Chereads / Seandainya Saja / Chapter 4 - Curhatan

Chapter 4 - Curhatan

Setelah bel berbunyi lagi tanda sekolah waktunya pulang. Noval pulang ke rumah dengan menggunakan Motor CBR nya dengan perasaan yang tidak beraturan. bagaimana jika mama dan papanya mengamuk? lalu bagaimana dengan tugasnya yang 5 bab itu? dia pusing tak karuan dengan menyetir sangat ngebut.

Sesampainya dirumah. Noval menaruh motor di garasi rumahnya. perasaannya kini semakin deg deg an tapi paling tidak dia masih merasa aman karena mamanya yang sedang tidak dirumah dan papa nya sedang bekerja.

"Mbok Tinah...Mbok dimanaa?" Teriak Noval dengan matanya yang memutar di sekeliling ruangan untuk mencari Mbok Tinah.

Mbok Tinah adalah pembantu di rumah Noval, sudah bertahun tahun Mbok Tinah bekerja di rumah Noval oleh karena itu keluarga Noval sudah sangat mempercayai Mbok Tinah. beliau sangat sopan dan lembut.

"iya den...ada apa?" Sahut Mbok Tinah yang keluar dari dapurnya.

"Mbok,bang Andre mana, bukan nya kuliahnya udah pulang dari tadi ya?" Tanya Noval dengan muka bertanya tanya.

"Iya den... tadi den Andre sudah pulang trus katanya mau pergi nonton sama temen temennya, untuk pulangnya saya tidak tahu" Ucap Mbok Tinah dengan menundukkan kepala.

"Hmm baik mbok, mbok sudah makan belum?" Tanya Noval dengan penuh perhatian.

"Sudah den,tadi saya sudah makan,saya sudah siapkan makan untuk den Noval di meja makan, silahkan dimakan dulu den" ucap Mbok Tinah untuk mempersilahkan Noval segera makan.

"enggak Mbok, Noval belum laper nanti aja, ya udah Noval mau ke kamar dulu bersihkan diri, istirahat bentar terus mandi" Ucap Noval pada mbok Tinah dan Noval langsung pergi menuju kamarnya.

Sebuah ruangan kamar yang lumayan luas dengan spring bed single yang cukup lebar, dinding berwarna putih tulang sebelah kanan spring bed ada meja belajar dan juga rak buku, disamping rak buku terdapat 2 jendela dengan tirai berwarna coklat muda, di depan spring bed terdapat komputer dan juga stiker stiker yang ditempel di dinding, kamar itu sangatlah nyaman, kamar itu adalah kamar Noval.

Noval melepas seragamnya dan berganti pakaian santai, dia langsung berbaring pada kasur dan berpikir bagaimana dia harus mengatakan pada orang tuanya karena hukuman itu, Noval berpikir sangat keras hingga dia teringat akan satu hal tentang tugas 5 bab nya itu, dia langsung meraih handphone nya, entah apa yang akan dilakukannya

Sedangkan Diana hanya duduk di jendela kamarnya yang mungil dan tertata rapi, meskipun mungil dia sangat merasa nyaman dengan kamar itu hanya saja dia selalu merasa kesepian yang jauh dari kedua orangtuanya. Diana duduk di pinggir jendela yang mengarah pada balkon lantai bawah, dia sedang memandangi langit sore menikmati angin sepoi sepoi. Dia merasa sangat suntuk,bosan dan ingin sekali keluar untuk refreshing.

