Prolet mengambil nafas dalam-dalam. Dia ingin membersihkan dadanya dari rasa nyeri. Puasa pertamanya berbalada. Dan itu tersimpan menjadi sebuah memori yang tidak akan bisa terlupakan untuk sekian lama.
Tidak mungkin bisa tidur dalam situasi drama seperti ini. Diraihnya buku kecil hadiah Tuan Puteri.
Bahagia itu sederhana, ketika kau mendatangi pengaduk bumbu bersama beberapa kilometer motor tuamu. Dan setiap kali, rasa gado-gado itu tidak pernah berubah sama sekali. Selalu mengena di hati.
Prolet hampir terjungkal saking kagetnya baca bait puisi Tuan Puteri. Wah wah. Ini menarik. Pikir Prolet melanjutkan baca.
Mengenalmu itu serupa mimpi. Seekor elang yang tersesat di bumi. Lupa terbang ataukah sedang mencari jalan pulang?
Prolet mengerutkan alisnya sejenak. Tuan Puteri menggunakan bahasa-bahasa tinggi. Untunglah dia mirip dengan kutu buku. Sedikit banyak dia bisa menafsirkan meskipun lebih banyak salahnya. Prolet menjadi geli sendiri. Ditelusurinya halaman demi halaman buku kumpulan puisi Tuan Puteri. Ini luar biasa! Tuan Puteri seorang yang sangat romantis! Prolet serasa tenggelam di Jeram Udang Sungai Mahakam.
Jatuh cinta itu mudah. Yang sulit adalah untuk bangun kembali masih dalam keadaan cinta. Jatuh hati itu tidak sulit. Yang tidak mudah adalah untuk bangkit lagi dan mendapati hati itu masih utuh tapi sudah dalam keadaan mencintai.
Membaca bait pendek ini, mata Prolet hampir keluar dari rongga matanya. Persis Scoobydoo ketemu hantu. Namun perlahan-lahan jantung Prolet menyurut dengan cepat. Tuan Puteri mempunyai bakat yang luar biasa dalam menulis. Tuan Puteri sedang jatuh cinta. Jelas sekali tergambar dari sajak dan puisinya. Tapi kepada siapa? Surut jantung Prolet semakin cepat saja. Dia menyudahi membaca. Sudah mendekati dinihari. Dia harus tidur. Bisa-bisa nanti telat sahur.
------
Memasuki kantor pagi harinya. Prolet merasa berada di hukum dua kaki. Satu kaki ingin ke kanan, satu kaki mau ke kiri. Sementara otak yang menjadi sumber perintah, justru kehabisan battery dan tidak mau lagi mengirimkan sinyal perintah. Kaki kanannya ingin masuk ke kantor Tuan Puteri yang lampunya sudah menyala. Artinya Tuan Puteri sudah ada di ruangannya. Kaki kirinya mau masuk ke ruangan kerjanya.
Prolet menatap buku kecil di tangannya. Kaki kiri menang tadi. Prolet sekarang di ruangan kerjanya. Bukan bekerja. Namun membuka buku Tuan Puteri. Ujung mata Prolet bergerak gerak halus mengekor pada kalimat yang berlarian menuju hati dan otaknya.
Surga ada di bakiak seorang ibu. Kalimat yang diluncurkan seorang pemuda sederhana. Membuat bahagia kembali sederhana. Melihatnya menatap bakiak. Dan meninggalkan cinta seorang anak di sana.
Prolet teringat si mbok nya. Teringat bakiak yang sering dipakai simbok berwudlu. Membuat Prolet buru buru meraih handphone dan menelepon simboknya. Apa kabar mbok? Baik kata simbok. Si mbok nya tumben tidak banyak bertanya kali ini. Prolet senang. Ada hal lain yang sedang membuat rumit sesuatu di hatinya. Menyudahi berbicara dengan si mbok. Lalu kembali tenggelam dalam buku Tuan Puteri.
Jika saja langit berusaha meruntuhkan diri karena patah hati. Ijinkan aku Ya Tuhanku, untuk menyimpan sedikit nafas agar sempat aku katakan aku mencintainya. Sebelum langit itu meruntuhi kematianku.
Prolet menggeleng-gelengkan kepala dengan mata menerawang.
------
Mendekati jam 5. Saatnya bergegas pulang. Jalanan akan luar biasa macet menjelang berbuka. Prolet buru-buru keluar kantor setelah absen di pintu. Dia bukan mengejar lalu lintas. Dia sedang mengejar Tuan Puteri. Ada sesuatu yang harus dilakukannya.
Berhasil! Tepat sebelum Tuan Puteri membuka pintu mobil, Prolet berseru lirih.
"Tuan Puteri..."
Tuan Puteri menoleh. Mata ayu itu terkaget. Prolet tidak gagap! Atau karena kalimat pendek?
"Tuan Puteri, saya sudah membaca hampir semua buku Tuan Puteri. Luar biasa! Saya kagum sekali dengan Tuan Puteri. Ijinkan saya memberikan ini kepada Tuan Puteri sebagai balas budi bagi karya luar biasa Tuan Puteri."
Tuan Puteri bengong beberapa jurus. Prolet sama sekali tidak gagap! Ini ajaib! Hampir dia melonjak gembira seperti seorang cheerleader! Diterimanya buku kecil dari Prolet. Judulnya Rindu Itu Tergelincir Bersama Senja. Tersenyum sangat manis. Digenggamnya tangan Prolet erat.
"Terimakasih Prolet", ujarnya lembut. Prolet ikut tersenyum sangat manis. Ikut menggenggam tangan Tuan Puteri erat.
"Sa...saa...sama...sa..sama..." jawabnya kembali seperti semula.