"Astrea, aku telah membatalkan pertunangan kita. Yang mulia raja juga setuju. Jadi mulai sekarang kita bukan lagi pasangan."
"Oh...." Astrea menunduk, menatap teh dalam gelasnya yang sudah hampir habis. Tenang dan dingin, begitulah gadis bangsawan nomer satu di kerajaan Athanaea. "Kenapa tidak dari dulu saja, itu artinya saya bebas dari yang mulia kan? Kalau begitu selamat tinggal."
Astrea bangkit dengan senyum cerah, memberi hormat pada putra mahkota, kemudian keluar dengan senyum penuh kebahagiaan. Meninggalkan sang putra mahkota terdiam mematung dengan ekspresi terkejut.
'Akhirnya aku bisa lepas dari pangeran playboy itu.' batinnya menjerit senang.
Astrea Owen Silvergale. Putri tunggal Marquis Silvergale, juga merupakan penerus keluarga. Terkenal cerdas, anggun dan memiliki kecantikan yang memikat. Astrea adalah tunangan putra mahkota Evan Galieon, sayang dalam ceritanya dia mati di eksekusi pangeran karena mencoba meracuni wanita simpanan pangeran. Astrea yang sekarang berbeda dengan Astrea yang dulu.
Kenapa?
Karena jiwa yang ada di dalam tubuh Astrea adalah jiwa dari seorang gadis remaja bernama Nayla. Gadis pecinta komik romansa yang masuk ke dalam tubuh karakter antagonis The Brave Princess.
Nayla hanyalah gadis kuliahan yang suka berkhayal. Tapi suatu hari dia meninggal karena tersedak kedondong, saat sedang menikmati rujak cingur di minggu pagi yang indah. Dan ketika membuka mata, dia sudah ada di tubuh Astrea. Si karakter antagonis yang akan di hukum mati.
Mengetahui dirinya akan mati, tentu dia tidak akan diam saja. Dirinya mendapat kesempatan hidup kembali sebagai seorang putri bangsawan kaya raya. Mimpinya adalah hidup kaya dan menghamburkan uang sesuka hati. Tetapi begitu impiannya terkabul, tiang pancung malah menunggu.
Astrea akhirnya mencari segala macam cara untuk menjauh dari putra mahkota dan membatalkan pertunangannya. Dia bersikap menyebalkan, membuat masalah dan memberitahu raja bahwa pangeran memiliki gadis simpanan. Raja awalnya menolak untuk membatalkan pertunangan. Untungnya pangeran bodoh itu malah meminta sendiri untuk membatalkan pertunangannya.
Sekarang ia bebas, tidak harus lagi takut mati di pancung oleh pangeran bodoh itu. Dan karena dirinya sudah bebas dari bayangan kematian. Astrea akan hidup bermalas-malasan, menghamburkan uang dan tidur sepanjang hari. Uang Marquis Silvergale lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya sampai keturunan ke tujuh belas.
Astrea sangat senang, keluar dari cafe tempatnya bertemu dengan pangeran. Ia langsung berlari menuju toko pakaian dan juga toko perhiasan. Memesan berbagai macam pakaian dan perhiasan untuk dirinya.
Karena dalam cerita, Astrea yang asli tidak pernah membeli baju bagus ataupun menghias diri dengan perhiasan mahal. Alasannya karena pangeran kodok burik itu. Dia mencemooh gaya berpakaian Astrea, mengatainya seperti wanita murahan atau wanita rumah bordil. Padahal pakaiannya sederhana dan elegan. Bahkan terkesan manis dan anggun untuk ukuran Astrea yang memiliki wajah cantik dan anggun.
Mulai sekarang ia akan merawat diri, memanjakan dirinya dengan berbagai macam perawatan kecantikan juga membeli pakaian dan perhiasan. Persetan dengan pangeran sinting itu. Dia memiliki uang, selama ada uang dia tidak butuh laki-laki macam pangeran kodok burik yang hanya bisa menyakiti hati.
"Ayo berbelanja." seru Astrea berlari ke butik terdekat.
"Lady!!"
Orang-orang yang melihat seorang gadis bangsawan berlompatan ke sana kemari, dan seorang maid yang kesusahan menyusul langkah nonanya terheran heran. Astrea masuk ke satu toko kemudian ke toko lainnya. menunjuk semua yang menarik perhatiannya. semua perhiasan dan pakaian terbaru di beli dan meminta mereka mengantar semuanya ke rumah Marquis Silvergale.