Tak lama kemudian waktu menunjuk pukul 16.07 perut Diana bunyi yang berarti dia sedang lapar. kali ini Diana menginginkan Mie ayam mang Udin langganan Dia. Diana berjalan menuju totebag nya dan mengambil dompet untuk memeriksa tinggal berapa jatah sangu nya yang diberi oleh orangtuanya

"Setidaknya dengan sisa uang ini masih mampu untuk memenuhi kebutuhanku selama 1 bulan" gumam Diana dalam hati sambil menghitung uang yang ada di dalam dompetnya. dalam hati kecil Diana,dia sangatlah ingin bersekolah sambil bekerja agar bisa menghidupi dirinya sendiri tanpa merepotkan kedua orang tuanya, tetapi dia tersadar bahwa sekolahnya pun pulangnya sore dan belum lagi tugas tugas PR kadang yang sangat banyak dengan kondisi seperti itu mana mungkin bisa sambil bekerja yang ada tidak bisa membagi waktu. dengan pasrah Diana hanya menikmati prosesnya sambil berharap akan ada suatu hal terindah atas kesabarannya ini.

Diana pergi ke warung mie ayam mang Udin yang jaraknya lumayan jauh menggunakan sepeda gunung. sepeda gunung ini dibelikan oleh ayahnya agar mempermudah dan membantu saat ingin pergi. Sebenarnya Diana sendiri ingin menggunakan motor tetapi dia kasihan memikirkan orang tuanya yang terlilit hutang lagi pula dia tidak mengeluh dan tidak merasa kurang karena dia sudah terbiasa menggunakan sepeda gunung. Sepeda gunung ini berwarna pink memilik corak warna putih mengkilat dan motif bunga bunga kecil sehingga sepeda gunung ini terlihat sangatlah bagus.

Diana menikmati setiap perjalannya menuju warung mie ayam mang Udin,dia melewati trotoar sambil menoleh kanan kiri melihat banyak kendaraan bermotor, sore ini cuacanya lumayan cerah dan sejuk sehingga membuatnya bersemangat itung itung bersepeda sore juga.

20 menit perjalanan Diana yang lumayan jauh bila menggunakan sepeda gunung akhirnya Diana sampai di warung mang Udin, Diana langsung memarkir sepedanya di tempat parkir kendaraan, warung ini memiliki bentuk yang unik. Dindingnya bermotif batu bata disamping parkirannya ada kolam ikan kecil, atapnya berwarna coklat yang berbentuk lancip mirip rumah kurcaci, suasana dalamnya tidak begitu lebar tapi bersih strategis dan nyaman untuk makan ditempat,tak jarang 1 keluarga orang makan disini karena rasanya yang sangat enak dan harga yang terjangkau.

Hari ini warung mang Udin lebih rame daripada biasanya, sehingga Diana harus mengantre dulu

"Mang Udin aku pesen yang biasanya 1" ucap Diana pada mang Udin tanpa menyebutkan pesanannya,karena sangat sering makan disini dan menjadi langganan setia mang Udin sampai hafal pesanan Diana yaitu mie ayam kering tamba ceker + minumnya es jeruk.

"oh iya neng tumben aja nih sendiri neng Rere kemana?" mang Udin bertanya sambil membuat mie ayam pesanan pelanggan ,karena Diana kesini selalu bersama Rere, mang Udin menanyakannya.

"Iya nih sendiri, Rere lagi eskul disekolah jadi aku ga bisa ajak, mang Udin sendiri kok ga sama Bik Surti?" tanya Diana pada mang Udin, Bik Surti adalah istri mang Udin yang selalu membantu mang Udin berjualan mie ayam, yang katanya mereka sudah berjualan mie Ayam selama 10 tahun.

"Iya neng Bik Surti lagi ga enak badan,meriang katanya,maka dari itu mang Udin suruh istirahat aja dirumah" jawab mang Udin sambil menaruh mie dari panci ke mangkok"

"Ohh jadi sakit, semoga cepat sembuh ya mang salam ya mang buat Bik Surti" Ucap Diana dengan rssa prihatin

"Iya neng amin, nanti mang Udin sampaikan" sahut mang Udin sambil membawa nampan berisi 2 porsi mie ayam dan 2 es teh untuk pelanggan yang sedari tadi menunggu.

"Yaudah aku tunggu di kursi sana ya mang Udin" Jelas Diana sambil menunjuk ke arah meja sebelah pojok. mang Udin melihat ke arah yang ditunjuk Diana langsung mengangguk isyarat dia mengerti.

