Chereads / warisan Emak Tonah / Chapter 11 - Chapter 11

Chapter 11 - Chapter 11

Dalam kerumunan para pelayat, aku hanya terduduk di pojok tembok ruang tamu. satu persatu aku lihat para pelayat sudah pamit undur diri dan mengucapkan bela sungkawa kepada ku dan juga keluarga Pak Hilman Kusuma wijaya.

Setelah Prosesi selesai, kini tiba saatnya Jenazah Emak Tonah akan segera dimakamkan. Dengan gontai aku berjalan diantara puluhan pelayat yang mengiringi pemakaman Emak Tonah. Hingga saatnya peti jenazah sudah dimasukkan kedalam liang lahat. Pak Ustadz dedang membacakan doa-doa untuk Emak dan memintakan maaf mewakili keluargaku kepada semuanya atas kesalahan Emak sewaktu masih hidup baik disengaja maupun tidak disengaja.

Saat aku melihat gundukan makam Emak yang sudah dipenuhi tanah diatasnya, aku melangkah mendekati pisaranya untuk menaburkan kembang dan air yang sudah disiapkan sebelumnya. Mataku sudah sembab tak ingin air mataku jatuh di makamnya karena nanti akan menjadi siksa kuburnya.

Aku berusaha tetap tegar, beberapa pelayat juga ikut menaburkan bunga lalu berpamitan pulang saat usai pemakaman. Aku di bopong Mas Alan dan sebelahku lagi Pak Dion, entah kenapa aku merasa ini hanya sebuah mimpi.

Saat semuanya sudah Usai kami pun pulang ke kediaman Orang Tua Mas Alan dan Pak Dion, karena malam harinya akan ada acara pengajian tahlilan untuk Almarhummah Emak Tonah.

" Ya Allah inikah rasanya kehilangan Orang yang kita Cintai?" tiba-tiba aku bertanya dalam hati

Rasa sesak didalam Dada tak mampu aku redakan saat ini, tangisku pecah saat Ibu Mas Dion mengantarku ke kamar Emak. Beberapa Photo dari aku kecil sampai besar Emak pajang dianyara dinding kamarnya.

" Istirahat dulu, kamu pasti Lelah. Anggap ini rumahmu, dan ini adalah kamar Emak Tonah sewaktu beliau hidup. Semua dinding dipenuhi Photomu. Emak Tonah memang sayang sekali kepadamu."

Ucap Mama Pak Dion tengan tersenyum ke Arahku

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan jawabanku saat ini.

Ibu mas Dion pun pamit pergi sebelum meninggalkan kamarku ini. Aku lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diriku tak lupa aku mengambil baju ganti yang sudah disiapkan oleh Mama Pak Dion sebelumnya.

Aku sedikit terhibur dengan kehadiran Orang-orang baik disekelilingku saat ini.

Tak lama kemudian aku selesai mandi, saat ku lihat ternyata sudah jam 4 sore. Aku sekalian ambil wudhu dan melaksanakan sholat ashar. Setelah itu aku mulai membuka gawai ku yang sejak tadi pagi tidak aku sentuh.

Aku tersadar saat aku melihat Notif pesan dari Nek Ratih, aku belum memberikan kabar kepadanya jika Kakaknya sudah tiada. Segera aku menuliskan pesan untuk Nek Ratih yang memberikan kabar tentang Emak Tonah saat ini.

Tak butuh waktu lama, Nek Ratihpun langsung menerima isi pesanku, Nek Ratih langsung menelponku. Dengan nada terisak Nek Ratih meluapkan kesedihan saat aku kabarkan Emak Tonah telah meninggal.

"Sudah Bu, jangan menagis ini sudah takdir Emak yang terpenting Doakan Emak saja." Ucapku menenangkan Nek Ratih Yang sudah terdengar menangis tersedu-sedu

" Iya Fee, Ibu tak menyangka jika Mbak Nah sudah pergi meninggalkan Ibu, bagaimana kabarmu Fee?" tanya Nek Ratih dibalil sambungan teleponnya

" Alhamdulillah baik Bu, Ibu tak usah khawatir dengan Fee ." ucapku dengan tersenyum kecut

" Syukurlah kalau begitu, Ibu minta maaf dengan kelakuan Anak Ibu, Om Arul ya Fee, dia salah Ibu yang kurang bener mendidiknya."