"Aku ingin semua pakaian dari sini hingga ke sini, kirimkan semuanya ke kediaman Marquis Silvergale." Astrea menunjuk dengan santai
Gadis itu kembali melangkah keluar, maid yang sejak tadi mengikutinya melangkah terburu-buru menyusul nona mudanya menuju ke sebuah toko perhiasan yang cukup terkenal. Matanya menyapu beberapa rak, menunjuk beberapa perhiasan yang menarik matanya.
"Bungkus semua dan kirimkan ke kediaman Marquis Silvergale."
"Astrea!"
Mata seindah batu safir itu menajam ketika sebuah tangan mencengkeram bahunya. Astrea menatap datar pemilik tangan, yang tidak lain adalah putra mahkota, Evan Galieon.
"Apa-apaan kau ini? Kenapa kau pergi begitu saja?" Putra mahkota terlihat marah.
Astrea memasang ekspresi datar, tangan yang mencengkeram bahunya ia tepis kasar. Evan sedikit terkejut melihat reaksi Astrea yang menepis kasar tangannya. Mata biru yang selalu terlihat takut itu kini menatap tajam ke arah dirinya.
"Lalu untuk apa saya tinggal? Bukankah sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi?"
"Apa?"
"Sekarang saya sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan anda yang mulia. Anda sendiri yang mengatakan bahwa pertunangan kita telah di batalkan. Lalu untuk apa lagi saya tetap tinggal bersama anda di sana."
Evan terkejut, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar. Seharusnya gadis ini berteriak, memprotes dan memohon padanya supaya pertunangan mereka tidak di batalkan. Astrea seharusnya membuat onar dan mengamuk supaya dia tidak membatalkan pertunangan mereka.
Tetapi dia terlihat tenang, malahan bahagia. Dan sikap Astrea yang satu ini sungguh mengganggunya. Ia tidak bisa menerima jika Astrea justru bahagia karena pertunangan mereka justru kandas.
"Apa ini salah satu trik muraha mu untuk menarik perhatianku, Astrea?"
"Apa?"
"Jangan berpura-pura bahagia, aku tau ini hanya salah satu tipu muslihat mu agar aku tidak membatalkan pertunangan kita bukan? Kau memang wanita rendahan dan licik."
PLAKK
Suara terkejut bisa terdengar bersahutan dari dalam toko perhiasan. Pengunjung dan karyawan yang melihat bagaimana putri tunggal Marquis Silvergale, menampar putra mahkota terkejut bukan main.
"Kau—"
"Jika anda berfikir saya melakukan ini untuk menarik perhatian anda, maka anda salah besar. Saya benar-benar senang pertunangan ini di batalkan, dan jika anda berfikir semua ini hanya sandiwara untuk mendapatkan perhatian anda. Maka anda adalah orang paling delusional yang pernah saya temui."
Tangannya yang menyentuh pipi bergetar, dia tidak bisa mempercayai ini. Astrea menamparnya, gadis yang akan selalu memohon di kakinya untuk secuil perhatian sekarang menamparnya. Astrea bahkan menatapnya dengan tatapan marah.
"Jangan pernah temui saya lagi, hubungan kita berakhir sampai di sini. Jika anda menghina saya lagi, bukan hanya tamparan yang akan saya berikan. Selamat tinggal yang mulai."
Astrea melangkah pergi, meninggalkan sang putra mahkota dan seluruh pengunjung toko dalam keadaan terkejut. Evan adalah orang yang paling terkejut dengan perubahan sikap Astrea. Gadis itu, dia berani menamparnya. Gadis yang selalu menatapnya dengan ekspresi memuja, dan selalu menginginkan perhatian darinya, kini menatapnya dengan amarah di dalam matanya.
'Dasar pria gila. Seenaknya mengatakan aku mencari perhatiannya. Untung kau itu putra mahkota, kalau tidak sudah ku tendang angry bird mu.' Astrea menggerutu dalam hati.
Mood berbelanjanya langsung hancur seketika. Terima kasih pada pangeran kodok burik itu yang sudah merusak moodnya. Kakinya berhenti melangkah, ketika wangi roti yang baru saja di panggang menyapa indra penciumannya. Matanya berbinar melihat roti yang tersaji di depan etalase toko. Astrea bisa merasakan air liurnya menetes melihat roti-roti lezat yang terpampang di depan mata. Perutnya bahkan mulai protes minta di isi.
'Persetan dengan pangeran, perutku lebih penting.'
Dan dengan begitu, Asrea memasuki toko roti tersebut. Mood yang tadinya hancur berubah seketika setelah melihat makanan.