Diana langsung duduk sambil melihat ke arah seorang keluarga kecil yang sedang menikmati mie ayam, keluarga tersebut terdiri dari ayah,ibu dan juga anak balita perempuan, Diana langsung tersenyum teringat kenangan seperti itu saat masih kecil.

"Aku dulu juga pernah sebahagia itu sebelum orangtua ku bercerai dan meninggalkanku, aku sangat rindu masa masa itu, seandainya waktu bisa diputar kembali aku tidak ingin menjadi dewasa" gumam Diana memelas dalam hati kecilnya memikirkan nasibnya sekarang.

Secara tidak sadar Diana sudah berkaca kaca,dia tidak mau terlalu sedih akhirnya dia menghibur diri dengan membuka handphone,dia membuka massage dan ternyata 40 menit yang lalu ada pesan dari Noval

"Hai Diana,kau sedang dimana?boleh aku meminjam buku paket biologi mu yang didalamnya penjelasan tentang jawaban 5 bab hukumanku tadi?aku sudah mencari cari punyaku nggak ketemu, akhirnya aku telepon Edo nggak diangkat,Bima nggak punya buku nya, sepertinya kau yang bisa membantuku" Diana membaca pesan dari Noval.

"Ada val tapi aku sekarang lagi nggak di asrama aku lagi keluar makan mie ayam,aku ga bawa bukunya, nanti aja ya kalo aku udah sampai asrama aku kabari" balas Diana dengan mengetik keyboard lalu mengirimkan pesannya.

Tidak lama kemudian handphone diana berdering ternyata ada jawaban massage dari Noval

"Wahh mie ayam?aku udah lama nggak makan mie ayam,boleh aku ikut makan disana? sesampainya makan aku antar kamu ke asrama sama mengambil bukunya"

"Hmm okee aku sharelock sekarang ya sekalian aku pesenin mie ayamnya?" Diana membalas cepat massage nya

"Okee pesenin mie ayam basah nggak pake sayur minumnya sama kayak punyamu aja, sharelock sekarang aku langsung otw kesana" jawab Noval yang akan menuju ke Diana.

Selesai Diana mengirim sharelock, Diana langsung berdiri ke mang Udin untuk nambah mie ayam lagi, selesai memesan, Diana kembali ke mejanya untuk menunggu pesanan.

Tidak lama kemudian Noval datang dan langsung duduk dihadapan Diana, berbarengan Mie ayam mereka sudah jadi dan diantar mang Udin di meja mereka.

Mereka pun menyantapnya dan muncul perkataan pujian dari mulut Noval

"Hmmm ternyata ini enak banget,aku langsung suka,kau udah sering kesini?" tanya Noval sambil menambahkan sambal ke mangkuknya.

"Sering sama Rere,emang terkenal se enak ini mie ayamnya ga rugi kan kesini?" sahut Diana.

Noval menangguk sambil menikmati mie ayam itu, tiba tiba Noval sangat penasaran mengapa Diana sejauh itu memilih sekolah padahal asal tempatnya juga banyak sekolah.

"Aku mau tanya boleh nggak?" Noval mencoba bertanya ke Diana dengan menyantap mie ayam yang sudah hampir habis.

"Boleh dongg bebas tanya apa nih?" jawab Diana dengan menyeruput Es jeruknya.

"Aku hanya penasaran kenapa kau jauh banget cari sekolah padahal kan di asal tempat tinggalmu juga banyak sekolah?" tanya Noval lagi

"Oh itu, ceritanya panjang sekali, kalo aku menjelaskan dengan detailnya kau mau dengerin?lalu apa pedulimu?" tanya Diana dengan menatap wajah Noval dengan heran.

Noval tertawa kecil mendengar jawaban Diana yang sedikit mangagetkan, lalu Noval memperjelas lagi "aku hanya ingin lebih dekat menjadi temanmu, kita udah lama berteman selama 3 tahun tapi aku masih tidak mengerti alasan kau ada disini tanpa kedua orangtuamu".