Terdengar Nek Ratih sedang bicara dengan rasa bersalahnya.

" Sudahlah Bu, tidak usah dibahas, Fee sudah memaafkan Om Arul ."

" Terima kasih Fee, kalau 7 harian Emak inshaallah kami akan kesana Fee, sekalian melayat ke makam Emak kamu."

" Iya Bu, tidak apa-apa kalau belum bisa kesini, saya juga belum ada tempat tinggal inshaallah senin saya akan melamar pekerjaan disini. Doakan Fee Ya Bu agar segera dapat kerjaan nantinya biar Fee bisa nyewa kontrakan."

" Loh bukannya kamu akan tinggal sama Alan anak dari majikan Emak Tonah. "

Nek Ratih terdengar bingung dengan ucapanku tadi, namun aku mengatakan bahwa sementara ini aku tinggal dirumah Orang tua Mas Alan. Namun aku sedikit heran ternyata Nek Ratih sudsh mengetahui Mas Alan adalah anak dari majikan Emak Tonah.

" Oh begitu ceritanya, ya sudah ibu doakan agar kamu cepat mendapatkan kerjaan disana, kamu yang sabar ya Fee. Ya sudah kamu istirahat saja dulu Fee nanti malam pasti dirumah majikan Almarhummah Mbak Nah akan ada oengajian kan?" ucap Nek Ratih

" Iya Bu, Fee tutup dulu teleponnya."

" Iya Fee Assalamualaikum. "

" Waalaikumsalam bu."

Tut..tut..tut..

Aku menutup telepnnya kau letakkan lagi handphone ku diatas nakas untuk dicash karena baterai tinggal sedikit saja, tak semua pesan yang masuk aku baca semua.

Aku mulai merebahkan diriku sejenak diatas kasur untuk meregangkan otot-otot yang sidah kaku ditubuhku, hingga tak terasa aku melihat sudah pukul 5 sore saja , aku terbangus sedaat ada sessorang yang tengah mengetuk pintu kamarku.

Tok..tok..tok..

" Iya tunggu sebentar." Jawabku dibalik pintu

Dengan merapikan pakaianku aku bukakan pintu, terlihat sosok tua sedang membawah nampan berisi makanan dan minuman kepadaku.

" Maaf Non, makan dulu, tadi Nyonya nyuruh untuk bawahkan ini ke kamar Nona." Ucap wanita paruh baya itu dengan memberikan nampan kepadaku.

" Loh kok repot-repot Bi, biar nanti saya ambil sendiri." Ucapku tak enak hati dengan menerima nampan dari Bibi

" Gak apa-apa Non, lagi pula Non tadi istirahat. Ya sudah saya Permisi dulu, sekalian mau mengatakan pesan untuk non, habis magrib disuruh berkumpul di depan ya Non."

" Iya Bi terima kasih, habis sholat magrib nanti saya keluar kok." Ucapku dengan tersenyum kearahnya

" Sama-sama Non, kalau begitu Bibi permisi dulu ya Non."

" Iya Bi silahkan." Ucapku dengan mulai masuk kedalam kamarku

Aku melewatkan makan siangku tadi, acara pemakaman yang tidak terlalu makan waktu cukup lama itu cukup menguras tenagaku itu karena aku kecapekan menangis tadi.

Aku segera melahap makananku saat ini, hingga tak terasa magrib pun telah tiba aku menyelesaikan Sholat Magribku setelah itu aku keluar dari kamar dan menuju ke Ruang tamu untuk berkumpul dengan keluarga Mas Aldi.

Aku cukup sedikit kik kuk saat pertama kali berkumpul dengan Majikan Emak Tonah yang seperti keluarga sendiri, tak ada pembatas antara Tuan dan pelayan disini.

