannya.

Ido, Jaka, Kaila, dan Kamila pun sama mereka mengucap terimakasih dan melambaikan tangan. Sembari mereka berpisah di pertigaan.

"Keira, Kamu tidur engga?" Ucap Arkan.

"Engga, kenapa emang?" Ucap Keira.

"Ntar bilang ke Ibu gimana? Apa engga dimarahin?" Ucap Arkan.

"Aku bilang seadanya, Emang pulangnya jam segini. Paling engga di marahin. Aku juga udah WhatsApp Ibu pulangnya telat." Ucap Keira.

"Yaudah, Ntar kalo ada apa apa telfon yah. Motor kamu di rumah aku dulu yah. Besok aja ngambilnya, Ini juga udah malam . Okei?" Ucap Arkan.

"Iya, Aku nurut." Ucap Keira.

Rasa senang, Rasa lelah. Perlahan mulai hilang. Karenamu selalu ada di sisiku. Selalu memperhatikan, Bertanya, Menghawatirkan.

Selalu menyediakan tempat sandaran. Untuk berkeluh kesah. Sehari bersamamu. Melewati pagi siang sore dan malam hingga hari berganti, Ini menyenangkan. Rasa lelahku benar benar terbayarkan. Semua tentang rasaku senangku berkumpul hari ini. Bersemayam tenang hingga menutup mata.

Setelah mengantar Keira hingga depan rumahnya, Hingga menunggu Keira di buka kan pintu, Tak lupa juga Arkan menyapa ibunya. Setelahnya Arkan pulang. sesampainya di rumah Ia membersihkan diri dan menaruh tas. Kemudian ia tidur. Sama seperti Keira.

Pagi bertemu malam, Satu hari terlewatkan masa masa menyenangkan. Satu hari suatu kenangan. Tak akan pernah lupa di masa kelas 11. Mereka setelah ini beranjak menuju kelas 12. Kenangan terakhir mereka sebelum menghadapi ulangan kenaikan kelas adalah pantai biru, Senja oren dan gelap malam diarungi bulan. Ini bukan yang terakhir. Ini adalah awal menuju akhir. Nantinya hal hal semacam ini akan dirindukan oleh enam orang. Akan selalu menjadi bahan cerita ketika duduk bersama.

Hal hal yang sudah di lewati bersama. Bertemu kembali dengan teman lama. Teman lama yang membawa sebuah teman hidup baru. Tiga orang yang sudah berhenti dari bermain malam dan sadar jika menata sebuah hidup itu sulit, Ada banyak hal yang datang dan pergi. Kesedihan, Kebahagiaan, Kekosongan.

Selalu ada kebahagiaan yang di bungkus dalam kesedihan. Keseharian Arkan akan tetap berjalan seperti biasanya. Begitupun Keira. Ia adalah penompang dari setengah perjalanan hidup Arkan. Selalu ada hal kecil yang di buatnya. Dan Keira mampu untuk merasa cukup dengan itu semua.