"Aku sedang tidak ingin berbagi cerita pengalaman hidupku, tapi jika kau mau menjadi pendengar dan sangat penasaran, aku akan menceritakan dengan satu syarat kau harus menjaga rahasia keluargaku ini bahkan kepada teman terdekatmu" ucap Diana dengan memberi syarat.

"Baik,aku akan mendengarkan ceritamu, dan aku nggak akan cerita kepada siapa siapa,karena bagiku tidak penting berbagi aib seseorang" jawab Noval dengan jelas.

"Baiklah, dengarkan aku, aku akan menjelaskannya, dimulai dari saat aku masih SD kelas 6, kau pasti sudah tau aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana saat kecil aku dibesarkan oleh kedua orangtuaku yang sangat tulus menyayangi dan mencintaiku karena aku anak semata wayangnya,kedua orangtuaku selalu berusaha membuatku senang membelikan apapun yang aku ingin padahal saat itu keuangan orangtuaku sedang menipis, pada suatu hari waktu aku duduk di kelas 6,aku sedang bermain boneka di kamar dengan ibuku tiba tiba ada seorang lelaki datang ke rumahku dengan mengetuk pintu rumahku sangat keras, aku dan ibuku sangat kaget saat itu ibuku menyuruhku untuk tetap di kamar dan ibuku membuka pintu terdengar suara teriakan dadi lelaki itu ternyata lelaki itu adalah rentenir. lelaki itu marah marah kepada ibuku dengan mengeluarkan kata kata kasar, aku kebingungan lalu aku mencoba memberanikan diri untuk keluar kamar, saat aku sudah diluar kamar aku melihat ibuku dilempari lembaran kertas oleh rentenir itu dan rentenir itu langsung pergi dari rumahku, ibuku melihat lembaran itu lalu menangis sambil terisak isak, aku yang masih sd lugu tidak tau kenapa ibuku menangis, aku hanya ikut menangis lalu ibuku memelukku".

"Sudah 3 hari lamanya ayahku tidak pernah pulang aku bertanya tanya kepada ibuku dimana ayahku?kenapa tidak pulang?ibuku mengatakan bahwa ayahku ada pekerjaan mendesak yang belum bisa pulang, waktu itu karena aku masih kecil aku mempercayainya.tetapi aku mengajukan pertanyaan lagi kapan ayahku sudah boleh pulang? ibuku menjawab mungkin hanya beberapa hari ini aku disuruh sabar menunggu ayahku sambil ibuku mengelus ngelus kepalaku".

"Sudah 1 bulan lamanya ayahku tidak pulang pulang, aku merasa bingung dan semakin bertanya tanya karena tidak biasanya ayahku seperti ini, aku mencoba bertanya lagi kepada ibuku, ibuku hanya mengatakan bahwa ayahku memang belum boleh pulang tapi muka ibuku sangatlah pucat seperti sedang memikirkan sesuatu".

"Saat tengah hari aku terbangun,aku penasaran siapa lelaki yang waktu itu kerumahku yang mengaku dirinya adalah rentenir, dan apa isi lembaran kertas itu, aku memberanikan diri bangun dari kasur dengan pelan pelan karena disampingku ada ibuku yang sedang tertidur pulas mukanya masih terlihat pucat seolah olah banyak yang dipikirkan, aku berhasil terbangun lalu menuju ruang tamu untuk mencari cari lembaran tersebut, di rak buku tidak kutemukan, di samping TV tidak juga kutemukan,sampai di sampah rumah juga tidak kutemukan.aku sampai berkeliling ruangan tidak menemukan kertas itu, akhirnya aku menyerah karena aku juga merasa ngantuk, aku kembali ke kamar lalu tidak sengaja ibuku bergerak menarik selimut dengan mata yang masih terpejam.