" Fee, kamu jangan sungkan-sungkan selama berada disini ya, anggao kami seperti keluarga sendiri." Ucap Pak Hilman saat kami tengah berkumpul bersama

" Terima kasih Pak, karena Keluarga Bapak sudah banyak membanyu Emak Tonah selama bekerja disini, apalagi Saat Emak sakit dan meninggal seperti ini, sudah pasti Pak Hilman banyak mengeluarkabn uang untuk Emak saya, inshaallah saya akan menggantinya dengan cara mencicil saat saya sudah mendapatkan oekerjaan nanti "

Ucaoku dengan panjang lebar dan sambil tertunduk

"Loh tak perlu Fee, Emak Tonah yang sudah banyak membantu keluarga Kita, justru kita yang harus berterima kasih kepada Beliau."

Aku sedikit terhenyak dengan apa yang dikatakan Pak Hilman barusan, begitu pengaruhkah Emak dikeluarga ini hingga jasa Emak dikenang sampai mati? Mungkin pengabdian Emak selama ini hingga keluarga Pak Hilman menaruh rasa terima kasihnya kepada Emak Tonah , pikirku saat ini.

" Fee kamu mau melamar kerja?" ucap Pak Dion tiba-tiba

" I-iya Pak."

" Pekerjakan saja dia dikantor kalian , kasih posisi yang bagus untuknya." Jawab Pak Hilman

" J-jangan Pak saya tak mau..." tolakku

Belum sempat saya menjawab ucapan Pak Hilman tiba-tiba omonganku terpotong oleh Mas Alan.

" Kok gak mau Fee, bukannya kemarin kamu memintaku untuk mencarikan pekerjaan untukmu."

" Iya Mas, maksud aku , aku tak mau diperlakukan khusus saat pertama kerja, aku mau bener-bener dari bawah saja, jadi OB juga tak apa." Timpalku

" Kau memang rendah hati Fee, tak semuanya orang bisa menolak saat ditawari dengan posisi yang bagus saat ini." Ucap Pak Hilman

" Saya harus punya pengalaman kerja dulu Pak, karena selama ini saya belum pernah bekerja." Ucapku dengan hati-hati

" Oke hari senin kamu berikan surat lamaran kerjamu kepada Dion ya, nanti kamu akan ditempatkan sebagai karyawan biasa disana, sambil mencari pengalaman kamu bisa belajar agar kamu bisa meranjak naik jabatan" ucap Mas Alan dengan menatapku lalu bergantian menatap Pak Dion

" Ya Sudah, kalian sudah pasti tau dengan wasiat pertama Emak Tonah kan ? Laksanakan itu dulu karena itu adalah sebuah amanah yang harus kalian jalankan ." Ucap pak Hilman

Aku sudah tak kaget lagi jika keluarga ini tau wasiat dan warisan Emak Tonah saat ini, tapi aku tak mau berpikir yang macam-macam, mengingat Emak hanya seorang ART di rumah ini.

Waktu bergulir cepat, hingga akhirnya datang acara tahlilan di rumah ini, para pelayat sudah banyak yang datang saat ini. Dengan lantunan doa yang aku dan para pelayat panjatkan untuk mengiringi doa Almarhummah Emak Tonah.

Sejam kemudian, acara tahlilan pun selesai Mas Alan pamit pulang dan Pak dion tetap disini, namun aku sungkan untuk tinggak di Rumah ini hingga aku putuskan untuk ikut Mas Alan pulang ke Rumahnya, namun Pak Hilman melarang kami hanya tinggal berdua saja. Pak Dion pun diminta turit serta. Kami pu akhirnya bersama-sama pulang ke Rumah Mas Alan .

Bersambung..

Hai para Readers, tetap dukung dan beri konstribusi untuk karyaku ya. Nantikan kisan selanjutnya Esok hari ya. Terima kasih yang sudah mendukung dan setia membaca novel aku saat ini

Happy reading