Harimau itu berjalan pelan menuju Sin Liong dan kawan-kawannya. Langkahnya gemulai namun gagah. Anggun tapi perkasa. Meskipun tidak menunjukkan gestur mengancam, Sin Liong dan yang lainnya mundur-mundur ketakutan juga. Mereka tahu harimau ini bukan harimau biasa. Bisa menandingi kedigdayaan Nyi Blorong yang sakti. Sanggup mengalahkan Puteri Merapi dan Panglima Gagak Hitam. Tidak mempan sihir dan magis.
Harimau jelmaan itu menggeram-geram. Tubuhnya merendah ke tanah. Sin Liong mengeluh. Sepertinya akan ada kejadian mereka dimakan kawan sendiri. Pemuda ini pasrah saja. Selain percuma melawan, dia juga tidak tega bertarung melawan sahabatnya. Hatinya melarang.
Citra juga tidak bisa berbuat apa-apa. Harimau itu tidak mempan sihir dan magis. Walaupun seandainya bisa, Citra juga tidak melawan. Harimau itu jelmaan pemuda yang dicintainya. Kedasih nampak pias sekali mukanya. Kenapa mendadak semuanya berakhir tragis?
Harimau melompat seolah hendak menerkam Sin Liong. Tapi membatalkan niatnya lalu berdiri dengan kedua kaki belakangnya dan mulai menari-nari! Ketiga orang terpaku diam. Antara heran dan tak percaya.
Tak lama kemudian harimau yang sedang menari-nari itu menyusut ukurannya dalam sekedipan mata. Raja tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. Tak tahan melihat teman-temannya yang bengong tak karuan.
Citra maju dan memegang telinga Raja. Menariknya sedikit keras agar ketawanya yang menyebalkan itu terhenti. Raja memang menghentikan ketawanya. Dia menarik tubuh Citra dan memeluknya.
"Maafkan aku. Kalian takut ya?" Raja mulai ketawa lagi.
Citra memasang muka serius.
"Jadi kau tadi sadar apa yang kau lakukan? Muntah lalu berlagak mengancam dan hendak menerkam kami?!"
Raja tertawa lagi.
"Tentu saja aku sadar sedari awal. Aku sendirilah yang merubah wujudku untuk mengusir racun jamur yang mematikan ini. Lalu aku ngerjain kalian karena seharian ini tidak ada kejadian lucu." Raja nyaris ketawa lagi kalau saja tidak ada sepasang sepatu yang melayang ke arahnya. Pemuda ini menangkap sepasang sepatu Kedasih dan membungkuk berkali-kali kepada Citra, Sin Liong dan Kedasih.
"Maafkan aku! Maafkan aku! Aku hanya ingin menyegarkan suasana." Pemuda itu terlihat sangat menyesal.
Citra masih dengan wajah seriusnya kembali bertanya.
"Jadi kau sudah bisa mengendalikan harimau jelmaanmu itu Raja?"
Raja mengangguk tegas.
"Baru tadi aku bisa mengendalikannya Citra. Sebelumnya tidak. Racun jamur itu justru membuka sesuatu dalam diriku yang selama ini tertutup rapat. Aku bisa dengan mudah menjelma menjadi harimau. Atau sebaliknya. Saat aku pingsan tadilah racun itu bekerja membukanya."
Semua orang termasuk Raja kembali duduk mengelilingi lampu badai yang mulai redup karena kehabisan battery. Kalau dipikir-pikir, peristiwa yang baru saja terjadi sebenarnya memang cukup lucu. Apalagi jika sempat divideokan. Tentu akan sangat viral. Karena berpikiran hal yang sama, Sin Liong, Citra dan Kedasih langsung saja tertawa terpingkal-pingkal. Gantian Raja yang bengong. Mereka semua sudah gila gara-gara sikapku yang keterlaluan.
Sambil menunggu malam dan purnama yang dinantikan, Sin Liong berinisiatif mencari makanan dalam goa besar itu. Di belakang sekumpulan jamur beracun yang bercahaya itu Sin Liong menemukan sekumpulan jamur lain yang tidak bisa mengeluarkan cahaya. Jamur-jamur itu banyak dikerumuni oleh semut. Sebagian kecil malah nampak sudah dimakan oleh semut-semut itu.
Sin Liong seratus persen yakin jamur yang ini bisa dimakan. Dia tidak melihat ada bangkai semut di sana. Sambil bersiul-siul kecil pemuda ini membawa beberapa tangkai besar jamur ke pinggiran sungai dan mencucinya. Sambil berkumpul lagi dengan yang lain, Sin Liong asik mengunyah jamur berwarna kelabu itu dengan lahap. Raja terkejut bukan main.
"Heii! Kenapa kau makan jamur beracun itu?!"
Sin Liong meringis lebar sambil terus mengunyah jamur. Rasanya agak pahit tapi ini bisa mengenyangkan. Sin Liong menyodorkan jamur kepada Citra dan Kedasih yang langsung menggelengkan kepala. Pemuda itu mengangkat bahu dan melanjutkan acara makannya.
Sin Liong langsung jatuh tertidur setelah menghabiskan beberapa tangkai jamur dan minum air sungai yang dingin. Suara dengkurnya terdengar kencang. Kedasih berbisik kepada Citra.
"Suara dengkur Sin Liong lebih menyeramkan dibanding geraman Raja saat menjadi harimau tadi." Citra langsung tergelak-gelak mendengar lelucon Kedasih.
Tak perlu menunggu lama sampai akhirnya semua mengikuti jejak Sin Liong. Tidur dengan nyenyak di lantai goa yang dingin.
Citra yang pertama terbangun. Gadis ini duduk dan menggeliat. Enak sekali rasa tubuhnya setelah tidur cukup lama tadi. Citra tiba-tiba melompat berdiri. Lampu badai sudah mati tapi ruangan ini malah terang. Gadis ini bahkan menyadari bahwa ruangan makin lama makin terang seolah mereka sedang di lahan terbuka tanpa pepohonan setelah fajar menyingsing.
"Citra! Purnama!" Raja menunjuk ke atas. Nampak cahaya samar berkilauan semakin menguat menembus ruangan dari atas. Sin Liong dan Kedasih terjaga juga mendengar suara ribut-ribut Raja.
Semua keanehan ini tidak lagi terasa aneh bagi Sin Liong dan kawan-kawan. Cahaya matahari yang jauh lebih kuat saja tidak mampu menembus atap goa yang tebal dan tidak berlubang. Namun cahaya purnama dengan santainya bisa sampai di bawah ini. Mereka tidak mau berpikir panjang untuk menganalisa. Lelah. Karena tak akan ketemu jawabannya.
Citra juga tidak. Gadis ini berjalan menuju tempat terbanyak dijatuhi cahaya purnama. Gadis ini membuka mulut dan menghirup nafas dalam-dalam seolah-olah cahaya itu mengenyangkan.
Peristiwa lebih aneh lagi terjadi. Tubuh Citra dibungkus oleh cahaya yang makin lama makin terang. Tubuh gadis itu bermandikan cahaya dan seolah berubah menjadi cahaya itu sendiri. Citra melambai kepada Raja yang mulutnya sedang menganga saking takjubnya. Sebuah suara lembut memenuhi memenuhi setiap sudut goa. Suara Citra memanggil Raja.
"Raja. Sudah saatnya. Kemarilah!"
---*******