"Tidak sengaja tiba tiba aku menemukan kertas itu dikasur ternyata kertas itu ibuku sembunyikan dibawah bantal, aku pelan pelang mengambil kertas itu lalu dengan rasa penasaranku aku membuka nya dengan menutup seluruh tubuhku dengan selimut, setelah aku membuka lembaran tersebut, aku membacanya aku sangat kaget tak karuan di dalam lembaran itu tertulis hutang 100 Juta, aku sampai dag dig dug bertanya tanya itu uang siapa?apa ayah dan ibu hutang sebanyak ini? tapi untuk apa? dikepalaku banyak sekali pertanyaan bingung dengan semua ini. sekarang aku tau alasan ibuku tidak memberitahuku mungkin karena aku masih terlalu kecil untuk mengerti itu semua".

"Sudah 1 bulan lebih Ayahku akhirnya datang, tetapi ayahku tidak seperti biasanya yang menyambut hangat adanya aku, saat itu ayahku pulang diam saja sama sekali tidak menyapa aku dan ibuku, aku terheran heran sampai aku tanya kepada ibuku, kata ibuku mungkin karena ayahku sedang capek karena pekerjaan."

"Selama 1 bulan selanjutnya aku sering mendengar suara ayah dan ibuku bertengkar dari dalam kamarku, aku sangat sedih kenapa semua seperti ini dari yang awalnya ayah ibuku sangatlah harmonis merawatku seperti keluarga pada umumnya tiba tiba saja seperti ini"

"Setelah kelulusan SD ku ibuku mengajakku pergi ke rumah nenek, ibuku mengajakku tinggal disana untuk seterusnya dan meninggalkan ayahku, aku saat itu tidak mau,aku menangis sejadi jadinya aku ingin berkumpul ayahku tetapi ibuku memaksaku, aku menangis hingga tertidur dan saat terbangun tiba tiba aku sudah di rumah nenekku. aku masih belum menerima keputusan itu dengan usiaku yang masih kecil,tetapi tidak ada yang mau mendengarkanku. nenekku hanya memelukku dengan mengelus elus rambutku."

"Tidak terasa aku sudah lama bertempat tinggal di rumah Nenek, sudah lama aku tidak mengetahui kabar ayahku, saat itu aku sudah menginjak kelas 2 smp, dan saat kelas 3 smp aku baru mengetahui semuanya bahwa saat SD aku diajak pindah ke rumah nenek saat aku ketiduran itu ternyata ibuku pergi ke pengadilan untuk melakukan sidang penceraian. lalu seorang rentenir yang pernah kerumahku itu adalah seseorang yang meminjamkan uang kepada ayahku 100 juta itu dengan uang sebanyak itu karena ayahku bermain judi mabuk mabukan tetapi ayahku tidak pernah berniat mengembalikan uang itu, dan akhirnya ibuku yang bingung mencarikan pinjaman lagi untuk membayar hutang kepada rentenir itu bahkan ayahku sendiri yang hutang tidak pernah peduli dengan semua itu."

"Aku bisa mengerti semuanya karena pada saat itu aku mendengar nenekku sedang berbincang bincang dengan ibuku membahas masa lalu kelam itu. saat itupun aku kaget mendengarnya,badanku sampai bergetar seolah olah tak percaya,ayahku yang kukenal baik hati, penyayang ternyata tidak lebih dari seorang pecandu judi" saat itu aku langsung keluar ke ruang tamu dengan menangis dan memarahi ibu dan nenekku kenapa tidak pernah memberitahuku, nenek dan ibuku langsung kaget melihat aku. Ibu dan nenekku tidak menyangka bahwa aku mendengarkannya, jadi slama ini aku tidak mengetahui bahwa ibu dan ayahku sudah resmi bercerita, saat itu hatiku teriris iris tidak pernah menyangka bahwa keluargaku yang harmonis berubah menjadi seperti itu."

"Tidak lama kemudian Nenekku meninggal akibat umurnya yang sudah tua,aku merasa sangat kehilangan dan menangis sejadi jadinya, saat itupun aku hanya hidup berdua dengan ibuku dirumah nenekku, namun ibuku masih ketakutan dikejar kejar oleh rentenir itu dilacak keberadaannya karena ibuku belum bisa melunasi hutang dengan sebanyak itu."

"Disusul dengan aku lulus sekolah smp,Karena takut untuk dikejar rentenir, ibuku berusaha mencari pekerjaan di luar kota diberbagai website. ibuku berniat mengembalikan uang itu hanya saja dengan uang sebanyak itu membutuhkan waktu yang cukup lama, kenapa ibuku masih mau membayarnya padahal sudah resmi bercerai? kenapa bukan ayahku? padahal kan itu hutang ayahku. karena pada saat itu ayahku memalsukan tanda tangan ibuku,mengatas namakan ibuku,pernah mengambil Ktp ibuku secara diam diam,jahat sekali bukan?. akhirnya ibuku menemukan sebuah pekerjaan lowongan ART di surabaya,ibuku pun bersedia menjadi ART disana, lalu tidak lama kemudian hanya selang beberapa hari ibuku menyuruhku untuk tidak ikut dan fokus bersekolah,karena jika aku ikut, aku hanya akan memikirkan nasib ibuku disana yang menjadi pembantu membuatku tidak fokus bersekolah,ibuku juga akan menyekolahkanku di tempat yang jauh dari asalku agar rentenir itu tidak menemuiku, dan ibu menemukan sekolah yang menyediakan asrama di sebuah tabloid yaitu di SMA ini,ibuku lalu mengantarkan aku kesini dan langsung berangkat ke surabaya."

"Ini ceritaku yang terakhir, bagaimana ayahku bisa bertaubat?Aku tidak tau, yang jelas pada saat aku awal masuk SMA ayahku meneleponku dengan nomor baru yang tidak kusimpan, aku bertanya kepada ayahku bagaimana bisa ayah menelponku? padahal terakhir bertemu saja waktu aku masih SD, ayahku menjelaskan semuanya bahwa ibuku yang memberikan nomorku kepada ayah, Saat itu juga ayahku berjanji akan berubah tetapi tetap saja mereka tidak bisa kembali lagi karena ibuku sudah sangat sakit hati dan tidak mau memperbaiki hubungan lagi dengan ayahku, aku pun hanya bisa mengikhlaskan karena aku sudah sma biarkan ayahku menebus semua kesalahannya."

Tidak terasa sudah 1 jam Diana bercerita di warung mang Udin seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya mengingat kejadian itu membuatnya sedih kembali, Noval melongo dan membayangkan bagaimana posisinya menjadi Diana mungkin dia tidak akan betah. baru kali ini Noval mendengar cerita menyedihkan dia sangat salut kepada ibu dan juga Diana, jika Noval menjadi Diana sampai kapanpun dia akan sulit memaafkan perbuatan jahat ayahnya itu

"Hebat sekali kau dan ibumu aku tidak pernah menyangka dirimu yang selalu tersenyum seolah olah tidak ada apa apa padahal dalam hati kecilmu sangatlah rapuh,jangan pernah merasa sepi dan sendiri,aku akan menjadi sahabat lelaki terbaikmu" ucap Noval dengan tulus sambil memegang pundak Diana yang ada didepannya" Diana tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada Noval. Ntah mengapa setelah bercerita rasanya dia sudah menjadi lebih baik dan lega.

Setelah itu mereka berdua membayar 2 mie ayam dan 2 es nya, kali ini Diana di traktir oleh Noval untuk ungkapan terimakasih Noval sudah diajak ke mie ayam enak itu dan sudah mau berbagi cerita, akhirnya pun mereka pergi Diana menggayuh sepeda gunung nya, diikuti oleh Noval dari belakang.

Sesampainya di depan asrama, Diana langsung memberikan buku paket kepada Noval,dan Noval pun berpamitan pulang.